31. Tiga satu

9 1 1
                                    


SELAMAT MEMBACA GASY❤

****

"Bantu bunuh gua!"

Hendrea yang ingin membalas perkataan bintang. Tapi panggilan dari guru bk terdengar oleh mereka.

Panggilan untuk hendrea hareta harap untuk menuju ruang bk sekarang!

Hendrea yakin ini pasti ulah sasya. Cewek itu beralih menatap bintang. "Bye pengecut dan bermuka lima, nanti aja deh gua bunuh lo." pamit hendrea mendapatkan kekehan dari bintang.

"Ch... Dasar gila." gumam hendrea lalu membuka pintu. Cewek itu berjalan Anggun menuju ruang bk. Di sepanjang Koridor banyak pandang mata tertuju terus menatap hendrea, dengan dengan berbagai tatapan. Walaupun hendrea risih tapi cewek itu berusaha bodoamat dengan tatapan mereka mereka padanya.

Sesampainya di ruang bk hendrea mengetuk pintu terlebih dahulu. Setelah mendapatkan izin dari buk eyin hendrea pun masuk.

Cewek itu duduk berhadapan dengan buk eyin. "Ada keperluan apa?"

"Apa benar kamu yang menampar sasya, sehingga sudut bibirnya berdarah?"

Hendrea mengangguk toh buat apa juga
takut. Dirinya akan sesuai dengan ajaran
arga. Untuk apa takut? Sebenarnya jika sasya tidak ngomong kalimat itu hendrea tidak akan melakukan hal seperti ini tadi.

Raun wajah buk eyin berubah menjadi emosi. "Hendrea kamu masih siswa baru di sini. Seumur umur belum pernah terjadi kasus seperti ini apa lagi pembullyan." omel buk eyin tegas.

"Ch gua colok juga mata nih guru supaya buta benaran." batin hendrea.

"Ibuk salah deh keknya. Selama ini sasya yang nampar siswa ataupun siswi lain itu bukan termasuk pembullyan? Kenapa kasus ini hanya di saksikan dan di tonton oleh kalian. Ini sekarang bukan tempat kriminal." tegas hendrea di depan wajah buk eyin tampa rasa takut.

"Jangan sok tau kamu hendrea!" bela buk eyin.

"Ibuk jangan sok buta deh."

Hendrea tersenyum lebar menatap buk eyin. "Kenapa takut? Karena sasya anak terpenting? Oh atau anak pejabat? Presiden? Apa karena ayah sasya donasi terbesar di sekolah ini?"

"Jangan sok tau kamu hendrea, kamu itu hanya anak baru di sini!" bentak buk eyin.

"Lo saya kan cuman nanya, tapi kok marah banget."

"Kamu mau saya hukum?" Hendrea mengeleng. "Panggil mama kamu sekarang!" perintah buk eyin.


"Yah.... Ibuk kalah cepat sama Tuhan gimana dong." ujar hendrea tidak ada orang lain yang mengetahui kematian anisa.

Buk eyin tersentak kaget. "Kalau gitu panggil papa kamu kesini."

"Papa saya gak ada waktu buat urusan kayak gini. Kalau kakak saya gimana buk?" tawar hendrea.

"Yaudah cepat panggil."

Hendrea mengambil ponsel di saku celananya. Lalu menelpon harsen kebetulan panggilan itu langsung di angka tampa harus menunggu lama.

BINREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang