21. Minta Maaf dengan Tulus

104 26 18
                                    

Semua keluarga Lidya bersiap untuk makan malam. Clara begitu lahap memakan yang tersaji spesial untuknya. Selesai makan, cewek itu menceritakan kejadian saat dia tersesat bersama Arsya. Ketegangan dan ketakutan yang mereka alami. Lidya sangat bersyukur karena Clara dan Arsya selamat.

Clara mengahiri percakapan, berpamit ke kamar. Berbaring miring, senyuman bahagia terus menghiasi wajah. Merentangkan dua tangan, mengelus-elus kasur lembut dan nyaman, lalu memegang perut.

"Gue seneng banget, akhirnya bisa kembali ke kamar kesayangan. Gue bisa makan apa aja sepuasanya, tapi perut begah banget, kebanyakan makan." Clara mengeluh, menghela napas malas.

Memiringkan badan, mengelus perut agak buncit, lalu terdiam dan mengingat saat bersama Arsya. Membayangkan ketika Clara dipijat, dipeluk diberi kehangatan oleh Arsya.

Kenapa gue kebayang-bayang sama dia? Ternyata, dia baik banget. Meski gue selalu jahat sama dia, tapi dia tetep baik sama gue. Perhatian banget, hangat, pengertian .... Astaga, kenapa gue mikirin makhluk sialan itu, pikirnya. Clara mengacak-acak rambut.

Clara belum sempat membeli ponsel baru, tetapi punya ponsel cadangan yang jarang dipakai. Saat membuka sosial media, dia mendapati pesan dari seseorang yang tidak dikenal.

Halo Nona Clara, saya Dendi Wiranta, asisten Niko. Sudah beberapa kali saya hubungi, tapi nomor Nona Clara tidak aktif. Niko ditangkap polisi, sekarang dia minta agar Nona Clara menemuinya segera.

Kening si gadis mengernyit. "Niko dipenjara?" Terdiam sejenak, perlahan bibirnya tertarik senyuman dan matanya membesar. "Ya bagus, sih kalau Niko dipenjara. Gue bisa bebas."

Ya, Clara bisa sejenak baristirahat dari gangguan Niko. Terus tersenyum sebelum tertidur pulas hingga pagi hari.

Clara hanya bermalas-malasan di kamar setelah sarapan. Saat menjelang siang, dia berdiri di depan kaca jendela dan melihat ke arah kolam renang. Mengerjap, melihat Arsya sedang berenang.

Kepala Arsya muncul ke permukaan air, lalu tangan kanan mengelap wajah hingga ke puncak kepala. Ia naik ke atas, mengambil handuk, mengeringkan badan dan rambut.

Clara terus fokus memperhatikannya. Kenapa makhluk sialan itu sekarang jadi ganteng? Apa gue aja yang baru sadar kalau ternyata dia emang ganteng, batinnya.

Gadis ini terdiam memikirkan Arsya. Teringat saat dia selalu membentak, menjahili dan menghinanya.

Berkedip, kembali menatap Arsya yang tengah duduk santai meminum jus jeruk. Clara menunduk, menyadari semua kesalahan terhadap Arsya.

Keesokan harinya saat Arsya tengah menyirami tanaman, Clara memberanikan diri, datang menghampirinya. "Arsya."

Arsya berbalik, tertegun, alis sebelah mengerut "Manggil nama saya?" Ia tersenyum. Baru kali ini si gadis memanggil namanya. Biasanya selalu memanggil dengan sebutan Makhluk Sialan atau Cowok Sialan.

Clara terdiam sejenak. "Am ... ah." Cewek itu mengusap rambut hingga ke belakang telinga.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu? Oh ya, kamu sudah sembuh?"

"Ya, gue udah sembuh kok." Clara menunduk, melihat sekitar. Menahan napas, lalu mengembuskan pelan.

"Oh, syukur deh."

"Gue mau ngucapin terima kasih sama lo."

Dahi Arsya mengernyit. "Buat?"

"Karena lo udah ngerawat dan jaga gue selama kita tersesat dan gue sakit."

Kami yang BerdosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang