Pelet cinta pt3

756 82 40
                                    

Singto berjalan dengan hampa ke arah tempat parkir, ucapan gun selalu terngiang-ngiang di kepalanya, apa benar pelet itu tak ada? Lalu apa yang terjadi dengan krist?

Singto membuka pintu mobil krist dan mengambil paperbag yang ada di kursi penumpang belakang, rasanya singto malu untuk bertemu dengan krist, apa krist hanya mempermainkannya selama ini?

Singto membuka pintu ruangan dan melihat krist masih berkutat dengan perkerjaannya, terlihat jika krist sesekali menguap dan dia sepertinya sangat kelelahan.

"Kamu mandi dulu, setelah itu baru aku" ucap krist.

Singto hanya mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di ruangan krist, dia benar-benar bingung harus bersikap bagaimana, singto membasahi tubuhnya dan duduk di lantai kamar mandi sembari berpikir keras, apa yang terjadi? Jika benar pelet itu tidak ada lalu bagaimana dengan perubahan krist yang sangat drastis itu?

*Tokk... Tokk... Tokk... Krist mengetuk pintu kamar mandi karna sudah hampir 30 menit singto belum keluar dari sana.

"Sing..." Ucap krist.

Singto yang mendengar suara krist langsung mempercepat mandinya, ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk, keduanya saling menatap di depan pintu kamar mandi, seperkian detik kemudian singto langsung memutuskan tatapan mata mereka, jantungnya berdetak kencang saat menatap mata krist, sedangkan krist langsung masuk ke dalam sana.

Saat krist keluar, di lihatnya singto sedang duduk di sofa dengan tatapannya terfokus kepada laptopnya, sepertinya singto melanjutkan perkerjaannya tadi.

Setelah berpakaian lengkap krist berjalan mendekati singto dan menyandarkan kepalanya di pundak singto.

"Apa tuan lelah?"

"Kenapa masih memanggil ku tuan?" Ucap krist.

"M-maaf... Phi krist" gumam singto, rasanya benar-benar berbeda sekarang, singto hanya takut krist mempermainkan dirinya.

"Ya, aku lelah dan sangat mengantuk, aku ingin tidur" lirih krist, ia merebahkan tubuhnya dengan paha singto yang menjadi bantal, seperkian detik kemudian krist langsung terlelap begitu saja.

Singto mengusap rambut krist dengan lembut, memainkan helaian rambut hitam itu. Singto takut kecewa sekarang.

*Tok.. tokk... Tokk... Terdengar suara pintu ruangan di ketuk, singto memperbolehkan orang tersebut untuk masuk.

"Ada apa off?" Tanya singto.

"Aku hanya membutuhkan tanda tangan tuan krist" ucap off sembari memperlihatkan berkas yang di bawanya.

"Phi krist baru saja tidur, simpan di sini saja" ucap singto.

"Baiklah" ucap off sembari menyimpan berkasnya di atas meja hadapan singto.

Off menatap aneh ke arah singto, tentu saja... Krist yang mereka kenal itu adalah pria yang dingin, kejam, bahkan terbilang sangat kasar tapi kenapa krist bisa tidur di pangkuan singto?

"A-aku juga tak tahu" lirih singto yang mengerti tatapan off.

"Baiklah, aku keluar" ucap off.

Tepat setelah off keluar, krist membuka matanya.

"Kamu ketahuan berbicara dengan pria lain lebih dari 5 menit" ucap krist.

"P-phi sudah bangun?"

"Bagaimana aku bisa tidur saat mendengar suara mu berbicara dengan orang lain? Kamu mencoba untuk selingkuh?"

"T-tidak... Tadi off ke sini ingin meminta tanda tangan phi" ucap singto.

Krist beranjak dari posisinya dan menguap karna hanya tidur beberapa menit, ia menatap berkas di atas meja dan mengabaikannya.

"Ayo pulang" ucap krist.

"Tapi perkerjaan ku"

"Kamu bisa mengerjakannya di rumah ku" ucap krist.

"Tapi sekarang masih jam kerja"

"Di sini atau di rumah ku sama saja. Aku tak mau kamu berada di sini di saat aku tak ada, apa kamu mencoba untuk menyelingkuhi ku sekarang?" Ucap krist sembari menatap mata singto.

Singto terdiam mendengarnya, sekarang krist kenapa? Apa benar dia terkena pelet itu?

"Apa phi mencintai ku?" Tanya singto.

"Ya, aku sangat mencintai mu. Kenapa menanyakan hal itu?"

"Aku... Rasanya aku tak yakin" lirih singto.

"Kenapa?"

"Phi tak usah bersandiwara lagi, apa yang membuat phi berubah drastis seperti ini?" Tanya singto.

"Bukankah itu karna kamu memberi ku kopi?" Ucap krist dengan polosnya.

"Orang dalam pengaruh ilmu hitam tak akan sadar dengan penyebab perubahan dirinya" ucap singto.

Krist terdiam mendengarnya, benar saja kenapa dia mengatakan itu, krist menutup mulutnya dan menatap ke arah singto.

"Phi sengaja mempermainkan ku!?" Ucap singto dengan matanya yang memerah.

"S-sing..."

"Akui saja"

"A-aku... Tidak... Aku..."

"Maafkan aku karna sudah berbuat jahat kepada phi hanya untuk mendapatkan phi" ucap singto.

"Tidak, apa yang kau lakukan itu benar... Maksud ku, aku tak masalah"

"Ya... Aku tahu dengan apa yang kau lakukan, aku mendengar pembicaraan mu dan teman mu saat pulang berkerja waktu itu, aku juga mengikuti kalian pergi ke dukun. A-aku... Maaf... Maksud ku, tanpa kamu melakukan itu sebenarnya aku sudah menyukai mu, bahkan sejak lama. Aku bingung harus bereaksi bagaimana kepada mu, aku tak tahu bersikap lembut, aku malu untuk melakukan itu. Bukankah seluruh karyawan di sini tahu dengan bagaimana sikap ku? Aku hanya malu jika tiba-tiba bersikap lembut pada mu"

"Walau aku terlihat dingin, tapi aku sering memperhatikan mu, aku bingung bagaimana cara memulainya dan semenjak aku mengetahui rencana mu, ku pikir aku tak perlu memulai, aku hanya perlu mengikuti permainan itu, perubahan ku... Itu bukan sandiwara, itu hanya sisi lain dari ku yang ku perlihatkan pada mu"

"Aku tahu kamu sering melihat foto ku, bahkan di ponsel mu sebagian besar galeri mu berisi foto-foto ku. Aku juga pernah mendengar kamu mendesahkan nama ku di toilet kantor" ucap krist.

Wajah singto memerah mendengarnya, jadi krist tahu semuanya?

"Tak usah malu, jujur aku menyukai mu karna itu... aku suka cara mu menggoda ku tapi aku bingung harus bagaimana menanggapi godaan itu, di saat kaki mu terluka karna terjatuh aku ingin menggendong mu, tapi di sana banyak orang dan aku lebih mengabaikan itu, tapi sebenarnya aku  sangat mengkhawatirkan mu"

"Dan sejujurnya saat kamu memberi ku kopi itu... Aku melihat mu membuatnya di pantry, aku melihat saat kamu memasukan entah apa itu dan dari situ aku tahu bahwa aku harus mengikuti permainan itu, aku hanya berharap agar serbuk itu tak beracun" ucap krist.

"Ya... Aku menyukai mu tapi aku malu untuk mengakui itu sebelumnya dan sekarang... Aku mengatakan jika aku benar-benar menyukai mu, aku sadar mengatakan ini tanpa pengaruh pelet atau apapun itu, ini dari dalam diri ku sendiri" ucap krist.

"Benarkah?"

"Apa kamu mau menjadi kekasih ku, sing?" Tanya krist sembari berjongkok di bawah singto.

"P-phi... A-aku... Tentu saja aku mau" ucap singto.

"Terima kasih, sekarang ayo pulang" ucap krist.

"Ayo..." Ucap singto sembari beranjak dari duduknya. Keduanya sama-sama keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju tempat parkir.















End.

Oneshot KristSingtoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang