Arsya mengajak sang istri untuk makan, tetapi Lidya lemas, tidak karuan. Dia meminta suaminya untuk makan malam tanpanya. Arsya pergi ke ruang makan, di sana ada Clara yang sudah duduk sendiri. Mereka duduk berhadapan di antara meja.
"Jadi, kita hanya berdua," ucap Arsya sembari menyapa sang gadis.
"Ya, Kak Kevin nglayap terus, kalau enggak, di salon mobilnya. Mama?" Clara memasukkan satu sendok makan ke dalam mulut.
"Tidur, nanti kalau bangun, baru saya bawain makan malam." Arsya menarik kursi untuk duduk.
"Lo itu suami idaman banget, ya?" Clara tersenyum lebar tanpa menunjukkan deretan gigi.
Mata Arsya membesar, merasa tersanjung.
"Seandainya gue nanti juga punya suami kayak lo." Clara menatap Arsya sekilas.
Arsya mengambil nasi sambil tertawa dalam mulut tertutup. "Bisa saja."
"Beneran."
"Kenapa aku jadi GR gini? Seperti mau terbang," batin Arsya.
Beberapa malam, Arsya dan Clara menikmati hidangan makan malam hanya berdua.
Dua jam setengah setelah mengisi perut, Arsya berlari di treadmill di ruang olahraga. Clara datang mengenakan celana pendek dan kaus pendek olahraga.
"Hai." Arsya memberikan senyuman ramah.
"Hai."
Clara menggunakan sepeda statis yang berada di sebelahnya, Arsya melirik si gadis. Clara juga melirik, tetapi Arsya seketika mengalihkan pandangan. Laki-laki ini mengencangkan kecepatan untuk mengalihkan pikiran yang mulai tidak karuan.
Sampai ia lelah, menurunkan kecepatan, kemudian menoleh ke arah Clara. Yang ditatapnya itu menoleh, keduanya saling memandang dan tersenyum bersamaan.
Seperti membuat janji, malam berikutnya mereka kembali bertemu di jam yang sama. Kali ini, mereka bertukar alat dengan kemarin malam. Sapa, senyum, dan akhirnya Arsya membuka pembicaraan hingga keduanya asyik berbincang.
Tak hanya di rumah, Arsya menjadi terus-menerus mencuri pandang pada anak dari istri sendiri.
Saat Arsya tengah mengemil bersama Rifki di kantin kampus, ia menoleh ke arah kanan-depan, memandang Clara yang sibuk mengobrol bersama Raisa dan Nita. Hingga tiba keduanya bersamaan saling memandang, Arysa seketika mengalihkan pandangan.
"Kenapa aku suka mandangin Clara?" Arsya membatin.
Lagi, mereka dipertemukan hanya berdua, duduk berhadapan di antara meja yang terdapat hidangan lezat.
"Mama nggak ikutan lagi?"
"Bu Lidya katanya mau nanti makannya."
"Oh."
Clara dan Arsya mulai mengambil makanan. Arsya menegakkan dagu, memandang Clara sedetik dan kembali melihat piring. Clara juga sesekali menilik wajahnya. Saat Arsya selesai makan, ia mengambil piring kosong dan mengisi makanan, kemudian pergi.
"Saya dulu, ya?" pamit Arsya.
"Iya."
Arsya menghampiri istri yang sedang berbaring lemas, ia menyuapinya.
Lidya tersenyum, menahan mual. "Sudah, Arsya."
"Baru empat suapan, Bu." Arsya membujuknya untuk memakan lagi.
Lidya menggeleng. "Saya yang mau halus-halus saja biar gampang ditelen."
"Bu Lidya mau apa?"
"Jus alpukat campur susu coklat."
![](https://img.wattpad.com/cover/325616726-288-k731783.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami yang Berdosa
Roman d'amourArsya merupakan anak asisten rumah tangga dari keluarga Lidya. Saat Arsya berusia 11 tahun, ibunya meninggal. Lidya sudah berjanji bahwa dia akan menjaga Arsya. Namun, kedua anak Lidya-Kevin dan Clara membenci Arsya, karena menganggap Arsya merebut...