Bastard Pt5

1.4K 98 55
                                    

Sekarang krist sangat dekat dengan anaknya karna ia juga sering membawa fiat pergi bersamanya, singto tak sejahat itu untuk tidak mengakui dirinya sebagai daddy kandung fiat seperti di novel-novel yang sering dirinya baca.

Singto bahkan mengatakan kepada fiat jika krist daddynya dan fiat sudah memanggil krist daddy sekarang.

Krist sering meminta singto agar menikah dengannya namun singto menolak dan beberapa hari ini krist memang selalu mengejar singto, ia sering mengirim pesan pada singto bahkan sering menghampiri singto ke rumah sakit untuk mendapatkan cinta pria itu lagi.

Seperti sekarang, saat ini krist sudah berada di rumah sakit dan masuk begitu saja ke dalam ruangan singto tanpa mengetuk pintunya lebih dulu.

"Maaf aku tak tahu jika ada pasien mu" ucap krist, sembari keluar lagi dari ruangan itu dan menunggu di depan.

Beberapa menit kemudian seseorang keluar dari ruangan singto kemudian krist masuk ke dalam.

"Apa keluhan anda, tuan?" Sindir singto.

"Di sini terasa sakit" ucap krist sembari mengusap dadanya.

Singto beranjak dari kursinya kemudian memasang stetoskop di telinganya dan berjalan menghampiri krist, singto memeriksa dada krist terdengar jika jantung krist berdetak sangat kencang dari biasanya membuat wajah singto memerah mendengarnya.

Jelas saja singto tahu itu di sebabkan oleh apa, yang pasti itu bukan sakit keras.

"Bagaimana dok?" Tanya krist sembari memegang tangan singto yang berada di dadanya.

Singto berusaha untuk bersikap biasa saja dan memasang wajah serius. Ia melepas stetoskopnya dan mengalungkannya di lehernya.

"Ada apa?" Tanya singto.

"Aku hanya merindukan papa dari anak ku" ucap krist sembari menarik tangan singto membuat singto terjatuh di pangkuannya.

"Krist!?" Ucap singto sembari beranjak.

"Kenapa aku baru menyadari jika kamu memiliki wajah yang indah?" Ucap krist, sembari berdiri dan menyamakan posisi tubuh mereka.

Krist mendekatkan tubuhnya membuat singto mundur ke belakang dan bersandar di meja kerjanya.

Krist memegang dagu singto dan menatap wajah singto.

"K-krist... Jika tak ada keperluan sebaiknya kamu pulang" ucap singto.

"Ada satu hal yang harus ku lakukan" ucap krist sembari memainkan kancing kemeja singto, kemeja yang di baluti jas dokter berwarna putih benar-benar membuat singto terlihat sangat menarik sekarang.

"Bagaimana rasanya bercinta dengan seorang dokter?" Bisik krist.

"Krist!!" Ucap singto marah, kali ini krist benar-benar keterlaluan.

Krist meletakan dua tangannya di atas meja di samping singto mengukung tubuh singto di sana kemudian tersenyum manis.

"Menikah dengan ku, sing"

"Tidak, bukankah kita sudah mempunyai kehidupan masing-masing sekarang? Aku bahkan tak pernah melarang mu membawa fiat, jadi untuk apa kita menikah? Tanpa kita menikah kamu juga bebas bermain bersama anak mu" ucap singto.

"Aku mencintai mu sekarang, aku menyesal telah melakukan itu dulu"

Krist semakin mendekatkan tubuhnya membuat singto memegang dada krist agar tak terlalu dekat.

"Di sini atau di gedung tua tempat kita membuat fiat?" Bisik krist.

"Bodoh!" Umpat singto.

Krist hanya tersenyum menanggapinya kemudian mendekatkan wajahnya namun singto mengalihkan wajahnya ke kiri hingga bibirnya tak jadi mendarat di bibir singto.

"Aku ingin memperkosa mu sekarang, mau melakukan pemanasan dulu atau langsung seperti waktu itu?" Ucap krist.

"Kamu benar-benar gila!!" Ucap singto

Krist tertawa mendengarnya.

"bukankah dulu saat aku ingin memperkosa mu kamu meminta ku agar merangsang tubuh mu lebih dulu? Sekarang aku ingin melakukan itu agar tak terlalu menyakiti mu, jangan menghindar sayang" ucap krist.

Krist memegang pinggang singto kemudian mengangkat tubuh singto ke atas meja, perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah singto hingga bibir mereka menempel sempurna, krist memejamkan matanya dan melumat bibir singto dengan lembut sedangkan singto? Tubuhnya terasa kaku sekarang, ingin menolak tapi dia juga menikmati itu, dia bahkan memejamkan matanya sekarang dan mengalungkan tangannya di leher krist.

Keduanya saling melumat dengan lembut, berperang lidah dan berbagi saliva, satu persatu tangan krist mulai melepas kancing kemeja singto. Krist juga membuka jas dokter yang singto kenakan sedangkan bibir keduanya masih saling melumat, menghisap bibir atas dan bawah secara bergantian.

Krist menurunkan ciumannya ke leher singto menghirup aroma tubuhnya dan memberikan kecupan kecil di sana, kemudian turun lagi ke bawah dan menjilat sekitar dada singto, memainkan puting singto sesekali memberikan gigitan kecil di sana membuat singto melenguh nikmat karnanya.

Krist duduk di kursi dan mengangkat dua kaki singto menyimpannya di pundaknya kemudian menyambar lubang singto menghisapnya dengan penuh kelembutan sembari mengocok penisnya, permainan krist benar-benar lembut membuat singto merasa terbang melayang, singto bahkan meremas rambut krist dengan erat sekarang dan menekan kepala krist agar menghisap lubangnya dengan keras.

Setelah puas bermain dengan lubang singto, krist berdiri lagi dan membuka sedikit celananya, sedangkan singto sudah terlentang pasrah di atas meja dengan baju yang sangat berantakan di tambah bibir yang membengkak, krist memasukan miliknya perlahan ke dalam lubang singto hingga terbenam sempurna.

Lubang singto berkedut kuat menghisap miliknya di dalam sana, krist memberi saliva di penisnya kemudian menggerakan pinggangnya perlahan menatap penis besarnya keluar masuk di dalam lubang singto.

Singto menutup mulutnya dan tubuhnya bergerak seirama dengan genjotan krist.

"K-kristhh... Arrghhh... A-apa kamu sudahh... M-mengunci... Arrghh.. pintu?" Tanya singto dengan terbata-bata.

"Tidak" jawab Krist singkat sembari terus bergerak.

"A-aku... A-akan di pecat nanti... J-jika ketahuan seperti ini"

Krist tak memperdulikan itu dan bergerak semakin cepat, ia memijat penis singto dengan lembut hingga membuat singto pasrah sekarang.

Krist memeluk tubuh singto kemudian menggendongnya tanpa melepas penyatuan mereka, Krist berjalan menuju pintu kemudian mengunci pintu ruangan singto dan mengangkat tubuh singto naik turun di gendongannya.

Krist meremas pantat singto sembari menghisap lehernya sedangkan tangan singto melingkar di leher krist agar tak terjatuh, puas di posisi itu krist merebahkan singto di meja lagi dan bergerak cepat, penis singto bergerak tak karuan saat lubangnya di tusuk semakin keras, wajah singto memerah, nafasnya memburu, tangannya masih setia menutup mulutnya agar tak terlalu mengeluarkan desahan, beberapa menit kemudisn krist mempercepat genjotannya kemudian menembakan cairannya masuk ke dalam lubang singto begitu juga dengan singto yang mengeluarkan cairannya di atas perutnya sendiri.

Krist mencabut penisnya perlahan kemudian menatap lubang singto yang sedikit terbuka di sertai keluarnya cairan kental miliknya.

"Sebelum adik fiat hadir, kita harus menikah" ucap krist sembari tersenyum penuh kemenangan.
.
.
.
Satu bulan kemudian krist dan singto mengucapkan janji suci pernikahan di depan pendeta, krist mengecup kening singto kemudian tersenyum.

"Aku sangat mencintai mu" ucap krist.

"Aku juga mencintai mu" ucap singto.














End😏

Oneshot KristSingtoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang