20. Obat milik Ares

5.4K 540 57
                                    


.
.
.
.
.
Seorang remaja yang masih mengenakan seragam sekolah termenung di taman dekat rumah nya, di tangannya ada tabung obat yang hanya berisi satu butir. Dia baru saja membawa obat itu ke rumah sakit tadi, bertanya tentang kegunaan obat tersebut.

"Kenapa lo gak pernah bilang? Lo bertahan selama ini pasti berat." remaja itu meremas tabung obat itu.

"Bang Ares, maaf." remaja itu menitikan air matanya saat menyebut nama sang kakak.

"Maafin gue bang."

Drrttt

Drrttt

Drrtt

"Halo?" remaja itu langsung menegakan badannya saat mendengar suara panik Rion.

"Ri, udah pulang? Bareng bang Leo kan?"

"Gue pulang sendiri bang, kenapa? Bang Leo sama kak Alden lagi keluar cari buku katanya." Rius memejamkan matanya saat mengatakan itu.

"Mau gue jemput dek?"

"Gak usah, ada apa di rumah bang? Lo kedengeran panik." Rius tau, Rion jarang sekali panik kecuali menyangkut saudara-saudaranya.

"Bang Ares sakit, gue lagi nungguin dokter Noe sekarang. Yakin gak mau di jemput?"

"Gak perlu bang, gue pulang sekarang!" Rius jelas terkejut mendengar ucapan Rion tentang Ares tadi, bahkan remaja itu sudah beranjak dari taman.

"Gue tau lo kuat bang, maafin gue. Lo harus bahagia setelah ini."
.
.
.
.
.
Rius langsung menuju kamar Ares saat sampai di rumah, kamar yang biasanya tertutup itu kini terbuka. Ada Alta, Igel dan Rion disana.

Rius mengepalkan tangannya saat melihat masker oksigen terpasang di wajah Ares, Rius menatap lekat pada Ares yang terlihat rapuh kali ini. Bahkan Rius tidak menyadari jika Rion sudah mendekatinya.

"Ri." Rius langsung menoleh dan menemukan semua kakak nya tengah menatap ke arahnya.

"Bang Ares kenapa bang?" Alta yang mendengar adik bungsunya bertanya langsung menarik tangan Rius untuk mendekat.

"Ares pingsan, dokter Noe bilang kemungkinan Ares punya masalah sama udara dingin. Kamu tau kan kalau semalem hujan deres banget." Rius mengangguk kecil.

"Bang Ares terlalu sering pulang malam juga bang, udara malam pasti dingin." Alta menghela nafas.

"Mungkin, Ares kerja Ri. Mas baru tau tadi waktu ikut Rion jemput Ares." Rius terkejut, hal itu membuat nya menatap Rion lekat.

"Bang Rion tau kalau bang Ares kerja?" Rion mengangguk.

"Kemarin bang Ares bilang waktu gue tanya kenapa dia sering pulang malam."

"Mas Alta, jangan bolehin bang Ares kerja. Bang Ares gak sekuat itu." Alta, Rion bahkan Igel mengernyit saat mendengar ucapan lirih Rius.

"Maksud kamu apa Ri? Apa yang kamu tau soal Ares, yang kita semua gak tau?" Rius menatap Igel lekat sebelum menggeleng.

"Rius emang tau sesuatu mas, tapi bukan ranah Rius buat kasih tau kalian. Harus mas Ares sendiri yang kasih tau."
.
.
.
.
.
Hadar mengintip ke dalam kamar Ares, dia bisa melihat Igel yang tengah menjaga Ares. Sosok yang selama ini Hadar lihat selalu mengulas senyum tipis menghadapi tingkah mereka, kini harus terbaring lemah, dengan bantuan oksigen.

"Masuk aja kalau mau masuk Dar." Hadar terkejut saat mendengar suara lembut Alden.

"Nanti ganggu, gue liat aja disini kak." Alden terkekeh dan segera menarik Hadar untuk masuk ke kamar Ares.

Constellation (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang