Love Or Money Pt4

618 72 35
                                    

Satu minggu kemudian singto sudah di perbolehkan untuk pulang, krist yang membayar semua biaya rumah sakit singto dan sekarang dia bingung harus mengantar singto kemana sedangkan singto benar-benar terlihat ketakutan.

"Antar aku pulang ke rumah orang tua ku" ucap singto.

"Kamu yakin?" Ucap krist, mengingat jika kedua orang tua singto memang sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu, ingin tinggal bersama siapa dia di sana?

"Ya" ucap singto.

Krist hanya mengangguk kemudian mengantar singto pulang ke rumah orang tuanya.

Mereka memasuki rumah yang sudah lama kosong itu, krist membantu singto membereskan semuanya, mengepel lantai, mengelap meja dan kursi, membeli seprei kasur baru untuk kasurnya hingga tak terasa malam semakin larut, terdengar seseorang mengetuk pintu, krist membuka pintu dan mengambil makanan yang memang sudah di pesannya tadi.

"Apa kamu yakin ingin tinggal di sini sendiri?" Ucap krist.

"Ya, aku takut pulang ke rumah phi tay" ucap singto.

"Baiklah, aku pulang dulu sudah larut. Istirahatlah" ucap krist.

Krist pulang ke rumahnya membiarkan singto beristirahat sendiri.
.
.
.
Dua minggu kemudian, saat ini krist menghentikan mobilnya di depan rumah singto. Ia memang sengaja ingin menjenguk singto.

Krist mengetuk pintu rumah beberapa kali namun tak ada sahutan, apa singto sudah pulang ke rumah suaminya?

Krist membuka pintu dan ternyata tak di kunci, ia masuk ke dalam mencari keberadaan singto, mencari ke kamar namun ia tak melihat keberadaannya di sana, kemudian berjalan ke dapur juga tampak sepi.

Krist melihat nasi dan telur di atas meja, itu berarti singto ada di rumahnya kan? Ia berjalan menuju toilet namun juga tak menemukan keberadaan singto kemudian kembali ke kamar, ia mendengar sesuatu yang merintih dari dalam lemari kemudian membukanya, singto terkejut kemudian menangis.

"Hei... Kamu kenapa?" Ucap krist.

"Krist... Ku pikir kamu phi tay, a-aku takut" ucap singto sembari memeluk krist dan menangis.

Tay memang setiap hari menghampiri singto di rumahnya, mengajak singto untuk pulang dan di saat singto menolak, tay akan memukul tubuhnya dan memerkosanya itu sebabnya singto bersembunyi saat mendengar pintu di ketuk tadi.

Singto menangis di pelukan krist, setelah cukup tenang krist membawa singto ke kasur dan melihat tubuh singto yang di penuhi oleh lebam, tay benar-benar keterlaluan.

Tubuh singto juga sangat kurus tak seperti dua minggu yang lalu, penampilannya benar-benar lusuh.

Krist baru mengingat jika singto tak berkerja dan mungkin singto tak memiliki uang untuk makan, kenapa dia tak berpikir sampai ke situ.

"Ikut aku pulang" ucap krist.

"T-tidak" ucap singto.

"Kenapa?"

"......"

"Aku sudah melupakan semuanya, ayo ikut aku... Aku akan melindungi mu dari pria brengsek itu" ucap krist sembari menarik tangan singto.

Krist membukakan pintu mobil untuk singto, kemudian singto masuk ke sana.

Hampir 30 menit kemudian mereka tiba di depan rumah krist.

Krist membawa singto masuk ke rumahnya kemudian menyuruh singto mandi dan mencarikan baju ganti untuk singto. Krist juga menghubungi dokter untuk memeriksa keadaannya.
.
.
.
.
.
.
.
Perut singto semakin membesar dan usia kandungannya sudah 9 bulan sekarang.

Krist benar-benar menjaga singto dengan baik dan penuh kelembutan, ia membelikan singto susu hamil agar kandungannya sehat dan tubuh singto mulai berisi lagi sekarang.

Singto benar-benar merasa malu karna kebaikan krist, apa krist lupa dengan apa yang di lakukannya di masa lalu? Krist terlalu baik hingga membuat singto merasa sungkan.

Singto tak berkerja dan benar-benar hanya menumpang hidup dengan krist, bagaimana bisa dia berkerja jika perutnya semakin besar? Bahkan untuk mengerjakan perkerjaan rumah saja terasa sulit baginya.

Sebenarnya tay berulang kali menghampiri singto di rumah krist, namun krist selalu ada di saat itu dan mengusir tay, jika krist berkerja singto selalu mengunci pintu rumah dan tak berani keluar rumah.

Pintu kamar terbuka, singto melihat krist yang baru saja masuk.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya krist, saat melihat singto termenung..

"Tidak, terima kasih untuk beberapa bulan ini, harusnya kamu membenci ku dan tak memperdulikan ku tapi kamu malah mau menampung ku di rumah mu" lirih singto.

"Kita saling mengenal bahkan pernah dekat dulu, aku tak mungkin pura-pura tak tahu dengan apa yang kamu alami sedangkan itu terlihat oleh mata ku sendiri sekarang"

"Aku akan pergi setelah aku melahirkan anak ku nanti dan akan mencari perkerjaan sendiri" gumam singto.

"Jangan pikirkan itu"

"Aku hanya benalu di sini, aku tak berkerja tapi kebutuhan ku sangat banyak" ucap singto, mengingat jika dia membutuhkan vitamin, susu, belum lagi persiapan untuk dia melahirkan anaknya nanti dan semua sudah di beli oleh krist, bahkan box bayi juga sudah di persiapkan.

"Aku tak tahu bagaimana cara membayar semuanya. Apa kamu menginginkan ku? Aku siap menjadi jalang mu untuk membayar semua yang sudah kau berikan" lirih singto.

"Aku tak membutuhkan bayaran dan aku tak membutuhkan tubuh mu" ucap krist.

Singto terdiam mendengarnya, krist memegang tangan singto sehingga membuat singto menatap ke arahnya.

"Aku menginginkan cinta mu lagi, apa kamu mau membayar ku dengan cinta mu?"

"K-krist...."

"Aku serius, sing. Aku masih mencintai mu, kembalilah pada ku"

Air mata singto menetes mendengarnya, dia merasa benar-benar malu sekarang.

"Jangan menangis, aku tak suka melihat mu menangis" ucap krist sembari mengusap air mata singto.
















Tbc

Oneshot KristSingtoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang