Malam ditemani bulan terang membulat, ketiga pemuda menongkrong bersama di halaman rumah belakang Nando si teman Kevin. Saat teman-temannya asyik mengobrol, Kevin terlihat murung. Kedua temannya yang duduk berhadapan di antara meja, terheran.
"Kevin, lo kenapa, sih dari kemarin-kemarin galau terus," tanya Viko mengelus-elus dagu.
"Iya, kenapa Bro? Cerita ma kita," sahut Nando. Menaikkan alis sebelah, menatap curiga.
"Nyokap gue nikah." Kevin menjawab ampas, tatapannya kosong, menggeleng pelan.
Ketiga teman Kevin terperanjat sekaligus senang. Mereka saling bertatap.
"Kok lo nggak kabar-kabarin kita sih?" Viko antusias, penasaran dengan suami baru dari ibunya Kevin.
"Iya, lo nggak anggap kita temen," sahut Nando bernada kecewa yang didramatiskan.
"Syukur lah nyokap lo nikah." Ucapan senang dari Dilon.
"Kalian pikir gue seneng gitu, Hah!" sergah Kevin melototi Viko, Dilon, dan Nando bergantian.
"Lah nyokap nikah bukannya seneng, punya bokap baru," canda Viko dengan senyuman lebar.
Kevin mendengkus. "Yang ada berharap mereka segera cerai karena yang nikahin nyokap gue itu Arsya si berengsek. Anak pembantu nggak tahu diri itu, lebih muda dari gue."
Nando dan Viko menganga, matanya membulat. "Arsya nikahin nyokap lo!"
"Anjir!"
"Buset!"
"Demi apa lo, sumpah?"
Sahut menyahut Nando dan Viko yang heboh.
"Seriusan?" tanya Dilon memastikan, ekspresinya tak seheboh Nando dan Viko.
"Gila nggak, sih! Nyokap gue berapa tahun, cowok nggak tahu diri itu berapa tahun! Beda jauh!" Kevin mengusap-usap rambut dengan kedua tangan, frustrasi.
Viko memiringkan kepala. "Bro, nyokap lo itu kelihatan masih muda lagi. Jangan pandang umur, nyokap lo itu cantik, seksi, pengusaha lagi. Coba siapa yang nggak mau? Gue aja mau sama nyokap lo, kalau nyokap lo mau," canda Viko lagi.
Nando menyetuji Viko. "Bener tuh, gue juga mau kali ma nyokap lo," sahutnya, mengangguk-angguk.
"Heh-heh, kalian tuh kurang ajar ya!" Kevin menggebrak meja, membuat ketiganya mengelus-elus dada.
"Sorry, Bro, bercanda juga." Dilon mencebikkan bibir.
"Iya, nih, serius amat hidup lo," sahut Nando protes.
Tak ada yang bisa menghibur Kevin, perasaan jengkel tak kunjung hilang. Entah kapan Kevin akan bisa menerima pernikahan sang ibu dan Arsya.
Di tempat lain, sepasang suami istri yang tengah dibicarakan oleh para pemuda tadi, kini sedang bermesraan. Sang suami muda merangkul erat Lidya dari belakang. Arsya membalikkan tubuhnya dan bertatapan.
Lidya tertidur setelah melakukan kewajiban seorang istri. Arsya duduk di kursi belajar, mentap layar laptop dan jari-jarinya sibuk mengetik. Ia harus menyelesaikan tugas kuliah.
Uapan demi uapan, matanya sayu. Arsya menutup laptop, segera berbaring telentang di kasur. Menoleh, melihat wajah si istri yang tertidur miring ke arah dirinya.
Saat Arsya menutup mata, ia mendengar suara gumaman.
"Novan ...."
Arsya membuka mata, memiringkan kepala ke arah Lidya. Keningnya berkerut. Lagi, Lidya mengucapkan nama yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami yang Berdosa
RomanceArsya merupakan anak asisten rumah tangga dari keluarga Lidya. Saat Arsya berusia 11 tahun, ibunya meninggal. Lidya sudah berjanji bahwa dia akan menjaga Arsya. Namun, kedua anak Lidya-Kevin dan Clara membenci Arsya, karena menganggap Arsya merebut...