**00. Pʀᴏʟᴏɢ**

770 63 0
                                    

Jangan lupa follow, vote, dan tinggalkan komentar untuk mendukung penulis!
Cerita dibuat orisinil oleh terasora.
⚠️⚠️⚠️ Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita! ⚠️⚠️⚠️

Dua anak manusia sedang berjalan beriringan sepulang sekolah. Mereka terlihat asyik bercakap-cakap membicarakan banyak hal. Soal sekolah mereka, kelulusan mereka yang sudah di depan mata, dan soal rencana liburan.

"Jadi lo mau ke Singapura sama Mama Papa lo?" tanya gadis di sebelah cowok bertubuh jangkung di sampingnya. Mereka membahas rencana pemuda di sebelahnya.

"Hm," gumam sang pemuda ber-name tag Heroine Noviansyah itu. "Kita sekalian jenguk Opa. Kondisi kesehatan Opa nggak terlalu baik akhir-akhir ini, tapi Opa tetap maksain nggak mau ngerepotin anak cucu."

"Opa orang yang indepedent sih," Laila Maulida berkomentar. Ia mengenal Opa pemuda di sampingnya. Mereka bahkan beberapa kali bertemu jika kakek dari Heroine Noviansyah itu datang ke Jakarta untuk berkunjung ke rumah anak cucunya yang tepat di depan rumahnya. Rumah mereka berhadap-hadapan di kompleks perumahan kaum menengah. "Jadi kayaknya nggak aneh kalau Opa nggak mau ngerepotin anak cucu."

Hero, panggilan Heroine Noviansyah, ia mengangguk setuju. "Kalau lo gimana? Rencana liburan mau ke mana? Jangan bilang mau di rumah aja!" seru Hero dengan mata memicing.

Lail, panggilan akrab Laila, hanya bisa tersenyum tipis. Dugaan sahabat semasa kecilnya itu tepat sasaran. "Papa katanya sibuk sama urusan kantor, kalau Mama sibuk sama urusan katering. Paling gue sama Nana bakal di rumah aja sepanjang liburan. Belum ada rencana pasti," balasnya apa adanya.

Hero manggut-manggut. "Mau ikut gue aja ke Singapura? Liburan di sana. Gue juga pastinya bosan kalau di sana sendirian. Nasib anak sematawayang."

"Bukannya senang lo karena jadi anak semata wayang? Jangan pura-pura menderita deh!" Lail bersungut menghadapi sahabat karibnya itu. Ia memegang tali tas ransel yang dibawanya. Merasa keberatan dengan bawaan di punggungnya itu. Hari ini ia membawa banyak barang yang disimpannya di loker siswa. Ia memang sengaja membawa pulang karena sudah tak banyak waktu lagi dengan kelulusan. Loker siswa harus mulai dikosongkan.

Berbeda dengan Lail, Hero justru santai saja. Jelas saja, tenaga laki-laki itu dibanding dirinya sangat berbeda jauh.

Berjalan dengan santai, Hero memegang tali tas Lail yang ada di pundaknya. Ia mencoba meringankan beban tas yang gendut yang dibawa oleh sahabatnya.

Lail yang merasa cukup keringanan, diam-diam tersenyum simpul. Ia senang dengan bantuan Hero.

Sesampainya di jalan depan rumah mereka, Lail dan Hero pun berpisah. Masing-masing masuk ke dalam rumah dengan pagar besi bercat hitam itu.

Lail masuk ke dalam rumah dan langsung disambut oleh pemandangan adiknya yang sedang main handphone di sofa ruang tamu. Adik perempuannya, Nana, masih memakai seragam sekolahnya. Kakinya sudah telanjang. Di dekat kakinya terdapat sepatu dan kaos kaki yang sepertinya baru ia lepaskan.

"Heh, simpan dulu sepatunya!" ketus Lail pada sang adik yang memang lebih tomboy darinya.

Naina Firda atau biasa disapa Nana oleh keluarga dan orang terdekatnya itu hanya melirik melalui sudut matanya. Secepat kilat, bocah perempuan berusia 15 tahun itu mengabaikannya. Nana sedang main game di ponselnya dan tidak mau mengurusi sang kakak yang memang kadang menjengkelkan baginya.

Mengabaikan sang adik, akhirnya Lail pun meninggalkan Nana di ruang tamu. Ia meletakkan sepatu yang dipakainya sepanjang hari ini di rak sepatu lalu berjalan menuju kamarnya. Wajahnya mulai kelihatan lelah, tas gendutnya memperparah kondisi pulang sekolahnya hari ini.

Mad Of You [ 𝐇𝐞𝐫𝐨 & 𝐋𝐚𝐢𝐥 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang