Part 5

2.2K 125 0
                                    

Hantu itu menggengam kuat jemarinya, karna rasa takut tak terkalahkan.
Tak lama ia pun terbang dan menghilang dihadapanku.
Saat aku menghadap kejendela ternyata dia tidak mau merasakan serunya naik kopaja yang ngebutnya ngalahin valentino rossi hihi. Tak kalah serunya loh, suara gesekan antara kaca kaca, baut baut kendaraan yang mulai mengendur itu kaya efek efek gimana gituu..
Sudahlah abaikan, aku sudah mengelantur kesana kemari tak karuan.

****

Sampai sudah aku dengannya didepan Rumah Sakit terbesar dijakarta, aku menatapnya dalam. Ia disampingku,menatap gedung besar ini dengan sedih.

"Mau masuk?" Tanyaku.
Tibatiba dia terbang meninggalkanku untuk kesekian kalinya dalam perjalanan seharian ini.

"Ck! Tak punya sopan santun terhadap wanita yang lebih tua! Dari tadi hanya diam lalu pergi seenak bujelnya"
Ia pun berhenti lalu menatapku. Tibatiba tangan dinginnya menarik tanganku dengan lembut. Jantungku berdegup kencang, entah takut karna akan bertemu dengan keluarganya atau karna tangannya menyetuh diriku.
Kini kami sudah berdiri didepan pintu, kulirik kedalam ada seorang ibu yang menatapnya kosong. Matanya sendu,terlihat habis menangis.
Ia memberikan kode padaku untuk masuk, lalu aku pun mengikuti kodenya..

"Assalammualaikum..." sapaku dengan senyumanku paling manis.

"Walaikumsalam" jawab ibunya hantu. Ia menatapku dengan pertanyaan dimatanya 'siapa' . Aku pun dengan cekatan menjawab pertanyaan dimatanya..

"Perkenalkan bu, saya Emma Putri Santika. Saya temannya...." putusku.
Alamak aku gak tau nama hantu tampan itu!
Ia sepertinya tahu, kalau aku tak tahu namanya.

"Fadel" ucapnya.

"Saya temannya Fadel buu...." jelasku agak gugup. Gugup? Ya pasti. Untuk pertama kali aku bertemu dengan orang tua lakilaki, yap pertama kali.
Tidak heran jadinya kalau aku jadi Salah Tingkah seperti ini. Ibu nya si hantu itu pun tersenyum padaku, dan memperbolehkanku duduk disamping badan lakilaki yang ku kenal dengan wujud hantunya.
Badannya terbaring lemah tanpa nyawa, aku tak begitu mengerti mengapa ia seperti ini. aku menoleh ke arah dia berdiri sekarang, wajahnya sedih sekali. Beban hidup yang sangat berat, mungkin ia ingin hidup lagi. Tapi apa daya Tuhan berkhendak lain.
Kuraih tangannya, ku gengam tangannya dengan lembut. Aku pun permisi untuk kekamar mandi, mengambil wudhu. Lalu
Ku keluarkan Al-Qur'an ditas ku. Dan ku mulai mengucapkan lantunan ayat suci dengan nada seadanya.
Ku raba perlahan wajahnya , bibirnya tersenyum. Aku pun secara langsung menoleh ke arah hantu itu, ia tersenyum bahagia dengan apa yang ku lakukan.
Ibunya sudah menyiapkan air, untuk membersihkan badan kakunya. Aku pun membantunya, pelan pelan ku mulai mengelap badanya dengan handuk hangat. Kulit bersihnya sangat terawat, handuk ini melewati kulitnya dengan mudah. Kulitnya licin, sungguh bersih.

"Kamu baik sekali nak, semua temannya yang datang kesini hanya kamu yang mau mengaji untuknya" aku hanya tersenyum masam. Ibunya berlebihan.
Ibunya benar benar kehilangan dia, tak lama pintu kamar pasien terbuka. Ku lihat ada seorang pria tampan dewasa, dan seorang wanita cantik yang umurnya belasan.

"Siapa bun?" Tanya lakilaki dewasa itu.

"Oh dia emma pah, temannya fadel. Dari tadi disini membantu bunda membersihkan fadel dan mengaji untuk fadel juga pah.." jelas ibunya.
Aku pun berdiri lalu mendekati lakilaki dewasa yang ternyata ayahnya. Aku pun ngobrol banyak dengan keluarganya, berkenalan dengan adiknya Tania, ia sangat pintar dan cantik. Aku jadi iri padanya. Waktu pun terus berjalan,tak terasa hari menjelang malam, usai sholat maghrib aku mengaji lagi disamping badan hantu itu. Setelah usai aku pun pamit pada keluarganya.

"Ibu, bapa, dan tania saya pamit dulu.." ucapku diujung pintu pasien.

" iyah emma, terimakasih untuk hari ini.." ujar ibunya.

"Hatihati ya nak, kalau ada apa apa telvon dan jangan sungkan untuk minta tolong" ucap bapanya..

"Makasih ya kak, udah mau temenin kaka fadel dan tania disini.. nanti kalo kaka fadel udah siuman kita main bareng bareng pasti seru.." ujarnya sambil memelukku.
Aku melihat hantu itu hanya diam diposisinya memperhatikan dengan seksama disudut ruangan. Aku tahu dia sangat sedih, karna tak bisa ikut dengan kami..

"Sama sama sayang! Tania jangan lupa berdoa yah, doain kaka fadel biar cepet sembuh dan siuman.." ucapku padanya. Aku pun meninggalkan kamar hantu itu, kuliat ke belakang ternyata hantu itu tak mengikuti ku pulang.

Pangeran HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang