**Bᴀʙ 21 Kᴇᴍᴀʀᴀʜᴀɴ Tᴀᴋ Bᴇʀᴀʟᴀsᴀɴ**

135 29 48
                                    

Jangan lupa follow, vote, dan tinggalkan komentar untuk mendukung penulis!
Cerita dibuat orisinil oleh terasora.
⚠️⚠️⚠️ Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita! ⚠️⚠️⚠️

⚠️⚠️⚠️ Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita! ⚠️⚠️⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 21 Kemarahan Tidak Beralasan

Mata laki-laki dewasa berusia 27 tahun itu memindai segala arah. Ia tak bisa menyembunyikan senyumnya saat melihat sosok gadis yang dikenalnya. Tak menyangka jika ia bisa melihatnya walaupun dari kejauhan.

"Pak Dante, kenapa jadi dosen?" tanya salah seorang mahasiswi yang berada di dekatnya. Beberapa mahasiswi mengerumuninya seolah ia adalah gula yang sangat manis.

Dante hanya tersenyum. Pertanyaan ini sering kali dilemparkan mahasiswanya, bahkan saat ia memperkenalkan diri di kelas pun, pasti ada saja mahasiswa yang bertanya soal keputusannya menjadi seorang dosen.

"Saya permisi kalau begitu," ujar Dante lalu meninggalkan kerumunan. Ia berjalan menuju kantor dosen, dan kembali mendapatkan perhatian sebagai dosen muda di universitas. Namun karena sudah terbiasa dengan keadaan yang demikian --yakni menjadi pusat perhatian-- maka Dante tetap mencoba mengakrabkan diri dengan tenangnya.

Dante pulang dari kampus setelah mengajar mata kuliahnya di kelas terakhir. Ia membawa tas selempangnya yang berisi laptop dan beberapa materi ajar lalu berjalan meninggalkan kampus.

Beberapa kali ia disapa oleh mahasiswa atau mahasiswi yang mengenalinya. Dalam hati, Dante agak merasa aneh karena ia merasa banyak mahasiswa yang sudah mengenalinya padahal ini hari pertama ia masuk kampus untuk mengajar di semester baru ini.

Tetap bersikap tenang, Dante melewati beberapa orang dan terus berjalan di trotoar. Mungkin beberapa mahasiswanya mulai merasa aneh karena melihat dosennya pergi tanpa menggunakan kendaraan pribadi.

Melihat sosok perempuan yang dikenalinya sedang berjalan di depannya, Dante pun tersenyum. Ia tidak berniat untuk menghampiri gadis itu karena mereka masih berada di luar gedung apartemen. Ia melakukan itu agar tidak menimbulkan kecurigaan dari beberapa mahasiswa yang mungkin masih mengenalinya di sekitar area kampus.

Masuk ke dalam lobi apartemennya, Dante pun mulai melangkah lebar agar bisa menyusul Laila. Gadis itu baru saja masuk ke dalam lift dan berbalik saat tatapan mata mereka bertemu.

Dante tersenyum simpul dan Lail segera menekan kembali tombol lift agar pintu di depannya itu tidak tertutup.

"Makasih," ujar Dante setelah masuk ke dalam lift. Ia berdiri di samping Lail seraya menahan diri agar tidak tersenyum lebar lebih dari seharusnya. Tak mungkin kan ia bertingkah seperti remaja tanggung pada mahasiswi di kampusnya mengajar.

"Mas Dante ternyata dosen," ujar Lail membuat Dante tertawa pelan. Matanya nampak berbinar, ada rasa bangga dirasakan pria itu.

"Kamu kaget?"

Mad Of You [ 𝐇𝐞𝐫𝐨 & 𝐋𝐚𝐢𝐥 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang