39. Ares, kamu adik ku!

5.7K 506 29
                                    


.
.
.
.
.
Alta menatap tidak percaya pada Ares yang tengah terbaring lemah dengan selang oksigen di depannya, adiknya itu menyembunyikan kesakitannya sendiri selama ini. Fakta yang baru saja mereka dengar dari Rian membuat mereka syok, karena mereka tidak menyangka jika Ares menyembunyikan penyakitnya.

"Mas Alta." Alta menoleh dan menemukan Leo mendekatinya.

"Ada apa Le?" Leo menggeleng, tapi pemuda itu justru melempatkan tubuhnya pada Alta, meminta sebuah pelukan.

"Gue takut mas, gue gak mau kehilangan bang Ares." Alta membalas pelukan Leo.

"Ares pasti bangun, dia pasti pulang sama kita nanti." Alta sendiri sebenarnya juga takut, takut jika akhirnya dia harus kehilangan salah satu adiknya.

"Ada kabar dari papa Le?" Leo melepaskan pelukannya dan mengangguk.

"Papa akan segera kesini sama yang lain." Alta mengangguk, dia tau ada kemarahan di sorot mata Leo saat ini.

"Ini semua salah papa kan mas? Semua ini karena papa!" Alta kembali menarik Leo kedalam pelukannya, dia tidak ingin mendengar sang adik menyalahkan Langit, meskipun kenyataannya memang begitu.

"Bang Ares orang yang kuat kan? Pasti bisa bertahan sebentar lagi."
.
.
.
.
.
Langit menatap Aminah yang tengah menangis setelah mendapat kabar dari Alta, mereka semua tidak menyangka jika anak yang mereka sakiti menyimpan rasa sakit yang lebih besar sendirian.

Langit langsung bangkit dan mengambil kunci mobilnya, hal itu membuat Mega juga Pandu bingung.

"Mau kemana kamu?" pertanyaan Pandu membuat Langit berbalik.

"Ke rumah Zein, Langit tetap harus kabarin mereka." Pandu mengangguk.

"Hubungi mereka, kita berangkat ke jogja bersama." Langit mengangguk dan segera pergi dari rumah.

Langit butuh waktu hampir dua jam untuk sampai di rumah mantan mertuanya, rumah yang dulu hampir setiap hari dia datangi saat mendekati Indah, si bungsu kesayangan keluarga itu.

Langit memberanikan diri masuk ke dalam, mengetuk pintu dan bersiap menerima pukulan dari Zein.

Tok

Tok

Tok

Cklek

"Siapa?" Rania mematung saat melihat Langit berdiri di hadapannya, wanita itu langsung mengingat alasan Ares ada di stasiun saat itu.

"Mau apa kamu kesini?!" Rania memekik marah, bukan hanya karena Ares, tapi karena Rania tau bagaimana adik iparnya menangis saat itu.

"Aku mau ketemu ibuk, bapak sama Zein. Ada yang mau aku sampaikan ke mereka, soal Antares, putra ku sama Indah." Rania menatap Langit tidak percaya, selama ini laki-laki itu tidak pernah menemui mereka setelah resmi berpisah dengan Indah.

"Mereka di dalam, masuk." tapi bagaimana pun Rania ingin tau tentang Ares.

"Mau ngapain lo kesini?!" Zein yang melihat kehadiran Langit langsung emosi, terutama karena mereka tahu jika Indah telah tiada.

"Ada yang ingin saya sampaikan pada kalian soal Ares." tiga orang dewasa disana langsung mnatap lekat pada Langit.

"Kamu tau dimana Ares?" Langit mengangguk mendengar pertanyaan Rahmat.

"Ares di jogja, tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan. Saya mohon kalian mau ikut saya ke jogja, Ares sedang butuh kita disana. Ares butuh keluarganya." Aminah mengernyit.

"Ada apa dengan cucu ku?!" Langit menunduk, tidak memiliki nyali menatap Sarah.

"Saya dapat kabar, jika Ares ada di rumah sakit, mereka ingin keluarga Ares ada disana."

Constellation (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang