Our Love Pt3

821 75 37
                                    

Malam yang dingin mereka lalui dengan bercanda tawa bersama jessie, hingga tiga jam hanya terasa tiga menit oleh singto, sekarang sudah jam 10 malam, krist menggendong tubuh jessie yang ketiduran di sofa karna bermain bersama singto, membawanya ke kamar anak kecil itu.

Sedangkan singto duduk di kursi kemudian mengambil secangkir kopi yang di buat oleh krist tadi, singto meminumnya begitu saja dan itu ternyata masih sangat panas membuat bibirnya terasa terbakar dan tak sengaja kopinya tumpah mengenai dadanya, membuat singto mendesis perih.

"Kopinya masih panas" ucap krist yang melihat itu.

"Apa kamu baik-baik saja?"

"Kopinya mengenai baju ku" ucap singto sembari membuka satu persatu kancing kemejanya.

Krist pergi ke kamarnya dan mengambil kotak P3K untuk mengobati dada singto, terlihat jika dada singto memerah akibat tersiram kopi panas. Krist mengusapnya dengan tisu, sedangkan tubuh singto seakan kelu, mereka sedekat itu jantung singto berdetak kencang saat krist meniup dadanya yang memerah.

"Apa masih perih?" Tanya krist, tanpa mengalihkan tatapannya dari dada singto dan meniupnya.

"A-aahh... Y-ya" ucap singto gelagapan.

Krist mengalihkan tatapannya dan menatap wajah singto, keduanya saling menatap sekarang, malam semakin sunyi dan larut sehingga tak ada suara kendaraan lagi yang terdengar, keduanya masih betah saling menatap, tatapan krist teralih ke bibir merah singto membuat ia meneguk salivanya kasar.

Kenapa suasana tiba-tiba berubah menjadi canggung sekarang? Entah setan mana yang menyuruh krist agar mendekatkan wajahnya ke wajah singto, itu terbilang tak sopan, bukankah singto sudah banyak membantu? Dari membelikan jessie boneka, kue hingga memberinya gelang dan sekarang dia malah dengan berani mencium bibir singto dan bodohnya singto tak menolak bahkan memejamkan matanya menikmati lidah basah krist.

"Eunghhh" terdengar lenguhan kecil yang keluar dari mulut singto saat krist menggigit bibirnya dan singto membuka mulutnya membiarkan lidah krist masuk ke dalam mulutnya, krist juga perlahan mendorong tubuh singto agar terbaring di sofa dengan dirinya yang berada di atas singto.

Keduanya benar-benar gila sekarang, tapi lebih gila krist yang tak tahu batasan, mungkin karna sudah lama menduda dan lama tak bercumbu seperti sekarang membuatnya dengan ganas mengajak lidah singto bersilat.

Saliva banyak menetes dari celah bibir mereka, namun itu tak menghentikan keduanya, singto mengalungkan tangannya di leher krist dan membalas lumatan krist, sedangkan tangan krist semakin tak tahu diri, perlahan ia membuka satu persatu kancing kemeja singto yang memang kancing atasnya sudah di buka oleh singto tadi hingga dada dan perut singto terekspos sempurna sekarang.

Krist menurunkan ciumannya ke rahang singto, memberikan kecupan kecil di sana hingga turun ke lehernya dan menjilatnya sedangkan singto meremas baju krist sembari mendongakan kepalanya.

Ciuman krist turun lagi hingga dada singto, terlihat dada singto memerah bekas terkena kopi panas tadi, krist mengecupnya singkat kemudian mendaratkan lidahnya di puting singto, menggoda puting yang sudah sangat menegang itu dan sesekali memberikan gigitan kecil di sana hingga singto mendesah.

Puas bermain di area dada krist menurunkan ciumannya ke perut singto, memberikan banyak ciuman kupu-kupu di sana, merasa tak ada penolakan dari singto, krist membuka celana singto, terlihat milik singto juga sudah sangat meneggang.

"A-aku--" ucapan krist terhenti saat singto mengeluarkan suaranya.

"Lanjutkan phi" ucap singto.

Krist mengarahkan tiga jarinya ke mulut singto dan langsung di hisap habis oleh singto, sedangkan satu tangannya mulai mengocok penis singto, setelah di rasa cukup, krist memasukan satu persatu jarinya di lubang singto, hingga tiga jarinya tertelan sempurna, krist mengocok penis singto sembari menggerakan jarinya keluar masuk agar singto terbiasa, setelah terdengar desahan singto, krist langsung membuka celananya, menyimpan satu kaki singto di sandaran sofa dan satunya menjuntai ke bawah.

Krist menuntun miliknya perlahan hingga tenggelam sempurna, apa mereka melupakan posisi mereka yang masih berada di ruang tamu sekarang? Keduanya bahkan asik saling mencumbu dan melupakan keberadaan mereka.

Keduanya saling melumat dengan pinggang krist yang mulai bergerak keluar masuk di dalam sana, desahan tertahan mulai terdengar mengisi kekosongan ruang tamu itu, singto mencengkram erat baju krist dan terus mendesah tertahan, ia hanya takut desahannya mengalun indah hingga ke kamar jessie.

Itu benar-benar nikmat, krist yang sudah 4 tahun menduda akhirnya merasakan kenikmatan itu lagi, membuatnya menjadi tak tahu diri memakan tubuh singto, memintanya berganti-ganti posisi tanpa menghiraukan singto yang sudah sangat kelelahan, hingga pukul 1 dini hari baru mereka selesai bermain.

Singto benar-benar terasa lemas sekarang, krist menggendong tubuh lemah singto membawanya ke kamarnya, bukan untuk beristirahat tapi untuk melanjutkan permainan mereka, bukankah krist benar-benar tak tahu diri?
.
.
.
Matahari mulai meninggi baru singto terbangun dari tidurnya, ia masih tak menggunakan pakaiannya dan tubuhnya hanya di tutup dengan selimut, singto melihat jam di tangannya yang ternyata sudah jam 10.

Selama apa dia tidur? Tidak, bukan lama. Hanya saja dia memang baru bisa tidur jam 5 subuh tadi, karna jam segitu krist baru selesai memakan tubuhnya, krist benar-benar rakus dan tak tahu diri, bukan?

Bahkan seluruh tubuhnya dari leher, dada, perut, hingga pahanya di hiasi oleh kiss mark yang di buat oleh krist.

"A-aku minta maaf" ucap krist yang baru saja masuk ke kamarnya.

"Phi tak berkerja?" Tanya singto.

"Tidak, bagaimana bisa aku berkerja sekarang. Maaf aku tak bisa mengendalikan diri ku semalam" lirih krist, dia benar-benar merasa sangat bersalah.

Singto sudah sangat baik pada jessie kenapa dia harus membuat kesalahan dengan melakukan itu.

"Bertanggung jawablah dan nikahi aku" ucap singto, membuat krist terkejut mendengarnya.

"Sing...."

"Aku serius phi, nikahi aku"

"T-tapi aku berbeda jauh dari mu, dari usia, status, derajat, bahkan perkerjaan"

"Aku tak masalah, phi orang pertama yang melakukan itu pada tubuh ku, aku ingin phi bertanggung jawab dan menikahi ku" ucap singto.

"Bagaimana dengan orang tua mu, teman dan rekan bisnis mu, juga orang-orang di sekitar mu jika kamu menikah dengan ku"

"Aku sudah tak mempunyai orang tua, untuk teman dan rekan bisnis ku, aku tak peduli dengan hal itu. Aku menyayangi phi dan juga jessie" ucap singto.

"Baiklah, ku harap kamu tak akan menyesal jika menikah dengan pria miskin seperti ku nanti"

"Tidak akan"

Krist memeluk singto dan tersenyum senang mendengarnya.














End.

Oneshot KristSingtoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang