10. Kejahilan pertama

3.8K 425 4
                                    


.
.
.
.
.
Kepergian Langit dan Mega ke amerika membuat Leo, Hadar dan Rion girang. Mereka bertiga bisa bebas menjahili dan melakukan sesuatu pada Ares saat di rumah nanti, hal itu bahkan sudah mereka rencanakan sejak semalam.

Seperti pagi ini, Leo sengaja meminta Alta untuk membuat sarapan hanya untuk mereka bertujuh. Alta sendiri sebenarnya tidak setuju tapi tetap melakukan apa yang diminta Leo, dari pada adiknya itu marah dan merajuk.

"Mas Alta hari ini ada kuliah?" Alta mengangguk.

"Dianterin sama dia lagi?" Alta kembali mengangguk.

"Kalau dia gangguin mas Alta telpon kita aja mas, nanti kita jemput." Alta hanya tersenyum manis.

"Udah cepet sarapan nanti kalian telat." Alta melihat adik-adiknya mengangguk dan mulai makan sarapan mereka.

Alta diam-diam melirik ke arah tangga, berharap Ares tidak segera turun. Tapi satu hal yang belum Alta tahu, jika Ares sebenarnya sudah turun dari tadi pagi. Bahkan sebelum kedua orang tua mereka berangkat Ares sudah ada di lantai satu, dan saat ini pemuda itu tengah bersandar pada dinding yang membatasi dapur dengan halaman belakang.

Ares mendengar semua percakapan saudara-saudaranya itu, tentang permintaan Leo dan ucapan sarkas Hadar, juga tentang niat Rion untuk menjahilinya.

"Ternyata hidup Ares gak akan mudah disini bun." Ares memutuskan menjauh dari posisinya dan duduk di bawah pohon mangga. Tempat favoritenya sejak tiba di sini.

"Lima bulan lagi bun, kalau Ares gak kuat, Ares mau pulang."
.
.
.
.
.
Alden sengaja meletakan sebungkus roti coklat di kamar Ares sebelum pergi sekolah, bahkan sebelum mereka mulai sarapan. Pemuda itu tau jika Ares pasti sudah turun kebawah, tapi dia tidak bisa menghentikan saudara-saudaranya.

"Kita berangkat ya mas, mas hati-hati di rumah." Alta mengangguk, dia ada kuliah siang hari ini.

"Kalian juga, hati-hati bawa mobilnya Le." Leo mengangguk paham.

"Siap mas." Alden melihat semua saudara-saudaranya keluar dari ruang makan, meninggalkan dia dan Alta.

"Mas Alta, bang Ares kayaknya udah di halaman belakang. Soalnya tadi sebelum Alden turun, Alden gak lihat bang Ares di kamar nya." Alta jelas terkejut mendengar ucapan Alden, namun pemuda itu hanya tersenyum dan mengangguk.

"Iya, nanti biar mas panggil, sana berangkat." Alden mengangguk dan mengecup pipi Alta.

"Berangkat dulu mas."

Sepeninggal semua adik-adiknya, Alta beranjak dan pergi ke halaman belakang. Benar saja, begitu keluar Alta melihat Ares tengah duduk di bawah pohon mangga dengan mata terpejam dan telinga yang tertutup earphones.

Tap

Tap

Tap

Meskipun tidak mendengar suara langkahnya, namun Ares tahu jika ada yang berjalan menghampirinya. Ares membuka matanya dan mendongak, tepat ke arah Alta yang baru saja berhenti tak jauh darinya.

"Ada apa Ta?"

"Anterin aku ke kampus jam sepuluh." Ares mengangguk.

"Iya."
.
.
.
.
.
Ares memilih untuk tidur di studio musik selama menunggu Alta, karena pemuda itu bilang jika dia hanya ada satu kelas hari ini. Jadi dari pada harus mondar-mandir, Ares memilih menunggu. Belum lagi Ares masih merasakan sakit di badan juga kepalanya sejak semalam.

Cklek

Pintu studio musik terbuka, Rasen, Melvin, Naren dan Nina masuk kedalam studio. Naren yang tidak menyadari kehadiran Ares sudah siap akan berteriak sebelum tangan Rasen membungkamnya.

Constellation (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang