23. Tertangkap

4.1K 510 19
                                    


.
.
.
.
.
Sudah hampir satu bulan Ares menghindari berkumpul bersama anak-anak ayah nya, pemuda itu hanya akan terlihat saat pagi hari, selebihnya hanya Igel, Rius, Rio  dan Alden yang akan melihat Ares saat malam hari.

Rius menjadi yang hampir setiap hari melihat dan menemui Ares saat malam hari, memastikan pemuda mungil itu tidak kesakitan dan melupakan obat nya.

Hubungan Leo dan Alden bahkan belum membaik, Alden masih mendiamkan Leo setelah mendengar fakta tersembunyi yang dia dengar dari mulut Ares malam itu.

Alta masih terlalu bingung untuk mendamaikan adik-adiknya, namun dia juga tidak bisa menyalahkan Ares, karena Alta tahu jika Ares tidak bersalah.

"Mas Alta." Alta mengulas senyum saat Hadar menyambutnya yang baru saja masuk kedalam rumah.

"Kok tumben kamu gak ngegame?" Hadar mendengus.

"Gak ada temen nya mas, Igel, Rion sama Rius lagi sibuk main piano di kamar bang Ares." Alta tertawa kecil.

"Ya kenapa kamu gak ikut juga?" Hadar menggeleng.

"Gak bakat mas, mending gue ngedance." Alta menepuk pundak Hadar pelan. Memang sejak malam itu yang masih setia dengan penolakannya pada Ares hanya Leo.

"Ya udah habis ini kamu temenin mas masak aja gimana?" Hadar akhirnya mengangguk lemas.

"Alden sama Leo udah pulang?" Hadar mengangguk kecil.

"Kak Alden doang, bang Leo belum pulang." Alta menghela nafas, sudah seminggu ini Leo selalu pulang terlambat, bahkan tidak jarang Alta melihat Leo terluka.

"Ya udah, mas mau ganti baju dulu." Hadar mengangguk saat melihat Alta berjalan naik ke lantai dua.

Alta tidak langsung masuk kedalam kamarnya, dia justru membuka kamar Alden yang ada di depan kamar nya.

"Alden." Alden yang tengah membaca bukunya langsung menoleh saat mendengar panggilan Alta.

"Mas Alta baru pulang?" Alta mengangguk.

"Leo kenapa belum pulang?" Alden mengedikan bahunya, padahal mereka satu sekolah.

"Gak tau mas, tiap Alden cari ke kelas nya Leo pasti udah gak ada." Alta menghela nafas panjang.

"Mas Alta, hari ini bang Ares ke sekolah. Alden mau cerita tapi mas Alta jangan marah ya?" Alta mengernyit bingung namun mengangguk.

"Ada apa?"

"Leo sering bolos dua minggu ini, kemarin Alden dapat surat panggilan dari sekolah buat wali Leo. Maaf mas, kalau surat nya Alden kasih ke bang Ares, Alden takut mas marah." Alden menunduk saat Alta hanya diam.

"Gak papa Den, mas atau Ares sama aja. Selama mama sama papa gak ada kita berdua wali kalian, toh setiap Ares datang ke sekolah kalian dia selalu bilang ke mas sesudahnya." Alden menatap wajah Alta yang menenangkan, sejak mereka semua menerima Ares, hubungan Alta dan Ares memang membaik, meskipun Ares benar-benar menjaga jarak dngan mereka. Bahkan saat sakit pun Ares akan memaksakan diri menyiapkan makanan untuk mereka, tanpa mengatakan apapun kondisinya.

"Mas, apa kita gak bisa minta bang Ares berhenti kerja aja? Alden, Igel, Rion sama Rius sering lihat bang Ares pucat tiap bang Ares pulang mas." Alta menggeleng.

"Kita gak bisa Den, Ares membangun tembok transparan yang sangat tebal dan tinggi dengan kita."
.
.
.
.
.
Kring

Kring

Kring

Enam pemuda yang tengah memakan cemilan itu langsung menoleh saat mendengar telpon rumah mereka berdering, Alden yang duduk di ujung segera bangkit dan mengangkat telpon tersebut.

Constellation (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang