NH. 22

1.1K 117 13
                                    


*****

Happy reading guys

*****

Tepat setelah kurang lebih 15 menit geby menelepon bara, akhirnya mereka mengakhiri panggilan itu. Geby tak mau terlalu lama mengganggu bara, pasalnya dirinya tau bahwa rekan sekretaris nya itu sama cepaknya dengan Jemi. Sama-sama baru pulang dari Surabaya.

Geby buru-buru berlari ke kamar mandi karena tidak bisa menahan sesuatu lagi dari tubuhnya, cukup lama dirinya didalam sampai akhirnya geby memilih untuk mandi sekalian. Dipandanginya wajah sayu yang kini ada didepan cermin kamar mandi, wajahnya sendiri. Senelangsa itukah kehidupannya? Dikira geby bisa tenang, tapi overthingking terus saja merajainya. Ia seperti tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, dan jalan terakhir selalu saja dirinya menangis.

Dengan pandangan lesu dan pasrah ia singkap piyama tidurnya, tengan lentiknya menyentuh perutnya kemudian dengan tangan yang masih disana ia elus perut kecil itu dengan sangat-sangat lembut. Ia ambil kasa kemudian membasahinya dengan air lalu mengelapnya ke area perutnya. Jahitan itu akhirnya terlihat. Selama dirinya berhubungan dengan Jemi, Jemi tidak pernah tahu jika ia memiliki bekas jahitan di perut nya yang sama seperti milik Jemi. Selama ini ia tutup dengan cream agar tak terlihat.

Kaki jenjangnya berjalan kearah shower, melepas pakaiannya begitu saja dilantai dan langsung menyalakan shower dengan air dingin, setetes demi setetes rambut hitamnya dihujani oleh air yang menetes hingga sekarang badannya sudah sangat basah.

Hatinya sedikit demi sedikit tambah terasa sesak dan sakit, tenggorokannya seperti tercekik karena pikirannya sendiri. Digigitnya bibir bawahnya dengan kuat, ia sudah tidak ingin menangis lagi tapi kenapa air mata itu terus saja keluar.

"Kemarin dari bandara Soekarno Hatta gue cuma bareng sama jemi. Karyawan yang lain berangkat lebih awal, by."

"Hari kedua di Surabaya, ternyata jeno sama sekretaris nya Dateng."

"Lo inget kan, by? Sekretaris jeno baru aja lahiran beberapa Minggu yang lalu? Makanya gue kira tuh orang gak Dateng, secara itu istrinya sendiri."

"Pas hari terakhir sebelum balik Jakarta, kita ngadain party di hotel. Kita mabuk dan happy-happy..

".... selesai party gue udah gak inget apa-apa. Setahu gue diruangan tinggal gue sama jeno, karyawan lain juga udah tepar....

"Gue kira Jemi waktu itu udah balik ke kamar dia.."

"Kaila juga mabuk, pak?"

"Setahu gue enggak. Gue denger jeno yang ngelarang..."

Suara bara terus terngiang di telinganya.

Bruk.

Tubuhnya yang lemah luluh dan terduduk dengan paksa diatas lantai kamar mandi yang sangat dingin, air terus menghujaninya dengan sangat deras, "hikss.." isaknya akhirnya keluar juga dari mulut tipis yang kini sudah sedikit memucat. Ingin rasanya untuk berdiri tapi kakinya terlalu lemah.

Dengan sedikit terseok geby memasukkan dirinya kedalam bathub yang sudah terisi penuh air dan sabun. Ia gunakan air hangat agar bisa merilekskan tubuh dan pikirannya yang sedang berkecamuk.

*****

Kring..

Suara alarm dari ponsel geby yang berada dinakas, Jemi terbangun dan merenggangkan ototnya yang kaku. Ia lirik jam dan menunjukkan pukul 06.00 pagi, "geby ngapain nge alarm jam 6? Pagi banget..." Gumam Jemi dengan suara seraknya.

Noble Hearted ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang