NH. 30

1.2K 109 18
                                    


*****

Happy reading guys

*****

Berjalan bersama memasuki kantor tanpa ada rasa was-was karena status memang terasa agak asing untuk mereka berdua, lebih tepatnya geby. Jemi dengan senyum bangga dan senang menggandeng tangan istrinya itu dan mendapatkan banyak sapaan serta selamat dari seluruh karyawan yang ada disana.

"Mereka pasangan yang serasi."

Begitulah rata-rata yang keluar dari mulut mereka. Jemi berhasil mengurus istrinya dengan baik sehingga geby jadi banyak tau karena belajar langsung dari Jemi. Jiwa polosnya sedikit demi sedikit sudah hampir hilang, ia tumbuh menjadi gadis dewasa yang lebih mandiri.

"Harus banget ya tangan geby digandeng sampai erat begini?" Ledeknya dengan senyum bahagia.

Jemi terkekeh, "iya dong, pasti. Nanti hilang.."

"Astaga! Lebay banget mas jemi nihh.." geby ikut terkekeh mendengar jawaban suaminya. Bisa tidak diam, geby salting nih.

Pintu lift lantai 5 terbuka, ia berjalan beriringan masih dengan kedua tangan saling terkait. "Selamat pagi.." sapa Jemi kepada seluruh karyawan nya yang ada disana.

"Pagi pak Jemi... " Balas mereka dengan menunduk sopan.

"Ceilehhhh yang go publik." Sindir bara yang baru saja datang, ternyata ia berjalan di belakang mereka berdua bersama Wanda.

"Ceileh pak Jemi, akhirnya geby nya diakui jadi istri." Seru Wanda kelepasan, ia bukannya meledek malah membuka kedok Jemi didepan orang banyak.

Jemi tersenyum namun memandang tajam kearah bendahara nya itu, "ups... Aduh keceplosan..hehe" kekeh Wanda matados. Sebenarnya dirinya agak takut kena marah bosnya itu.

"Maaf pak Jemi.. kelepasan." Ucapnya dengan cengir tawa polos.

Jemi ikut tertawa, "santai aja. Kamu benar kok, salah saya terlalu lama mengambil langkah." Ungkapnya kemudian langsung memandang wajah geby yang kini ada didekatnya.

Geby tersenyum saja.

"Hehe.. maaf ya pak.. ini gara-gara pak bara, dia suka gitu jadi saya ikut-ikutan." Jawabnya dengan menumbalkan bara.

"Eh Wanda! Sialan ya lo, ngapain juga Lo bawa-bawa nama gue, emang Lo nya aja kali yang mulutnya kaya ember bocor!" Bara tidak mau kalah, enak saja dirinya yang ditumbalkan. Walaupun memang benar, ia senang sekali mengata-ngatai Jemi dibelakang Jemi.

"Yeeee... Giliran gini pak bara gak terima disalahin, biasanya juga ngata-ngatain pak Jemi. Wlekkk.." ledeknya tak terima.

"Sudah, sudah.. sekarang kembali bekerja semua." Lerai Jemi yang justru mendapat tawa dari geby, bara dan Wanda ini sus sekali, susah dijelaskan. Apakah dengan cara begini mereka justru terlihat sangat menggemaskan.

*****

"Geby, ayok." Seru bara untuk mengajak geby berangkat ke ruang Rapat.

"Sudah datang, pak?"

"Belum, kita ke ruangan Jemi dulu." Terangnya.

"Oh, oke." Geby bangkit dari tempat duduknya, ia bawa beberapa dokumen penting yang mungkin nantinya akan berguna untuk rapat.

Mereka berdua memasuki ruangan Jemi, bau ruangan itu terasa berbeda. Sepertinya bos mereka itu baru saja mengganti aroma ruangannya. Baunya terasa lebih segar namun lembut, lebih tepatnya seperti bau parfum istrinya, geby.

Noble Hearted ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang