Beberapa minggu berlalu, hubungan Arsya dan Clara sudah berakhir. Sore itu, sebuah mobil crossover hitam telah mengikuti mobil milik Clara sekitar seperempat jam lalu. Gadis tersebut sesekali memeriksa spion. Mendengkus, dia menginjak gas lebih dalam, tetapi Niko akhirnya berhasil menyalip dan memberhentikannya. Lelaki itu membungkuk dan mengetuk kaca pintu. Clara enggan membuka, kedua tangan meremas setir.Niko terus-menerus mengetuk pintu yang membuat Clara berdecak kesal, terpaksa dia keluar mobil. Si gadis mengembuskan napas dan memutar pelan bola mata.
Niko bersedekap, memiringkan kepala dan tersenyum dengan menaikkan alis sebelah. "Lo mau kabur dari gue, hah? Lo kenapa nggak bales chat gue?" tanyanya dengan maksud meledek. "Kaget ya, gue udah bebas sekarang."
Clara kembali membuang napas panjang. Ingin sekali melontarkan sumpah serapah, tetapi dia mencoba sabar menghadapi Niko agar tidak memperburuk suasana. Clara memalingkan wajah, enggan melihat wajah laki-laki di hadapannya.
"Lo kenapa dari kemarin nggak pernah ngabarin gue?" tanya Niko lagi.
"Niko, gue udah bilang berkali-kali, gue mau sendiri, gue mau putus, gue mau udahan," jawab Clara menekan.
Niko tersenyum simpul, matanya terlihat teduh dan menenangkan. "Gampang banget lo bilang putus? Lo mau gue sebarin foto-foto dan vidio lo itu?" Bertentangan dengan raut wajahnya, ia melontarkan ancaman.
Mata Clara membesar. "Niko, kalau lo sebarin itu, lo kena hukum, lo bakal masuk penjara juga. Lo mau masuk penjara lagi?" cecarnya.
"Udah gue bilang juga, gue nggak takut, yang penting batin gue puas, bikin lo dan keluarga lo malu." Niko tersenyum manis, mengelus dagu dan agak mendongak sembari berkhayal. "Bayangin, gimana ekspresi mama lo waktu liat muka sange lo, keenakan pas gue entotin." Ia tertawa meledek.
"Nik, gue mohon. Hubungan kita tuh apa? Gue nggak cinta sama lo!" Clara menegaskan.
"Ya bodo amat, gue butuh body lo yang aduhai." Niko terkekeh-kekeh, lalu mendekatkan mulut ke telinganya. "Lo ngerti nggak, sih? Gue kalau bayangin body lo, bikin gue sange. Sumpah, gue kangen banget sama lo."
Clara mengedikkan dagu. "Lo emang bangsat, Nik," ucap pelannya dengan bibir bergetar hebat. Matanya bergenang, merasa lemah dan tidak punya jalan lain untuk bisa pergi darinya.
Tak bisa berdebat, Clara hanya menurut saat diajaknya ke rumah Niko. Di sana Clara dituntun pelan untuk memasuki kamar Niko. Ditatapnya dengan napsu, Niko merebahkan tubuh Clara.
Lo udah berani sama gue, ngabain gue saat gue di penjara. Sekarang lo harus terima dendam gue, Niko membatin, senyum simpulnya terulas.
Perempuan yang ditatapnya hanya pasrah. Niko kasar membuka kaus Clara, siap memaksanya untuk memuaskan diri.
"Gue mohon, Nik, pelan-pelan, jangan kasarin gue," ucap Clara memohon.
Niko hanya tersenyum miring.
Setelah lelaki itu melampiaskan hasrat, ia mengenakan celana boxer dan kaus, lalu keluar kamar dan duduk di ruang televisi. Diambilnya sebatang rokok yang berada di meja. Ia nyalakan korek api dan menghisap sigaret. Punggungnya menyandar pada sandaran. Kepulan asap ia embuskan perlahan, lega dan santai, Niko masih menikmati atas apa yang baru saja ia lakukan terhadap Clara.
Clara masih terbaring di kasur. Matanya nyalang menatap atap langit. Kedua daun telinganya sudah basah terkena air mata. Dia tidak tahu bagaimana nasib dirinya saat ini. Harus kembali pada Niko dan melupakan laki-laki yang sangat dia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami yang Berdosa
RomansaArsya merupakan anak asisten rumah tangga dari keluarga Lidya. Saat Arsya berusia 11 tahun, ibunya meninggal. Lidya sudah berjanji bahwa dia akan menjaga Arsya. Namun, kedua anak Lidya-Kevin dan Clara membenci Arsya, karena menganggap Arsya merebut...