.
.
.
.
.
Dokter Noe sudah menunggu di depan rumah saat mobil Alta dan Alden masuk kedalam, Alta bernafas lega saat melihat kehadiran dokter Noe."Mas Alta, bang Ares." Alta langsung menoleh kebelakang saat mendengar gumaman Leo. Leo sedari tadi tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Ares yang masih berada di dekapan Igel, bahkan meskipun dia harus menyetir.
"Gel?" Igel menggigit bibir bawahnya, Ares masih sadar. Kakak nya itu masih menyahuti panggilannya dengan gumaman, tapi nafas Ares kian memberat.
"Bang Leo, buka pintu nya!" Leo segera membuka pintu saat melihat Hadar mengetuk kaca mobilnya.
"Sini Gel, biar gue yang bawa ke dalem!"
Hadar dengan cepat mengambil alih Ares dan membawa tubuh lemas Ares ke dalam rumah, dokter Noe yang melihat itu segera mengikuti langkah Hadar.
Alta, Alden, Igel, Rion, Leo dan Rius menlihat bagaimana dokter Noe memberikan penanganan pada Ares. Pemuda mungil itu sedikit memberontak saat dokter Noe memasang masker oksigen padanya, bahkan Hadar harus menahan tangan Ares.
Area baru tenang saat dokter Noe menyuntikan obat bius dosis rendah, semua dilakukan agar Ares bisa sedikit beristirahat.
"Apa yang terjadi?" dokter Noe menatap anak-anak sahabatnya itu lekat. Sejujurnya dia tidak mengetahui siapa Ares sebenarnya, tapi sudah dua kali dia dipanggil untuk menangani Ares.
"Kita gak tau om, bang Ares masih baik-baik aja waktu kita keluar dari resto." Noe mengernyit waktu mendengar ucapan Hadar.
"Itu bukan reaksi alergi kan?" Noe menggeleng saat mendengar Alta bertanya.
"Tidak, reaksi alergi mungkin bisa membuat sesak nafas tapi ini bukan alergi. Memang dia memiliki alergi terhadap apa?"
"Telur dan ikan, kami baru mengetahui itu hari ini." Noe terdiam, dia jadi mengingat pada sosok wanita yang pernah mengisi hatinya. Wanita yang selalu menghindari memakan telur dan ikan.
"Reaksi sesak nafas nya mungkin wajar untuk anak yang memiliki masalah dengan paru-paru, tapi tremor di tubuhnya bukan hal wajar."
"Tapi itu hal wajar untuk penderita trauma kan om?" Noe langsung menatap ke arah Igel, begitu juga semua saudaranya.
"Apa maksud kamu Gel?"
"Bang Ares pasti punya trauma saat menyaksikan kecelakaan tadi." Alta mengernyit, begitu pula Alden dan Rius.
"Apa hubungannya?" Hadar bergumam pelan, sedangkan Noe langsung bisa menangkap maksud Igel.
"Apa dia pernah menyaksikan kecelakaan sebelum ini?" di saat yang lain menggeleng tidak tau, Igel justru mengangguk.
"Ya, kecelakaan tunggal yang merengut nyawa bunda bang Ares. Kecelakaan itu terjadi tepat di depan mata bang Ares."
Deg
Semua yang ada di kamar itu terkejut, mereka tidak pernah mengetahui jika bunda daei Ares meninggal karena kecelakaan di depan mata putra tunggalnya sendiri.
"K-kamu serius Gel?" Igel mengangguk.
"Gue pernah lihat bang Ares gelisah dalam tidur mas, dan bang Ares manggil bundanya. Jadi gue tanya ke mama sama papa, dan mama ngomong jujur soal itu." Noe yang melihat ekspresi putra-putra Langit itu bingung.
"Memang Ares ini siapa? Teman kamu Alta?" Alta menggeleng.
"Terus? Om gak pernah tahu kalau kalian punya sepupu namanya Ares, Mama dan papa kalian sama-sama anak tunggal." Igel dan Rius yang mendengar itu dari langit hanya tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Constellation (Sudah Terbit)
Fiksi PenggemarAntares tidak menyangka bahwa kehilangan sang bunda akan membawanya pada duka yang mendalam. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi tepat di depan matanya membuat Antares kehilangan cahaya hidup nya. Antares tidak pernah mengenal siapa ayahnya, karena...