Part 2

2.9K 143 0
                                    

Tangan putih dan dingin menyentuh sebagian wajahku dengan lembut. Matanya begitu dekat dengan wajahku, bahkan aku dapat merasakan hawa nafasnya. Tapi tunggu dulu...........

Deg! Oh tidak! 

Aku tidak dapat merasakan hawa nafasnya.

Jangan bilang....

"Kauu...." ucapku takut setelah dia melepaskan tanganku.

Dia tersenyum

"Yap!.. sepertinya hanya kau yang dapat melihatku hihihi.." ujarnya dengan santai.

Bagaimana mungkin Mataku dapat melihat sosok seperti dia.....-Lagi-.....

"Bagaimana kau tahu kalau saya dapat melihatmu?!" Tanyaku tajam padanya.

Dia hanya tersenyum sambil menaikan bahunya.

Ia pun memasang wajah berfikirnya.
"Saya pun tahu, kalau mbak bisa melihatku dari awal saya kecelakaan. Sepertinya disana kau tampak sangat terkejut saat mata kita bertemu" jawabnya sambil menerawang.

Oh iya! aku baru ingat kalau laki-laki yang berada ditempat kejadian itu dia. Dan yang menatapku dijalan juga dia! Aku memalingkan wajah bukan karna takut dia, hanya saja aku takut kejadian seperti ini terulang. Dan nyatanya memang terulang. Ah sial harusnya aku tak menunjukan raut wajahku saat itu.

Aku menarik nafas dan menelannya dalam-dalam. Mencoba dengan sekuat tenaga.

"Seperti itu yah hahaha" Kataku dengan hambar. " Maaf mungkin kau benar Kalau saya dapat melihatmu. Baiklah aku akui itu, dan setelah kau ketahui kalau memang saya bisa melihatmu sekarang bisakah kau meninggalkan ku?" Ujarku padanya.

Aku sudah tak memperdulikan Makhluk entah apa itu sekarang berada disudut rumah mana. Aku hanya sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah yang belum terselesaiknan pagi ini.

"Kau sudah lama bisa melihat hal-hal seperti ini?" Tanyanya dengan badannya yang melayang tak tentu arah.

"Mmmmm sudah dari kecil bisa melihat apa yang tak bisa dilihat" jawabku dengan tangan yang sibuk melipat pakaian.
Dia menatapku dengan dalam. Dan tak lama dia menganggukan kepalanya, tanda mengerti.

"Mata ini..." tangannya memanjang mendekati wajahku yang tertunduk.
Jari telunjuknya mendekati kelopak mataku yang bulat. Ia mencolok-colok mataku

"Sakit ih!" keluhku padanya.

Ia malah tertawa terbahak bahak, dengan matanya yang tertutup mengeluarkan butiran akristal disudut matanya. Layaknya manusia yang masih hidup. Tapi mengapa ia seperti hantu saat ini? Melayang kesana kemari, dengan kemeja kusutnya. Serta menunjukan Wajahnya yang kelelahan.

"Sekarang apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku sinis. Ia menoleh dan seraya ingin menjawab pertaanyaanku langsung dengan cepat, tapi ia mengurungkan niat.

"Kenapa? Kau tak ingin bercerita padaku?" kataku lagi dengan menoleh kesudut lain.

"Jika aku bercerita, mau kah kau menjadi temanku?" tanyanya yang langsung membuat dadaku berdesir.

Aku menoleh kearahnya dan menatapnya dengan bingung. "Teman? Haha jangan gila." jawabku dengan santai. Manusia dengan hantu berteman? Mana mungkin! Itu mustahil!.
"Kita beda dunia. Sebuah keajaiban saya dapat melihatmu. Dan itu cukup. Kita tidak harus menjalan kata pertemanan. Itu mustahil".
Ia pergi menjauh, sepertinya ia terluka dengan kata-kataku. Matanya terlihat sedih. Seperti ada luka yang mendalam.
"Maaf..." ucapku cepat.

"Tidak apa apa, kalau kau tidak ingin" dengan senyum paksaan. "Aku pergi yaa, terimakasih... sudah mau menemaniku mengobrol beberapa waktu tadi" ucapnya dan tiba-tiba hilang menembus tembok rumahku.

Maaf,aku tak bermaksud melukai hatimu. Hanya saja, aku tak ingin melihat hal seperti ini lagi. Sudah beberapa orang menganggapku gila. Tapi mereka benar aku gila!
Sudahlah, biarkan saja Hantu pria Tampan itu mencari teman lain. Yang dapat melihatnya seperti ku, walaupun tak mungkin. Aku menatap jendela kamarku. Hembusan angin membuat suasana menjadi lebih dingin. Sangat dingin. Helai demi helai rambutku ikut menari dengan angin. Rasanya lelah sekali hari ini. Tidak lama aku tertidur dengan lelap disini. Ditempat biasa aku meluapkan semuanya.

Pangeran HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang