32. Tiga dua

3 0 0
                                    


SELAMAT MEMBACA GASY❤

****

Bintang melangkah memasuki rumah miliknya. Sebenarnya bintang bisa saja tinggal di rumah andre, tapi jika cowok itu tinggal disana bintang takut sifa melihat ia di siksa oleh Rahman kakeknya sendiri. Bintang kaget saat melihat sosok paru baya duduk di ruang tamu dengan tongkat besi di tangannya.
Bintang sudah menduga apa yang akan Rahman lakukan padanya.

Laki laki paru baya mengalihkan pandangan ke arah bintang. Cowok itu mendesis
ketika Rahman menukul besi itu kearah punggungnya. Bintang mengigit bibir bawahnya menahan sakit. Hanya satu pukulan mampu membuat punggung bintang robok. Darah segar yang terus mengalir deras membuat Rahman tertawa puas.

"Saya sudah peringat kan kepada Kamu, setelah kamu putus dengan gadis itu. Maka lindungi sasya, dan jangan buat dia di permalukan oleh gadis sialan itu." bentak Rahman dengan wajah yang mengerikan. Rahman adalah manusia iblis untuk bintang. Terlebih lagi raun wajah laki-laki itu yang kesenangan melihat wajah kesakitan bintang.

Bintang melihat darah yang bercucuran itu, hanya terkekeh kecil. Seolah-olah luka itu adalah luka yang sudah sering dia dapatkan.

"Jangan pernah bicara seperti itu, tentang gadis saya!" geram bintang mata cowok itu memerah, tangan terkepal kuat. Menatap Rahman penuh kebencian Bintang tidak pernah Terima jika Rahman mengatakan hal seperti itu.

Bintang memang tidak punya keberanian untuk melawan Rahman. Ia sudah banyak berhutang budi pada kakeknya. Sekeras apapun Rahman, bintang tetap mengapa Rahman itu sebagai kakeknya sendiri. Tapi, bintang juga sangat membenci Rahman. Tampa bantuan Rahman, bintang tidak pernah tau betapa kejamnya dunia ini. Karena siksaan yang Rahman berikan padanya, membuat bintang terbiasa.

"Jika suatu saat saya kelepasan, saya minta maaf."

Rahman terkekeh sinis. Hidup bintang sekarang ada di tangannya. Jadi, cucunya itu tidak punya kekuasaan apapun. "Sebelum itu terjadi kamu yang akan mati."

"Bagus kalau gitu, sasya bisa bertemu dengan nenek salma."  ujar bintang, salma—adalah nenek. Salma meninggal waktu tengah menjemput bintang sekolah. Salma di tabrak lari oleh seseorang. Dan pada saat itu lah yang membuat bintang trauma terhadap kehilangan seseorang. Itu lah yang membuat Rahman benci padanya dan, selalu menganggap bintang seorang pembunuh.

Rahman menatap sinis. "Ch apakah saya tidak salah dengar? Seorang pembunuh merindukan korban?" tanya Rahman berniat menyindir bintang. Saat bintang membahas Salma kata pembunuh selalu dirinya keluarkan di depan wajah bintang. Bagi Rahman melukai bintang secara fisik itu belum bisa membuat balas dendamnya terbalas.

"Thanks ya kek atas luka lukanya." ungkap bintang menatap Rahman sendu.

"Sampai saya terbiasa oleh luka luka yang, anda berikan." setelah mengatakan itu bintang berlari kearah kamarnya.

****

Baru saja hendrea melangkah kan kaki ke gerbang sekolah. Dirinya sudah banyak melihat orang orang berkumpul di mading. Ternyata SMA garuda tengah mengadakan pemilihan ratu sekolah. Ratu sekolah itu adalah model. Yang hanya di ambil dari cewek berprestasi dan  berparas menawan.

Para guru langsung mengusulkan nama sasya. Karena ayahnya adalah peran penting di sekolah ini. Hendrea yang tidak ada minat untuk mengikuti tapi, nama cewek itu sudah di sana. Hendrea melihat keempat sahabatnya yang tengah cengengesan melihat ke arahnya. Mungkin sudah menjadi takdir sasya sekarang harus berlawanan sama hendrea. Karena nama hendrea semua siswa dan siswi beramai-ramai untuk memilih hendrea sebagai kandidat utama. Sedangkan para guru berpihak pada sasya. Hendrea tidak mempermasalahkan itu, sebelumnya ia tidak ada niatan untuk mengikuti hal seperti ini.

BINREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang