08. Kampus yang sama

3.7K 457 29
                                    


.
.
.
.
.
Ares saat ini tengah di ajak keliling gedung fakultas seni oleh Rasen, bahkan Ares sudah diperkenalkan pada beberapa senior dari jurusan seni musik oleh Rasen.

Ares bahkan sudah di klaim untuk ikut di kelompok Rasen, jadi jika Ares perlu studio musik dia tinggal datang di studio musik lantai tiga. Ares bebas menggunakan studio itu.

"Kamu udah hafal kan Res?" Ares mengangguk kecil dan itu membuat Rasen merengut kesal.

"Kelas kita di batalin nih, cuma ada tugas aja. Aku yakin kamu bisa ngerjain itu sendiri, jadi ayo sekarang kita ke studio aja." Rasen menarik tangan Ares, sedangkan Ares rasanya sudah ingin memukul kepala Rasen.

Brak

"Heyo Rasen ganteng disini!"

Pluk

Sebuah bantal sofa melayang ke muka Rasen dan itu membuat Ares harus menahan tawanya.

"Berisik Sen!" Rasen merengut lucu saat mendengar hal itu.

"Oh Ares juga ikut, sini masuk Res." salah seorang mahasiswa yang Ares ingat bernama Melvin itu mengajak Ares masuk dan mengabaikan Rasen.

"Bang Melvin ngeselin!" Melvin tertawa begitu juga Ares. Tawa Ares jelas membuat Melvin terkejut, namun pemuda yang dua tahun lebih tua dari Ares itu hanya tersenyum.

"Kalian gak ada kelas? Tadi katanya ada kelas jam sembilan?" Rasen dan Ares menggeleng.

"Harusnya bang, tapi kelas nya di batalin, biasalah pak Mukti kan begitu." Melvin mengangguk paham.

"Res kalau kamu perlu bantuan jangan sungkan, kita pasti bantu kok." Ares hanya tersenyum dan mengangguk. Melvin dan beberapa temannya tadi sepakat untuk menyesuaikan cara berbicara mereka dengan Ares, mereka hanya ingin membuat Ares nyaman bersama mereka.

"Res, kamu tadi berangkat sama primadona nya fakultas bisnis kan?" Melvin yang mendengar itu langsung menoleh.

"Hah? Ares berangkat bareng Alta?!" Rasen mengangguk, dia jelas denger bisikan-bisikan dari mahasiswa atau mahasiswi di fakultas bisnis saat mereka berjalan.

"Iya, ada apa?" Rasen menatap tidak percaya pada Ares, begitu juga Melvin.

"Kok bisa sih? Alta itu gak pernah berangkat sama orang lain kecuali Lino sama Kevin sahabatnya. Paling ya kalau gak di anter papa nya ya supir." Melvin mengatakan hal itu dengan jelas.

"Mungkin setelah ini bang Melvin bakal lebih sering liat Alta berangkat sama aku." Melvin menatap bingung pada Ares, begitu juga Rasen.

"Alta sama aku itu saudara seayah bang." Melvin dan Rasen jelas terkejut, dia memang mengetahui jika Ares pindah ke jakarta karena ikut dengan sang ayah setelah kematian sang bunda.

"Kelas bisnis nya Alta selesai jam sepuluh Res, kamu mau ke fakultas bisnis?" Ares mengangguk, sedikit bingung kenapa Melvin tau banyak tentang Alta.

"Nanti ke sana bareng gue aja, gue juga mau ke fakultas bisnis." Rasen yang mendengar hal itu merengut.

"Bang Melvin gak ada kelas memang?" Melvin menggeleng.

"Gak ada, kan gue cuma nganterin Kevin ke kampus." Ares hanya memperhatikan percakapan Rasen dengan Melvin.

"Kamu gak ada kelas lain kan Rea?" Ares menggeleng, dia sudah memastikan jadwal nya hari ini hanya satu kelas.

"Bagus, kalau gitu kita tinggalin Rasen yang masih ada kelas." Ares tertawa kecil melihat wajah cemberut Rasen.

"Kalian ngeselin!"
.
.
.
.
.
Alta tidak menyangka jika Ares benar-benar menunggunya di kantin fakultas bisnis seperti permintaannya tadi pagi, bahkan Alta yang baru masuk kedalam kantin bersama Lino juga Kevin terkejut saat melihat Ares tertawa bersama Melvin.

Constellation (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang