Semua orang dalam rumah Lidya begitu sibuk untuk persiapan ulang tahunnya. Para asisten rumah tangga menyiapkan prasmanan dan alat barbecue. Arsya dan Kemal menata balon dan bunga di sekeliling gazebo. Setelah hampir siap, Arsya berpamitan untuk menjemput istrinya.
"Masuk," jawab Lidya setelah Arsya mengetuk pintu.
Arsya memberikan senyuman lebar.
"Arsya."
"Saya antar Bu Lidya pulang. Mari, Bu Lidya."
Arsya berjalan mendekat, mengulurkan tangan. Lidya menggeleng bersama senyuman malu. Namun, Arsya tetap memaksa, menangkap telapak tangan Lidya dan menuntunnya berjalan keluar.
Sesaimpainya di tempat parkir, Arsya membukakan pintu. Lidya duduk memasang seatbelt.
"Selamat ulang tahun, Bu Lidya."
Lidya menoleh, memberikan senyuman lembut. Arsya memberikan kado kecil.
"Wah, terima kasih, Arsya." Lidya tersanjung. Memutar-mutar kadonya, "Apa ini, ya? Boleh dibuka?"
"Boleh, Bu Lidya."
Wanita awet muda itu membuka kado. Terlihat liontin berbentuk bunga mawar mekar. Dia mengambilnya, senyum terus menghiasai wajah, matanya berbinar-binar. "Wah, bagus sekali, Arsya," ujarnya kagum.
"Bu Lidya kan sudah punya banyak kalung, saya hanya kasih liontinnya saja. Semoga Bu Lidya suka."
"Saya suka, Arsya, bagus sekali. Saya tuh sebenernya, bersyukur karena masih bisa ulang tahun di hari ini, tapi sebetulnya saya jadi merasa semakin tua." Lidya menunduk, senyumnya berubah menjadi senyum masam.
"Saya sudah bilang berkali-kali, Bu Lidya tetap cantik," Arsya mendekat ke wajah Lidya dan berbisik, "Bu Lidya juga masih seksi."
Laki-laki ini menegekkan dagu sang wanita, memberikan senyuman anggukan mantap tanda menyakinkan atas ucapannya.
"Ah, kamu ini gombal saja. Kamu diam-diam itu nakal, ya?" ledek istrinya.
Arsya tertawa menggelak. Lidya kembali tersenyum malu-malu dan melirik si suami muda. Arsya kembali memberikan gombalan sembari menyetir.
Sampailah di rumah, Arsya mematikan mesin mobil dan menoleh istrinya. "Tunggu, Bu Lidya diam dulu."
Arsya keluar mobil, membuka pintu untuk istri dan membukakan seatbelt. Menuntunnya keluar, kemudian memasangkan penutup mata di wajah Lidya.
"Aduh, kamu ini apa-apaan, Arsya." Lidya merosotkan bahu, terheran dengan perilaku si pemuda.
"Sudah, Bu Lidya diam saja." Arsya seketika membopongnya.
Lidya terpekik kaget. "Arsya. Ada-ada saja, kamu." Bibirnya tertarik senyum yang mengembang.
Arsya terus menggendong hingga ke deket gazebo. Clara, Kevin, para satpam dan sopir sudah berkumpul dan bersiap untuk menyambut Lidya.
Persiapan juga sudah siap, terdapat kue ulang tahun yang bertuliskan 'Selamat Ulang Tahun' dengan dua lilin yaitu 4 dan 2. Meja yang penuh makanan, hiasan balon dan bunga di sekeliling gazebo.
Clara sedang sibuk memotret meja, tiba-tiba terdiam saat melihat Arsya sedang menggendong Lidya. Si gadis terus fokus melihat sepasang suami istri yang terlihat begitu bahagia.
Arsya dan Lidya sampai di gazebo. Semua sengaja tak membuat suara apa pun. Arsya menurunkan si istri dari gendongan. Memberikan isyarat kepada semua orang, lalu melepaskan penutup mata pada wajah sang istri.
Mereka menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Lidya menutup mulut dengan kedua telapak tangan, mata berbinar-binar, dan jantug berdetak diiringi bahagia yang membuat pipi mengjangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami yang Berdosa
RomansaArsya merupakan anak asisten rumah tangga dari keluarga Lidya. Saat Arsya berusia 11 tahun, ibunya meninggal. Lidya sudah berjanji bahwa dia akan menjaga Arsya. Namun, kedua anak Lidya-Kevin dan Clara membenci Arsya, karena menganggap Arsya merebut...