13. Terkilir

4.1K 461 11
                                    


.
.
.
.
.
Ares selalu bangun lebih dulu, bahkan kali ini pun Ares sudah berkutat di dapur sejak pukul empat. Igel yang mengetahui Ares menyiapkan sarapan langsung saja mendekat.

"Bang Ares." Ares terlihat sedikit terkejut saat mendengar panggilan Igel. Pemuda itu melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul lima pagi.

"Ada apa Gel? Mau saya buatin sesuatu?" Igel mengangguk.

"Bisa tolong buatin nasi goreng buat bekal Rius bang?" Ares terdiam sejenak sebelum mengangguk.

"Rius aja? Kamu gak?" Igel tertawa canggung.

"Gue juga mau bang, lumayan kan nanti gue olah raga." Ares mengulas senyum tipis.

"Sebentar, habis ini saya buatin." Igel mengangguk dan memperhatikan menu sarapan mereka. Paket lengkap, karena mereka biasa sarapan pakai nasi.

"Lo bangun jam berapa sih bang?" Ares menoleh sebentar sebelum kembali fokus pada bumbu nasi goreng nya.

"Kenapa?" Igel merengut saat Ares justru balik bertanya.

"Ini masih jam lima tapi sarapan kita udah selesai, nanti lo ikut sarapan kan?" Ares menggeleng pelan.

"Saya lebih baik menghindari keributan Gel, saya hanya takut saya tidak bisa menahan diri jika terus dipancing." ucapan Ares membuat Igel sadar jika selama ini kakaknya itu sudah berusaha memahami mereka semua.

"Maafin bang Leo, Hadar sama Rion ya bang." Ares menoleh dan tersenyum.

"Gak ada yang salah disini Gel, jadi gak perlu ada yang dimaafin."
.
.
.
.
.
Seperti sebelumnya, sarapan Alta dan adik-adiknya masih dilakukan tanpa Ares. Pemuda mungil itu pamit kembali ke kamarnya setelah membuat empat bekal berisi nasi goreng, dan menyerahkan semuanya pada Igel.

Igel sendiri tidak bisa melakukan apapun, karena dari segi mana pun sebenarnya yang salah adalah orang tua mereka, bukan Ares. Namun kembali lagi, saudara-saudara nya belum mengetahui hal itu.

"Mas Alta ada kuliah pagi?" Alta menggeleng.

"Hari ini mas gak ada kelas, ada apa Le?" Alta menatap Leo yang baru saja selesai memakan sarapannya.

"Gak apa mas, kalau gitu istirahat aja di rumah. Kalau bisa sih mas jadiin dia babu aja, kan lumayan ada yang ngelayanin mas." ucapan Leo sebenarnya membuat Alta, Igel, Alden dan Rius marah. Bahkan Igel dan Alden sudah mengepalkan tanga mereka di bawah meja.

"Sudah, kamu berangkat sana, jagain adek-adeknya." Leo mengangguk dan bangkit dari kursinya.

"Ayo, keburu telat." Leo berjalan mendahului adik-adiknya, sedangkan Igel beranjak ke arah dapur.

"Rius, nih bekal yang kamu minta." Rius mengerjap waktu Igel menyerahkan kotak bekal untuknya.

"Tapi kan gue gak minta ke bang Ares?" Rius jelas bingung, semalam dia bimbang ingin minta pada Ares atau tidak, dan berujung tidak memintanya.

"Gue yang minta, nih buat kalian juga. Kalau kalian mau sih." Hadar dan Rion langsung mengambil kotak bekal mereka masing-masing.

"Bilang makasih kalian ke bang Ares." Alta yang mendengar ucapan Igel itu mengulas senyum tipis.

"Den, kamu beneran mau sekolah hari ini?" Alden mengangguk, pemuda itu menatap Alta lekat.

"Aku ada ulangan harian hari ini mas, gak bisa ijin." Alta mendekat dan mengelus kepala Alden.

"Kalau gak kuat dan mau pulang, hubungi mas atau Ares. Nanti biar kita jemput." Alden mengangguk pelan, hari ini dia memang tidak enak badan. Mungkin karena semalam dia tidak bisa tidur dan berakhir demam ringan pagi ini.

Constellation (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang