Kevin menyangga dagu dengan kedua tangan. Terdiam memikirkan salon mobil yang ia kelola agar lebih maju. Berjalan keluar, mendongak mengamati ruko sebelah yang disewakan. Ingin menyewa atau membeli ruko tersebut agar salon mobil lebih luas. Petangnya pergegas pulang, di sana Kevin melihat sang mama sedang membaca majalah di ruang santai.
Kevin duduk dan berdaham. "Ma, tolongin aku, kali ini. Ma, aku mohon. Masa Mama tega aku jual mobil buat tambah modal di salon mobil aku, Ma? Salon mobil aku bakal makin maju kalau Mama bantuin. Mama aja udah beliin Arsya mobil baru masa aku minta bantuan Mama nggak mau bantu?"
"Mama sudah bilang berlali-kali, Mama mau bantu kamu. Orang lain saja Mama bantu, masa anak sendiri tidak. Mama cuma minta satu syarat itu. Kevin, ikut Mama liburan, ajakin Clara," kata Lidya, membuka halaman berikutnya pada majalah.
"Ma, aku juga udah bilang berkali-kali. Aku ogah, ngapain sih, bareng-bareng segala. Mama kalau mau bulan madu lagi yaudah sana berdua aja sama sayangnya mama itu," ujar sarkas Kevin, berdecih kesal.
Lidya menanggapinya dengan santai. "Yaudah kalau begitu, Mama nggak mau bantu."
"Ma!"
"Kevin, belajar jadi manusia yang tidak keras kepala."
Kevin mendengkus kesal. Terdiam sejenak mengelus-elus dagu. "Oke, Ma! Aku turutin apa kata Mama!"
"Nah, dari kemarin kek." Lidya menutup majalah, memberikan senyuman senang untuk anak si sulung.
Kevin berdecak dan beranjak. Membujuk adiknya agar mau liburan bersama Lidya dan Arsya. Clara menolak keras, tetapi Kevin terus membujuknya agar mau pergi.
"Kak, kan gue udah bilang. Gue males ada makhluk sialan itu, najong, tahu!" Clara mengaduk-aduk jus jeruk, memandangi kolam renang, kaki menyilang.
"Kali ini aja, lah, Clara. Gini deh, kita sama-sama kerjain dia, gimana? Biar asyik kita dapet hiburan."
Clara menaruh gelas, memancarkan wajah semangat. "Boleh juga, tuh!" Ponselnya bergetar, terlihat ada pesan dari Niko. Clara mengembuskan napas enggan. "Gue cabut dulu, Kak."
Clara bersiap menuju rumah Niko. Sesampainya, dia ketuk pintu. Raut wajah Clara tidak bersemangat, Niko membuka pintu mempersilakannya.
"Kenapa, Niko?"
"Hmm, gue kangen juga sama lo lah."
Niko dan Clara duduk bersebelahan.
"Niko, mending kita udahan aja, gue mohon sama lo," pinta Clara.
"Sorry banget, Clara. Enggak bisa." Niko mengeleng-geleng pelan, menatap tanda serius.
Clara membuang napas panjang. Dia melihat anjing milik Niko berjalan pincang. "Niko, Monti kenapa?"
"Oh, nggak sengaja keserempet motor." Niko bersandar ke Sofa, merentangkan tangan.
Clara bangkit, menggendong anjing jenis pom yang memiliki kalung berwarna hitam berbandul tulang. Cewek itu mengelus kepala Monti. "Sayang, syut, syut, kacian."
Setelah Clara pulang, Niko menutup pintu. "Clara, nggak bakal gue biarin lo lepas dari gue. Lo udah masuk dalam kehidupan gue, itu berarti selamanya lo milik gue sekaligus mainan gue." Laki-laki itu tersenyum menyeringai.
Niko membayangkan saat ia SMP, waktu itu ia sedang berkumpul dengan teman-teman. Dengan penuh percaya diri, ia menantang mereka.
"Kalian lihat semua, gue bakal dapetin Clara."
Di jam istirahat, depan banyak siswa-siswi, Niko berjongkok memberikan bunga mawar kepada Clara. "Clara, lo mau 'kan jadi pacar gue?"
Clara mengambil bunga itu, langsung membuangnya. "Gue udah punya cowok, gue tolak lo." Mentah-mentah Clara menolak Niko, lalu memutar tumit, meninggalkan Niko.
![](https://img.wattpad.com/cover/325616726-288-k731783.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami yang Berdosa
RomanceArsya merupakan anak asisten rumah tangga dari keluarga Lidya. Saat Arsya berusia 11 tahun, ibunya meninggal. Lidya sudah berjanji bahwa dia akan menjaga Arsya. Namun, kedua anak Lidya-Kevin dan Clara membenci Arsya, karena menganggap Arsya merebut...