26. Sesak

104 30 21
                                    

Lidya bersiap untuk menyambut kepulangan suami muda dan sang putri. Memasak makanan kesukaan mereka untuk makan malam. Bi Rita membantu memotong sayuran dan lainnya. Lidya mulai memasak gulai cumi.

"Pokoknya kita masakin kesukaan Clara dan Arsya yang spesial," kata Lidya semangat. Wajahnya berseri-seri, terpancar kebahagiaan untuk menyambut keduanya.

"Bi."

"Ya, Bu?"

"Bi Rita sudah menopause belum?" Lidya mengaduk masakan.

"Sudah, Bu."

"Waktu umur berapa?"

Bi Rita berhenti memotong sayur dan berpikir. "Empat puluh sembilan, Bu."

"Ouh ... kalau umur saya kira-kira apa sudah menopause juga, ya?" tanya Lidya ragu-ragu karena merasa bahwa jawabannya adalah belum. Dia mencicipi masakan.

"Masih terlalu muda atuh, Bu." Bi Rita melanjutkan memotong sayuran.

"Kayaknya saya sudah mulai menopause, Bi. Sudah seminggu lebih saya tidak haid." Alis sebelah naik, berpikir bahwa mungkin bukan juga karena menopause.

Bi Rita melangkah mendekati Lidya. "Beneran, Bu?"

"Iya, Bi."

"Jangan-jangan bukan menopause, Bu, tapi hamil!" Bi Rita antusias dan merayu.

"Ah, masa sih? Saya kan sudah tua gini." Lidya tidak yakin.

"Eh!" Rita menangkis perkataan Lidya, "Bu Lidya tuh masih muda atuh. Empat dua mah masih muda. Masih bisa hamil. Sebelumnya haidnya masih lancar 'kan, Bu?"

"Masih, sih."

"Nah, kan. Hamil, Bu." Bi Rita semakin bersemangat.

"Tidak mau berharap, ah, takutnya menopause lagi, nanti malah saya sudah senang jadi kecewa," ujar Lidya merosotkan bahu dan menghempaskan napas.

"Gini, saya beli testpack ya ke minimarket?"

Lidya menoleh tak percaya. "Loh, beneran?"

"Ya dong, Bu, biar pasti. Besok pagi pas bangun tidur dicek aja, Bu," pungkas Bi Rita memaksa. Senyumnya  lebar, turut bahagia.

Masa sih, hamil? Ah, sudahlah jangan berharap, kata Lidya dalam hati. Dia menggeleng-geleng tak berharap.

Akhirnya Arsya dan Clara sampai di rumah. Setelah mereka beristirahat sejenak, Lidya dan Bi Rita menyiapkan makan malam. Arsya, Lidya, Clara dan Kevin menyantap makan malam bersama.

"Terima kasih, Bu Lidya sudah masakin semuanya. Cuminya," celetuk Arsya, memandangi hidungan.

Kevin berdecih dan memutar bola mata malas.

"Ya, Ma, makasih dah masakin kepiting saus mentega," tutur Clara. Tersenyum melihat makanan kesukaannya.

"Saya tadi sudah cicipin dan nggak kepedesan, ya 'kan Arsya?" tanya Lidya.

Clara mengusap rambut hingga ke belakang telinga, teringat saat dia menjahilinya, kini merasa bersalah.

"Ya, Bu Lidya, ini enak banget." Arsya mengangguk-angguk menikmati makanan.

Malam yang menyenangkan untuk mereka. Waktunya beristirahat untuk kembali beraktivitas besok pagi.

Matahari kembali terbit, setelah Lidya mandi dan bersiap ke kantor, dia  mengajak Arsya duduk di sofa. Mereka bertatap muka. Arsya terheran, merasakan bahwa di pagi ini Lidya seperti akan mengajak berdiskusi.

Kami yang BerdosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang