4 for us pt2

917 78 40
                                    


Krist kembali melanjutkan kegiatannya mencium setiap inci dada singto sedangkan arthit membuka celana singto sekarang, arthit memegang kaki singto dengan kuat hingga kakinya tak bisa bergerak lagi, sedangkan krist bermain-main dengan puting singto.

Singto menangis ketakutan, ini bahkan belum beberapa jam mereka resmi menjadi saudara tiri tapi dia sudah di perlakukan buruk.

"Sekarang giliran ku phi!!" Ucap arthit marah karna krist sedari tadi tak membiarkannya mendapat giliran.

"Ckk... Anak kecil harusnya tak usah ikut" ucap krist sembari memegang dua tangan singto.

Arthit mulai mendaratkan bibirnya di perut singto, ia mencium setiap inci perut itu hingga naik ke atas, krist menjilat telinga singto sedangkan arthit kini menjilat putingnya dengan rakus, tubuh singto bergerak tak karuan, rasanya sekujur tubuhnya terasa geli.

Arthit membuka kedua kaki singto agar terbuka lebar dan menjilat lubangnya, krist mengikat dua tangan singto ke kepala ranjang kemudian menghisap penis singto, kaki singto bergetar hebat mendapat rangsangan itu, ia menangis tapi juga mendesah.

"Aku dulu!" Ucap arthit yang kini sudah membuka celananya.

"Tidak, aku yang harus memasuki lubang sempit ini pertama kali" ucap krist sembari mendorong arthit agar menjauh dari bawah singto.

*Plakk... Arthit menampar lengan krist kemudian mendekatkan penisnya ke wajah singto.

"Hisap phi" ucap arthit.

"T-hikkss... T-tidak" lirih singto dengan terisak.

Sesuatu benda tumpul mulai menerobos masuk, singto memejamkan matanya karna merasakan sakit, ia menggenggam tangannya sendiri dan masih menangis, sedangkan arthit kini mencengkram rahang singto agar membuka mulutnya. Arthit memasukan penisnya ke dalam mulut singto di sertai penis krist yang kini tenggelam sempurna.

Wajah singto memerah merasakan sakit, pipinya mengembung karna arthit mulai bergerak, singto masih menangis, air mata terus membasahi pipinya, ia menggenggam tangannya sendiri untuk mengendalikan dirinya.

*Triing... Ponsel krist berdering, ia mengangkat panggilan itu tanpa menghentikan kegiatannya.

"Ya, phi?" Ucap krist.

"Mhh"

"Sshhh"

"Hiiksss"

"Hikksss"

Korn mendengar suara rintihan dan menatap layar ponselnya sekali lagi untuk memastikan siapa yang di hubunginya dan ternyata benar itu nomor krist.

"Krist, apa yang kau lakukan?"

"Ckk.. phi kenapa menghubungi ku!" Ucap krist marah.

"Bawakan berkas ku yang kamu pinjam kemarin"

"Phi mengganggu ku hanya untuk itu?" Ucap krist kemudian ia mematikan panggilan itu.

Krist kembali menggenjot lubang singto, ia menatap wajah singto sudah penuh oleh cairan arthit, singto merintih saat prostatnya di tusuk oleh krist, ia mendesah tak karuan, mendengar itu arthit mendekatkan penisnya lagi ke wajah singto, ia menggesekkan penisnya ke pipi gembul singto sedangkan krist semakin bergerak kasar.

"Sshh.. phi... Hikkss.."

"Mmhhh..."

"Apa phi menikmatinya sekarang?" Bisik arthit sembari menjilat daun telinga singto, krist memegang dua kaki singto dan bergerak semakin cepat, ia juga mengocok penis singto beberapa menit kemudian krist dan singto memuntahkan cairan mereka bersamaan.

Oneshot KristSingtoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang