**Bᴀʙ 7 Pᴇʟᴜᴋᴀɴ Hᴇʀᴏ**

114 28 3
                                    

Jangan lupa follow, vote, dan tinggalkan komentar untuk mendukung penulis!
Cerita dibuat orisinil oleh terasora.
⚠️⚠️⚠️ Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita! ⚠️⚠️⚠️

⚠️⚠️⚠️ Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita! ⚠️⚠️⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 7 Pelukan Hero

Mama Tari tersenyum saat melihat Hero akhirnya sampai di rumahnya. Pemuda remaja berusia awal 20 tahun itu berjalan dengan langkah tenang sambil mengekori Nana, putri bungsunya. Memang tadi Mama Tari yang menyuruh si bungsu menyusul Hero di rumahnya.

"Pagi, Tante," sapa Hero memulai terlebih dahulu.

"Oh iya, Hero. Pagi juga," Mama Tari memperhatikan gerak gerik Hero yang agak canggung. Menurut pengamatannya, memang Hero sepertinya menyembunyikan masalahnya.

Mendesah pelan, Mama Tari mendadak merasa lelah dengan tingkah anak sulung dan anak tetangganya itu. Tapi mau bagaimana lagi, ia sayang keduanya, ia tak ingin melihat Hero dan Lail bertengkar mau bagaimana pun masalahnya, Mama Tari yakin kalau ada solusinya.

"Hero, tolong panggilin Lail ya! Tadi katanya Lail mandi, mungkin sekarang udah selesai. Tolong suruh turun ya, kita sarapan bareng!" kata Mama Tari lemah lembut.

Nana yang melihat bagaimana ibunya berlemah lembut pada Hero hanya bisa tersenyum miris. 'Ke anak orang bisa baik gitu, ke anak sendiri suka melakukan kekerasan ke aku,' Nana berkomentar dalam hati.

"Na, kamu panggil Papa di luar!"

See, bahkan Mamanya itu tak harus menggunakan kata tolong untuk menyuruhnya. Berbeda sekali perlakuannya dengan Hero.

Beranjak dari kursi makan yang didudukinya, Nana pun menurut untuk ke luar dari rumah dan memanggil Papanya untuk sarapan. Ia sudah sangat lapar, tapi banyak sekali rintangan yang harus dihadapinya.

Setelah melihat Nana meninggalkan meja makan dan menyisakan dirinya dan ibu pemilik rumah yang dikunjunginya itu, Hero pun bangkit berdiri. "Aku ke atas dulu, Tante."

Mama Tari mengembangkan senyumnya. "Iya. Tolong ya, Hero!" ujar Mama Tari mengiringi kepergian anak tetangganya itu.

Langkah Hero rasanya berat sekali. Seolah ada penambah beban di kedua kakinya. Masalahnya ia harus naik undakan tangga hingga akhirnya sampai ke lantai atas.

Sebenarnya rumah yang ditempati oleh keluarga Hero dan keluarga Lail sama. Bangunan dari luar terlihat sama sebagai rumah dua lantai, yang membedakannya hanya pagar rumah, cat dinding, dan tentu saja gaya interior di dalam rumah. Dibanding rumah Hero yang memiliki interior bergaya modern, rumah keluarga Lail masih asli seperti rumah keluarga pada umumnya.

Sesampainya di undakan tangga terakhir, Hero pun langsung menuju pintu kamar Lail. Ia mengatur napasnya terlebih dahulu lalu mulai mengetuk pintu kamar bercat putih di depannya. Di depan pintu kamar Lail terdapat gantungan bertuliskan nama Laila dengan huruf kapital.

Mad Of You [ 𝐇𝐞𝐫𝐨 & 𝐋𝐚𝐢𝐥 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang