**Bᴀʙ 26 Hᴇʀᴏ Mᴇɴᴊᴀᴜʜ**

114 27 8
                                    

Jangan lupa follow, vote, dan tinggalkan komentar untuk mendukung penulis!
Cerita dibuat orisinil oleh terasora.
⚠️⚠️⚠️ Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita! ⚠️⚠️⚠️

⚠️⚠️⚠️ Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita! ⚠️⚠️⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 26 Hero Menjauh

Setelah kejadian Lail yang sakit, Hero jadi was-was dengan kondisinya. Hatinya terasa begitu lemah karena gadis itu, ia sampai berpikir bahwa ia menginginkan sahabat perempuannya itu.

Tak ingin hatinya bercabang karena sudah memiliki kekasih, Hero pun jadi makin jarang pergi berkunjung ke apartemen Lail. Justru ia banyak menghabiskan waktunya bersama Zoey sekalian ingin memastikan bahwa yang diinginkannya adalah pria itu.

Dalam keheningannya, Hero tidak menyadari bahwa sejak tadi sosok laki-laki yang duduk di sampingnya tengah memperhatikan.

Zoey merasa bahwa meskipun Hero berada di dekatnya, tapi pikirannya berada entah di mana. "Kamu mikirin apa sih?" Untuk ke sekian kalinya Zoey menanyakan Hero yang banyak melamun.

Hero mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh. "Eh apa?"

Zoey mendesah pelan. "Kamu lagi mikirin apa? Kalau ada hal-hal yang mengganjal kamu bisa cerita ke aku kayak biasa."

Hero mendesah panjang. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa lalu membiarkan kepalanya mendongak menatapi langit-langit apartemen Zoey. "Kayaknya aku harus mengunjungi psikiaterku lagi," gumam Hero. "Beberapa waktu lalu aku kambuh lagi."

"Ada sesuatu yang mengganggu kamu sampai kamu merasa kambuh lagi?" tanya Zoey. Ia mengikuti Hero dan mendongakkan kepalanya, melihat langit-langit apartemen yang cukup silau karena sinar lampu.

Hero diam sejenak. Ia memikirkan apa yang terjadi padanya, penyebabnya kambuh dan butuh obat itu ... apa?

Hero menegakkan badannya. Ia melihat ke arah Zoey yang segera mengikutinya menegakkan tubuhnya.

"Kenapa?"

"Aku lupa apa penyebabnya," kata Hero.

Zoey menepuk pundak Hero dengan pelan beberapa kali. "Itu hal yang biasa terjadi, kamu nggak perlu terlalu memikirkannya."

Hero mendesah lelah. Penyakit mentalnya memang mengganggu, kadang ia tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia seperti orang linglung yang melupakan segala sesuatunya. Obat-obatan itu mungkin membantu, terapinya membantunya lebih baik, tapi ia tak bisa mengingkari diri bahwa ia kadang sering kali kehilangan memori-memori yang ada di benaknya.

"Jangan terlalu dipikirkan! Jauhi stres!" kata Zoey sambil memeluk Hero yang nampak kebingungan dengan beban pikirannya sendiri. "Aku selalu ada untuk kamu. Aku nggak akan ninggalin kamu di masa-masa sulitmu."

Hero membalas pelukan Zoey lalu menangis. Ia menangis dalam pelukan Zoey tanpa sebab yang jelas. Entahlah, yang pasti ia hanya ingin menangis. Tersedu dengan dada yang berat.

Mad Of You [ 𝐇𝐞𝐫𝐨 & 𝐋𝐚𝐢𝐥 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang