15. Lima belas

8 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA GASY

****

Hendrea duduk ditaman belakang rumahnya. Menatap lurus taman itu. Banyak sekali bunga bunga cantik ditaman itu siapa lagi kalau bukan milik anisa. Hendrea tersenyum kecil mengingat kenangan dirinya dan juga anisa ditaman itu.

"Ma ingat gak waktu Rea petik bunga ini. Mama marah banget sama Rea samapai samapai suruh hendrea bersihin taman ini."

"Rea janji ma Rea bakal rawat taman ini sebaik mungkin." gumam hendrea sambil memegang bunga mawar cantik ditangannya.

Arga dan harsen melihat hendrea duduk ditaman itu. Keduanya sama sama berdiri melihat apa yang dilakukan gadis itu disana. Mereka tau ini adalah hal yang berat bagi hendrea ditinggalkan oleh anisa. Arga baru tau bahwa anisa mempunyai penyakit gagal ginjal dan bodohnya anisa tidak memberitahu siapa pun termasuk Arga. Arga merasa menjadi laki-laki yang bodoh didunia ini pantas saja anisa menghilang selama ini itu alasannya. Anisa meninggalkan mereka karena dia pergi untuk menyembunyikan penyakit itu dari mereka hingga akhirnya anisa pergi tampa pamit dan memberi luka terlalu dalam. Arga kecewa marah tapi dia tau anisa menyembunyikan ini karena ada alasannya. Anisa tidak mau membebani mereka karena penyakitnya itu. Anisa selalu bersikap didepan semua orang bahwa dirinya baik baik saja tapi tidak dengan dirinya sendiri.

Harsen melirik kearah Arga. "Dad how are you okey? " tanya harsen.

Arga mengangguk pelan. "Boy kamu tau ini kedua kalinya daday melihat hendrea sehancur ini." ujar Arga sambil melihat hendrea didepannya.

"Harsen yakin Rea kuat dad kita harus ada disamping dia, sekarang hanya Rea yang kita punya." ujar harsen. "Dad boleh gak harsen jatuh cinta?" tanya harsen tiba-tiba. Membuat Arga melotot kaget.

"Daday hanya menerima mantu yang loncat dari gedung tulang nya gak patah kamu tau itu kan." ujar Arga.

Harsen menghembus nafas lelah. "Kalau gitu caranya gak bakal harsen dapet jodoh." ujar harsen. Setiap kali harsen bicara itu jawaban Arga tetap sama. Dari dulu jika masuk dikeluarga itu harus mempunyai jiwa dan batin yang kuat apa lagi jika berhadapan dengan Arga.

"Itu sih deritamu." balas Arga.

"Kurang ajar." reflek harsen menutup mulut mengunakan kedua tangannya itu.

Arga menatap tajam kearah harsen hanya harsen lah yang berani padanya. "Mau belati? Pistol? Atau pisau?." tanya Arga tak main main.

"Nyesel gua jadi anak lo Arga tertekan batin gua." ujar harsen.

Arga mengambil pisau lalu dilemparkan kearah harsen. Namun harsen lebih cepat menghindari pisau itu sehingga meleset kearah tembok.

"Gak kena sory ya." ucap harsen sombong.

"Dasar anak kurang ajar kamu harsen hardianto." ujar Arga geram.

Harsen memutar bola matanya malas. "Anda lebih kurang ajar Arga dirgantara." balas harsen.

Baru Arga melangkah maju suara teriakkan hendrea membuat keduanya berhenti.

"ARGA! HARSEN! KALIAN KAYAK BOCAH TAU GAK! SINI REA AJA YANG LEMPAR PISAUNYA SUPAYA KEPALA KALIAN BOCOR BENARAN." teriak hendrea yang melihat aksi Arga dan harsen. Kedua laki-laki itu selalu bersikap seperti ini ketika sedang beradu mulut itu yang membuat hendrea geram pada keduanya.

Arga mencium pipi gembul hendrea. "Now gril cukup harsen aja yang kurang ajar kamu jangan." ujar Arga.

Harsen merangkul pundak hendrea lalu mencium pipi gembul hendrea sama seperti Arga lakukan tadi."Jangan cium cium pipi adik saya mulut Anda bau tai. " ujar harsen meledak.

BINREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang