"Apa Ansella sudah tau soal ini?"
Jevan menoleh, menatap Tyas dengan ekspresi bingung, alisnya sedikit terangkat. Tyas yang melihat ekspresi bingung di wajah Jevan kemudian kembali melanjutkan.
"Soal operasi kamu dan Reno"
Wajah Jevan tetap datar, nyaris tak menunjukkan ekspresi. Pria itu menyandarkan tubuh ke dinding dan menyilangkan tangan di depan dada.
"Ansella gak perlu tau kalau itu gak ada hubungannya sama dia. Buat apa dibahas"ujar Jevan cuek. Tyas menghela nafas mendengar balasannya.
"Kamu gak pernah berubah ya. Selalu menyepelekan perasaan orang lain. Sella itu istri kamu, dia jelas harus tau Jevan"
Jevan berdecak pelan, sedikit kesal dengan nada Tyas yang terdengar seperti menggurui. Pria itu menatap Tyas dingin.
"Kalau aku mau membicarakan ini dengan Ansella, itu urusanku, bukan urusan kamu. Jangan ikut campur"balas Jevan ketus dan kemudian pria itu berdiri. Urusannya di rumah sakit menengok Reno sudah selesai.
"Aku gak tau apa alasan kamu menikahi Ansella. Aku kenal kamu cukup lama, aku jelas tau kamu orang yang seperti apa. Tidak mudah untuk hidup bersama dengan Kamu. Kalau kamu ingin memperbaiki semuanya, jangan buat Sella berakhir sama seperti aku"ujar Tyas panjang lebar. Jevan terdiam sejenak tak memberikan balasan apapun. Rahangnya mengeras dan kemudian berjalan pergi. Meskipun begitu ucapan Tyas berhasil mengganggunya sepanjang jalan pulang ke rumah.
_______
Sementara itu, Ansella mengurung diri di kamar sejak pulang dari cafe. Dia tidak bisa berhenti memikirkan ucapan Tyas. Benarkah Jevan seburuk itu? Tapi bukankah selama ini semuanya sudah jelas, ya? Jevan tidak bisa dikatakan sebagai pria yang baik. Ansella seharusnya sudah bisa menyimpulkan Jevan orang yang seperti apa.
"Kalau kamu ingin kehamilanmu ini baik-baik saja, tinggalkan Jevan"
Kalimat itu terus terngiang. Tapi meninggalkan Jevan bukan perkara mudah bagi Ansella. Apalagi dengan kondisinya sekarang. Ansella mengelus perutnya dan menghela napas panjang, mencoba meredakan perasaan gelisahnya . Namun, suara helaan napas lain tiba-tiba menyahuti, membuat Ansella terlonjak kecil. Perempuan itu mengernyit, posisi mereka yang sedang tidur dan saling membelakangi membuat Ansella tidak tau jika Jevan masih belum benar-benar tertidur.
Ansella merasakan Jevan yang mulai bergerak bangun, perempuan itu cepat-cepat menutup matanya. Ansella bisa mendengar Jevan bangkit dari kasur dan suara lemari yang dibuka.
Ctakk
Jevan menyalakan lampu kamar tanpa aba-aba, membuat Ansella berdecak dalam hati.
"Aku tau kau hanya berpura-pura. Ayo bangun, temani aku keluar"
Ansella masih diam, memilih untuk tetap melanjutkan kepura-purannya. Terdengar decakan Jevan, tapi perempuan itu tetap tak perduli.
"Aku ingin cari angin. Kau sungguh tidak ingin ikut?"
Tak ada sahutan apapun dari perempuan itu yang membuat Jevan menggulirkan mata malas.
"Oke baiklah. Kau bisa jadi artis sinetron dengan kemampuan aktingmu itu"ujar Jevan sarkas. Ansella yang mendengarnya mau tidak mau akhirnya bangun, dia menyerah. Ia terlalu suntuk untuk terus diam di rumah. Perlahan, perempuan itu bangkit dari tempat tidur, meskipun rasa kesalnya terhadap Jevan masih terasa.
"Aku juga butuh udara segar!"
Melihat Ansella berjalan ke toilet untuk mencuci muka, Jevan menyunggingkan senyum miring. Ia tahu akhirnya perempuan itu akan menyerah juga. Beberapa menit kemudian, Ansella keluar dengan wajah segar, mengenakan hoodie dan rambut yang diikat cepol seadanya. Tanpa sepatah kata lagi, Ansella mengikuti Jevan keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karmasutra••
FanficI will give You My heart, give You body.. Do anything for You~ Sacrifice My life to be your wife. I'm gonna be there for You~ But If You break My heart I got date Your Father~ You gonna be My son You call Me your mother••