03. Terpaksa mengikuti

4.3K 460 1
                                    


.
.
.
.
.
Alta mengepalkan tangan nya saat Langit kembali menegaskan bahwa Ares akan tetap tinggal di rumah itu, dengan atau tanpa persetujuan anak-anak nya.

"Mas Alta." Alta menoleh dan menemukan Alden tengah berdiri di belakang nya.

"Kenapa Den?" Alden menggeleng, remaja berseragam sma itu memeluk tubuh Alta.

"Jangan di pikirin, Alden gak mau mas Alta sakit lagi." Alta mengulas senyum dan mengangguk.

"Iya, sana berangkat sekolah. Udah di tungguin yang lain." Alden mengangguk dan tersenyum.

"Ingat mas, jangan di pikirin kenapa papa mau bawa adek baru buat kita!" Alta menggelengkan kepalanya, heran dengan tingkah Alden yang seenak jidat mengatakan jika Ares adalah adik baru mereka.

"Mas Alta." kali ini Alta melihat Rius berjalan mendekatinya.

"Kenapa dek?" Rius tersenyum manis.

"Jangan sakit, kalau mas Alta sakit nanti Rius belah anak baru papa!" Alta terkekeh pelan.

"Gak boleh gitu, nanti kamu di penjara mau?" Rius buru-buru menggeleng.

"Gak mau!" Alta mengacak rambut Rius.

"Sana, jangan sampai telat kalian. Mas gak mau ya datang ke sekolah kalian cuma gara-gara kalian telat." Rius mengangguk semangat.

"Lo hati-hati bawa mobilnya." Alta menatap ke arah adik dingin nya, mengingatkan agar lebih hati-hati saat membawa mobil.

"Iya, mas tenang aja."

"Berangkat dulu mas, mas istirahat di rumah. Kuliah masih libur kan?" Alta memberi anggukan.

"Iya sana berangkat!"

Alta diam memperhatikan mobil milik Leo meninggalkan rumah mereka, pemuda sembilan belas tahun itu menghela nafas panjang.

"Alta." Alta buru-buru mengulas senyum dan berbalik, ada Mega yang tengah berdiri disana.

"Iya ma, ada yang perlu Alta bantu?" Mega menggeleng.

"Gak sayang, sini masuk. Ngobrol sama mama di dalem." Alta menurut, pemuda itu mengikuti Mega untuk duduk di ruang keluarga.

"Kamu masih marah sama papa?" Alta mengangguk tanpa ragu. Tentu saja dia marah, apa lagi mereka tiba-tiba mengetahui jika papa yang mereka hormati memiliki anak dari wanita lain.

"Alta marah karena papa sudah selingkuh dari mama." ucapan Alta membuat Mega tersenyum sendu.

"Alta, anak mama ini anak baik kan?" Alta menatap mamanya aneh.

"Mama kenapa?" Mega mengulas senyum.

"Dia gak salah, jangan pernah salahin Ares dalam hal ini nak. Mama dan papa punya hal yang belum bisa kami ceritakan pada kalian." Alta menghela nafas dan mengangguk.

"Alta gak bisa janji ma."
.
.
.
.
.
Ares tengah mengurus surat kepindahannya dari kampus saat ini, bahkan pemuda itu masih berduka tapi terpaksa melakukannya karena nanti malam dia akan pergi ke jakarta menggunakan kereta.

"Antares!" Ares yang baru saja keluar dari studio musiknya untuk mengambil barang-barang nya langsung menoleh.

"Daffa." Ares mencoba mengulas senyum saat sahabatnya sejak sma itu menghampirinya.

"Kamu bener mau pindah?" Ares mengangguk. Pemuda mungil itu membiarkan Daffa membantunya membawa barang-barang nya.

"Aku ngikutin permintaan terakhir bunda Fa." Daffa menghela nafas berat.

"Res, kalau mereka gak bisa nerima kamu, pulang aja ke sini. Kamu tau kan rumah ku selalu kebuka buat kamu." Ares mengangguk, dia merasa beruntung karena memiliki sahabat seperti Daffa.

Constellation (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang