29. Dua sembilan

4 1 0
                                    


SELAMAT MEMBACA GASY❤

****

Sakral melangkah berjalan mencari keberadaan hendrea. Langkah cowok itu begitu melihat gadis cantik yang sedang memang pistol di tangannya. Sakral melihat hendrea dari segi kemampuan hendrea benar benar hebat. Pantas saja di keluarga mereka sangat melindungi gadis itu. Hendrea adalah aset satu satunya yang mereka punya.

Hendrea merasa ada seseorang di belakangnya langsung mengarahkan pistol kepada sakral yang berdiri di belakangnya. "Gua kirain siapa."

"Serius banget latihannya?" tanya sakral lalu menatap foto foto yang terpapar di depannya. Sakral kenal jelas mereka siapa. "Buat apa?"

"Target selanjutnya al." jawab hendrea tersenyum kemenangan melihat foto di depannya.

"Lo suka sama dia?"

Hendrea mengeleng pelan. "Gua cuman mau manfaatin rasa suka dia buat balas dendam."

"Gila lo! Dia kelihatan tulus sama lo ndre. Apa lo gak bisa rasain itu semua?" tanya sakral dengan nada serius. "Harsen sendiri waktu itu bilang sama gua."

"Dia baik cuma terikat sebuah janji dong." lanjut sakral.

Hendrea terkekeh cewek itu paham arah bicara sakral sekarang. "Ngomong sama harsen harus pake belati."

Hendrea dan sakral yang masih bicara serius. Tiba tiba pintu itu terbuka secara kasar. Hendrea melempar pisau kearah lian, alex, dan redi. Tapi mereka lebih dulu menghindari serangan hendrea yang diberikan pada mereka.

"Meleset gril." ujar alek menatap remeh kearah hendrea dan sakral. "Sejak kapan lo di sini?"

"Kenapa lo gak suka?" sewot sakral menatap alex. Dari dulu hanya sakral dan alex lah yang sering bermusuhan.

"Mau patah badan lo bertiga?" tanya hendrea mengangkat satu alisnya.

Lian berjalan mendekati hendrea. Lalu berdiri di sebelah cewek itu sambil melihat foto yang berada di dinding itu. "Kapan lo mau hancurin mereka semua?"

"Sebentar lagi."

"Ndre?" panggil alex membuat hendrea menatap cowok itu. "Apa ini gak jahat ya? Musuh lo cuma sasya bukan bintang."

"Gua rasa benaran tulus sama lo. Ayo lah berfikir jernih." sambung redi.

Hendrea menatap mereka bergantin. Bukan kah hendrea sudah bilang mereka tetep saja bersalah. Entah dalam melindungi sasya atau ikut membully orang orang di dekatnya. Hendrea benci melihat pembullyan di depannya. Hal itu mengingat haira yang di perlakuan secara tidak baik oleh mereka. Termasuk sasya manusia yang ingin hendrea habisi. "Sekeras apa pun mereka membela diri mereka tetap aja salah!" tegas hendrea.

"Lo tau?" sakral memotong pembicaraannya. "Bintang yang membantu korban bullyan sasya di sekolah. Entah itu uang atau dengan Boerbutan yang bintang lakuin pada mereka."

"Maksud lo?" tanya alex.

"Kamu nanya?" ledek yudi yang berjalan di ikuti oleh harsen di sebelahnya.

"Mau main darah gak nih?" tanya alex sambil mengelus pisau tajam di sebelah hendrea. Ia yakin Yudi akan takut jika melihat darah. Karena cowok itu memiliki trauma yang sangat berat terhadap darah.

BINREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang