.
.
.
.
.
Ares sibuk mencari info lowongan kerja part time, dia butuh uang dan dia sudah tidak ingin berharap pada sang ayah.Ares fokus pada layar ponsel nya sambil duduk di balkon kamarnya, lampu kamarnya mati karena Igel sudah tertidur.
"Cafe?" Ares melihat satu lowongan yang sepertinya masih bisa dia ambil di sela kesibukan kuliahnya.
"Boleh di coba deh, aku juga gak bisa bergantung dari tabungan peninggalan bunda." Ares menengadah, menatap langit malam yang terdapat beberapa bulan.
"Empat bulan lagi." Ares melirik kedalam kamarnya, dia mengantuk tapi terlalu takut tidur karena mimpi buruk.
"Ngantuk tapi takut ganggu Igel." Ares memutuskan merebahkan dirinya di sofa kamarnya dari pada bergabung dengan Igel di ranjang.
"Perjuangan masih panjang Res, semangat!"
.
.
.
.
.
Igel mengernyit saat dirinya tidak merasakan kehadiran Ares di ranjang, pemuda itu membuka mata dan langsung terduduk saat benar-benar tidak menemukan Ares di ranjang. Igel mengedarkan pandangannya hingga netra nya menemukan Ares tengah berbaring dengan posisi miring di sofa."Bang Ares?" Igel memutuskan mendekati Ares, tapi pemuda itu menemukan Ares tengah gelisah dalam tidurnya.
"Bunda..."
"Bunda..."
Igel terdiam saat mendengar gumaman Ares, pemuda itu memutuskan menggenggam tangan Ares dan berharap kakak seayahnya itu kembali tidur tenang.
"Bunda abang udah tenang, abang juga harus bahagia." Igel bergumam lirih saat melihat Ares sudah tenang.
"Gue gak tau apa aja yang udah lo sama bunda lo lalui selama ini bang, tapi satu hal yang pingin gue bilang, maaf. Maaf karena gue dan saudara-saudara gue ngambil tempat lo di rumah ini." Igel memutuskan duduk dan menatap lekat wajah lelap Ares, karena tangannya juga masih menggenggam tangan Ares.
"Lo kuat banget bang, lo tahan semua emosi lo karena bang Leo, Hadar juga Rion. Lo masih bisa senyum ke mereka, meskipun yang mereka lakuin cuma nyakitin perasaan lo."
"Gue tau, suatu saat nanti lo bisa aja meledak karena marah. Tapi gue belum tau apa yang bisa mancing amarah lo, gue harap lo masih mau bertahan disini, bang."
.
.
.
.
.
Ares bangun kesiangan hari ini, dan dia yakin adik-adiknya sudah berangkat sekolah. Ares sendiri bingung, baru kali ini dia tidur nyenyak setelah dua bulan, dia seperti merasa di temani sang bunda semalam."Udah bangun?" Alta yang memang baru saja ingin membangunkan Ares sempat terkejut saat melihat pemuda mungil itu keluar dari kamarnya.
"Maaf saya kesiangan." Alta terdiam, selama ini dia dan adik-adiknya tidak pernah mengucap maaf meskipun kesiangan.
"Kamu ada kuliah hari ini?" Ares mengangguk.
"Ya ada kelas jam sembilan." Alta mengangguk.
"Kalau gitu cepat siap-siap terus sarapan, aku duluan. Kelas ku lebih pagi hari ini." Ares hanya bisa membalas dengan anggukan. Alta yang melihat itu segera pergi dari hadapan Ares, dia masih canggung jika harus memperlihatkan sikap pedulinya.
"Ayo semangat Res, hari ini kamu harus dapat pekerjaan." Ares kembali masuk ke kamarnya, dia harus segera bersiap-siap. Nanti sepulang kuliah dia berencana mendatangi cafe yang tengah membuka lowongan.
"Roti lagi?" Ares menghela nafas saat kembali menemukan roti isi coklat di meja belajarnya, meskipun dia tidak bisa makan telur, tapi dia masih bisa mengkonsumsi roti.
"Alden."
.
.
.
.
.
Alta mengernyit heran saat tidak menemukan Ares di rumah, meskipun hari sudah sore. Biasanya Ares akan selalu ada di rumah jika kuliahnya sudah selesai."Mas Alta." Alta menoleh dan tersenyum saat melihat Rius mendekatinya.
"Mas pulang sendirian?" Alta mengangguk.
"Dianter Lino tadi, kenapa Ri?" Rius menggeleng, meskipun Alta sebenarnya tau jika Rius menanyakan Ares.
"Yang lain dimana?" Rius menunjuk lantai dua.
"Di kamar mereka mas, mau Rius buatin minum mas?" Alta menggeleng.
"Gak usah Ri, sana kamu lanjutin ngegame nya." Rius hanya bisa mengangguk, toh tidak ada ruginya menuruti Alta.
"Tadi bang Igel sama Kak Alden udah masak mas, kalau mas mau makan udah di pisahin punya mas sama bang Ares." Alta kembali mengangguk.
"Iya, nanti aku makan. Mau mandi dulu gerah."
Alta meninggalkan Rius sendirian di ruang keluarga, adik bungsunya itu tengah sibuk bermain game miliknya. Biasanya akan ada Leo, Hadar juga Rion yang ikut bermain, tapi siang ini berbeda. Dua adik kembarnya itu sedang berada di kamar nya.
"Tumben Ares belum pulang, apa dia ada kelas sampai sore?"
.
.
.
.
.
"Ares tolong antar ini ke meja lima." Ares yang mendengar itu langsung mengambil nampan berisi jus dan juga roti bakar untuk dia antar ke meja lima."Istirahat dulu Res." Ares tersenyum saat salah satu rekan kerja baru nya menepuk pundak nya dan meminta nya untuk istirahat.
"Tanggung mas Mino, sebentar lagi ya." Mino menggeleng, dia baru kali ini mendapat pegawai part time seperti Ares.
"Nanti lanjut lagi, sana makan dulu sama yang lain." Ares akhirnya mengalah dan mengangguk.
"Rendi, sekalian nih ajak Ares makan dulu." pegawai yang di panggil Rendi oleh Mino mengangguk dan langsung merangkul Ares, membawanya ke ruang istirahat cafe.
"Bang Mino, lo nemu pegawai kayak Ares dimana sih?" Mino mengedikan bahunya saat Tian, sepupunya bertanya.
"Dateng sendiri dia, tadi siang. Part time sih. Jadi dia mulai sore sampai malam, karena katanya dia kuliah kalau pagi sampai siang." Tian mengangguk paham.
"Keliatannya rajin bang, gak kayak anak part time sebelumnya." Mino mengangguk setuju.
"Iya, semoga aja dia terus rajin."
.
.
.
.
.
Alden beberapa kali mengacak rambutnya, dia masih kepikiran tentang ucapan Igel pada Ares semalam."Maksud omongan Igel apa ya?"
Semalam Alden ingin masuk ke kamar Ares untuk meletakan roti coklat seperti biasa, tapi Alden justru mendengar ucapan Igel pada Ares yang tertidur.
"Apa yang gak aku tau sebenernya, tapi kenapa Igel bisa tau?"
"Apa yang sebenarnya mama sama papa sembunyikan dari kami, kenapa Igel bilang kalau kami merebut tempat bang Ares?"
Alden benar-benar di buat bingung sejak semalam, karna selama ini dia tidak pernah mendengar orang tuanya bercerita apapun kecuali Langit yang tiba-tiba mengatakan jika dia mempunyai seorang putra lain, dan akan membawanya tinggal bersama mereka. Langit bahkan tidak mengatakan siapa dan seperti apa Ares, kecuali namanya dan tentang Ares yang baru saja kehilangan sang bunda.
"Mama sama papa harus jelasin semuanya kalau mereka udah pulang, karena aku yakin mas Alta juga tidak tahu tentang itu."
Alden memutuskan berbaring di ranjangnya, mencoba terlelap karena besok dia masih harus sekolah. Namun kedua netra Alden kembali terbuka saat mendengar suara langkah kaki dari luar kamarnya. Alden hafal langkah kaki ini, ini milik Ares, berarti kakak nya itu baru saja pulang. Alden menatap jam dinding di kamarnya, pukul 11 malam, terlalu malam untuk Ares pulang sebenarnya.
"Bang Ares baru pulang ya? Malem banget."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat pagi...
Selamat hari senin...
Semangat buat jalanin hari nya ya...
Aku kasih up lagi nih...
Jangan bosen ya...
Makasih buat semangatnya...Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
-Moon-
![](https://img.wattpad.com/cover/326346324-288-k792395.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Constellation (Sudah Terbit)
FanfictionAntares tidak menyangka bahwa kehilangan sang bunda akan membawanya pada duka yang mendalam. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi tepat di depan matanya membuat Antares kehilangan cahaya hidup nya. Antares tidak pernah mengenal siapa ayahnya, karena...