13. Menyebalkan

125 23 17
                                    

Kevin dan Clara mengetahui bahwa ibu mereka telah membelikan mobil baru untuk suaminya. Kakak dan adik tersebut menghampiri Lidya yang sedang membaca majalah. Mendengar hentakan-hentakan kaki begitu keras, ibu ini sudah menebak siapa yang datang. Pun bersiap menghadapi kemarahan kedua anaknya.

"Mama ini apa-apain, sih! Mama beliin mobil baru buat orang nggak tahu diri itu!" Kevin mendengkus tak terima.

"Mana bagus lagi mobilnya. Makin hari Mama itu terlalu manjain makhluk sialan itu! Mama bucin, tahu!" sahut Clara, menarik sudut bibir ke atas.

Lidya mengumpulkan oksigen sekian detik. "Arsya itu suami Mama, dan tolong kalian itu panggil Arsya dengan namanya. Arsya itu punya nama." Lidya kembali membuka lembaran majalah, kakinya menyilang.

"Biarin, sekali nggak suka tetep nggak suka!" tantang Clara, satu kaki menghentak lantai dengan keras.

Kevin menyeringai. "Mama bilang sama aku, jangan ambur-amburin duit. Tapi sekarang Mama buang-buang duit buat cowok nggak tahu diri itu? Ya, Ma? Orang kayak gitu itu nggak pantes, Ma! Cuma numpang di sini selamanya! Dia cuma baik di depan kita, tapi di belakang, dia pasti buruk, Ma! Dia itu mau nikahin Mama cuma mau merebut harta kekayaan kita. Sadar, Ma sebelum semuanya terlambat!" Celotehannya menggebu, mengopori sang ibu.

"Kak Kevin itu bener, Ma," sahut yakin Clara.

Lidya menutup majalah. "Kalian itu kenapa? Selalu saja kalian menyalahkan Arsya. Kalian boleh belum bisa menerima Arsya, tapi tolong jangan selalu jelekin Arsya. Arsya itu suami Mama. Setidaknya kalau kalian tidak bisa menghormati, kalian jangan selalu menjelekkan Arsya. Mama tahu betul siapa Arysa. Karena kalian hanya melihat Arsya sebagai orang yang kalian benci, jadi apa pun yang Arsya lakukan, pasti selalu terlihat salah di mata kalian." Lidya bangkit dan meninggalkan kedua anaknya yang terus protes.

Kevin dan Clara semakin kesal. "Ma!"

Keduanya cemburu karena Lidya begitu perhatian kepada sang suami muda, merasa bahwa sang ibu pilih kasih. Dua anak Lidya ini tidak mendengarkan apa kata ibu, tetap mencari gara-gara kepada Arsya.

Saat Kevin tengah duduk mengopi di ruang santai, ia melihat Arsya berjalan hendak keluar rumah dan memberhentikannya. Langsung saja menyuruh seenaknya.

"Heh! Mau ke mana?"

Arsya terhenti. "Mau ke minimarket."

"Cuciin mobil gue!" perintah ketus Kevin.

"Maaf, Kak. Tidak bisa," tolak halus Arsya.

Kevin bangkit melangkah, berdiri di hadapannya. "Lo berani lawan gue?" Matanya mendelik.

"Maaf, Kak mulai sekarang, Kak Kevin tidak bisa lagi menyuruh-nyuruh saya seenaknya."

Kevin mendekatkan wajah dan mengedikkan dagu. "Apa lo bilang? Lo berani banget sama gue, mau ngelawan sama gue? Hah!" Laki-laki ini membusungkan dada.

Kevin membuang napas kasar, tiba-tiba memukul perut Arsya, membuatnya terhuyung ke belakang. Arsya mendesis menahan sakit, ia membalas melambungkan kepalan ke rahang Kevin. Wajahnya tertoleh. Tak terima, Kevin mengarahkan tinju ke arah hidung.

Arsya menangkap pukulan dan menendang perut Kevin. Mereka adu pukul dan tendang. Kevin semakin menggebu untuk terus menyerang. Sang adik perempuan datang dan memberikan dukungan kepada kakaknya.

"Hajar aja dia, Kak Kevin." Kepalan tangan kanan kiri gadis ini menjotos telapak tangan sendiri, geregetan melihat pertarungan tersebut.

Lidya yang mendengar teriakan Kevin dan Clara, segera keluar langsung melerai perkelahian suami bersama anaknya.

Kami yang BerdosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang