Adzan subuh berkumandang,menandakan waktu sholat. Aku bergegas mandi lalu kemudian aku mengambil wudhu dan sholat. Seusai sholat aku melihat kasur tidurku seperti mengajaku untuk bermanja manja disana, bahkan aku seperti tertarik untuk tertidur pulas kembali disana.
Ingin sekali melanjutkan tidur, tapi tidak bisa banyak hal yang aku lakukan dihari libur. Dengan cepat aku membereskan ruangan rumahku yang mungil, hanya terdapat tiga petak disini.. Kamar, Ruang Tamu, Dapur yang menjadi satu dibelakang dengan kamar mandi. Karna rumah ini kecil,jadinya aku lebih mudah dan cepat membersihkannya.
Setelah ku anggap bersih dan rapih aku langsung mengenakan seragam pelayanku dan juga jangan lupa jilbabku. Yah, disetiap hari sabtu minggu aku isi menjadi pelayan disebuah kafe dekat rumah. Lumayan buat nambah-nambahin biaya hidupku sehari-hari. Aku berlari dengan senangnya, saking senang aku lupa ada seseorang yang menatapku dari tadi. Aku menoleh dan..
"Hai.." ujarnya
"Kau! Kau lagi?! Apa yang kau lakukan?! Mengapa terus mengikutiku?! Aku pikir kau marah dengan katakataku itu?!" kataku dengan setengah berteriak.
"Hehehe tidak! Tidak sama sekali aku berpikiran untuk marah padamu.. " ujarnya sambil menutup mulutnya yang sedang tertawa.
Aku mendengus kesal, setiap bertemu dengannya aku ditertawakan. Entah apa yang lucu dariku. Ck! Aku pun pergi meninggalkannya, menjauh semakin menjauh dann... lariiii...
Tiba-tiba
"BUUUKKKK....." Kepalaku menghantam Batang Pohon yang didekat Cafe, kepalaku seperti berputar putar, pusing bukan main. Aku tertunduk lemas. Tiba-tiba entah siapa yang menggapaiku, dan merangkulku dalam dekapannya. Dekat saaangat begitu dekat.
"Kamu hati-hati, kalau lari jangan menunduk. Lihatlah kedepan" ujarnya khawatir. Tangan dinginnya menyentuh dahiku yang terasa panas akibat jedotan tadi. Ia membangunkanku dengan tubuh transparannya, Seperti teknologi yang canggih. Aku menatap matanya, Kekhawatiran dimatanya begitu besar. Bahkan sempat-sempatnya aku melihat kulit Transparannya yang begiru lembut.
"Kamu pusing?" Tanyanya lagi.
aku hanya menggelengkan kepalaku. Tidak hanya sajaaa....tambahku dalam hati.
Kemudian aku berjalan lagi, meninggalkannya sendirian disana, dengan kebingungan dimatanya -lagi-..
.
.
.
.
.
"Terimakasih, selamat datang kembali ke Cafe kami. semoga anda puas dengan pelayanan kami" ucapku senang dengan Costumer langganan kami. Jam menandakan waktu nya pulang, aku bergegas pamit dengan yang empunya toko kafe tersebut.
"Pak andri, saya sudah boleh pulang?" Tanyaku dengan semangat.
"Boleh emma, pulanglah dengan hatihati. Jangan sampai jedotin kepala lagi hahaha" ledeknya sambil menunjuk benjolan dikepalaku. Padahal sudah kututupi dengan jilbabku,tapi mengapa ia bisa tahu."Bagaimana bapak tahu?" Tanyaku sambil mengambil amplop berisi imbalanku hari ini. "Tentu saja aku tahu! hahaha sudahlah tak penting. Pulanglah" usirnya dengan mendorong-dorongku keluar.
"Baiklah! Sepertinya diriku sudah tak dibutuhkan lagi hiks" ujarku dengan pura-pura menangis. Tapi ia malah membalikan badannya lalu pergi. Aku hanya geleng-geleng kepala, tidak bisa diajak bercanda.
Lampu lampu kota mulai menyala, warna terang yang membuatku menjadi teduh. Angin sepoi-sepoi kembali mulai mengibas-ngbas jilbabku. Aku mendengak keatas dengan niat hati ingin menatap bintang dan langit malam.
Tapi Ternyata,
"Astagfirullah Aladzim" seru ku kaget bukan kepalang.
Laki-laki itu muncul tiba pas saat aku ingin menatap langit.
"Yaallah kenapa mahluk astral ini muncul lagi!" Ucapku kesal.
Laki-laki itu cemberut dan menatapku kesal.
"Sial! Emang saya mahluk astral apa?! Saya hanya kehilangan arah aja?! Kalo udah bisa masuk ketubuh saya juga gabakal ganggu mbak!!" Ujarnya kesal.
Ia terbang mendahuluiku.aKU berdecak sebal. laki-laki ini sepertinya dibawah umurku pikirku.
"Eh maaf gak bermaksud" ucapku menyesal. Ia kembali terbang mendekatiku.
"Iyah saya maafin, tapi ada syaratnya!".
"Apa?" Tanyaku .
"Mbak harus jadi Temanku!" Ujarnya dengan nada paksa.
Hah, lagi. Lagi kesekian lagi makhluk seperti ini mengajaku untuk menjadi temannya.
Dengan bodohnya aku mengangguk padanya."Yeay, akhirnya aku punya teman" ucapnya senang. Ia terbang kegirangan dengan cepat. Aku iri dengannya, ia bisa terbang melintasi langit dengan jutaan bintang didalamnya. Ingin sekali melakukan hal itu disini. Tiba-tiba ia mendekatiku lagi dan...
"Aku lapar..." sambil memegang perutnya.
"Hah? Bagaimana bisa kau lapar?" Tanyaku heran.
"Tentu saja, hantu pun perlu nutrisi untuk mempunyai tenaga agar kelak hantu bisa menakut-nakuti manusia" ujarnya polos! Entah aku yang bodoh atau dirinya. Tapi aku juga merasa lapar, jadi aku berniat untuk masak dirumah.
Setelah dirumah aku pun langsung memasak untuknya dan diriku. Lumayan, gini-gini aku bisa masak karna terbiasa sendiri.
"Sudah matang makanannya. Kemarilah.. ikut makan denganku.." ajaku.
Tak lama ia pun terbang menghampiriku.
Matanya bulat,seperti bola ping-pong tetapi ini sangat indah
"Waaaah, mbak jago masak ternyata. Mari makan mbak!" Ujarnya sambil mengambil makanan. Tibatiba ia berhenti.."Aku kenyang.."
"Loh bukannya baru makan?"
Ia hanya menggelengkan kepala, lalu diam.
"Aku pikir aku bisa makan, ternyata tidak. Mulutku menerima makanan tetapi tidak dengan perutku yang tembus pandang" ujarnya kecewa. Matanya sedih, melihatnya ingin sekali ku peluk, tapi tak bisa..
"Tidak apa apa mbak. Yang terpenting masakan mbak cah kangkung ini sungguh lezat. Makanlah mbak! Seharian ini kau sudah bekerja keras"
Ia terbang meninggalkanku dengan makanannya. Sedih, ternyata ia membohongi dirinya sendiri...
.
.
.
.
.
.
.
Seusai sholat malam yang aku lakukan, aku melihat laki-laki itu berdiri didekat meja belajarku. Ia mengahampiri ku dengan mata sedih, air matanya jatuh satu persatu..
Ia menangis, aku mencoba merangkulnya. Tidak tembus, masih sedikit ada hawa hangat dipunggungnya.
"Kau kenapa?" Tanyaku sok peduli
Ia menatap mataku dan terbesit Reka ulang kejadian. Seperti menonton film dibioskop, kejadian kecelakaan waktu itu. Dan ruangan Rumah sakit dimana ia dirawat.
"Jadi kau..."
"Iyah mbak, aku terlepas dari raga ku waktu kecelakaan itu. Aku melihat tubuhku lemas tak berdaya.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Hantu
General FictionWanita berjilbab itu menatapnya dalam, sekian bulan setelah bekenalan mereka bertemu. Bukan! bukan disaat Jiwanya terlepas pada Raganya, melainkan disaat lakilaki tampan itu tersadar dalam KOMA. "Siapa?" tanya lakilaki tampan yang menggunakan pakaia...