Waktu yang kulalui bersama Darian cukup menyenangkan. Sisa waktuku di kantor ini tinggal seminggu. Darian membuatku merasakan betapa menyenangkannya memiliki seseorang yang disuka. Dia kerap meninggalkan sesuatu di mejaku. Terkadang coklat, terkadang mainan kecil lucu, terkadang pula catatan semacam puisi sederhana yang membuatku tak bisa menyembunyikan senyumku. Kemudian, saat istirahat, kami sekadar makan bersama di kantin kantor atau warung kaki lima di sekitar kantor. Berbincang dengannya adalah waktu yang paling kusuka. Kami banyak berdiskusi, dari hal yang remeh-temeh hingga hal yang agak serius seperti soal politik. Tentu hal satu ini lebih banyak dikuasai oleh Darian dan aku hanya menyimaknya atau memberikan sedikit komentar karena aku tak begitu mengerti. Sejauh ini, Darian adalah hal terbaik yang terjadi padaku.
Jumat malam, Darian mengajakku pergi. Semacam kencan pertama kami. Dia menyerahkan padaku rencana kencan pertama kami. Saat aku berkata padanya aku tidak tahu apa yang akan kulakukan, dia hanya berkata padaku untuk menjadi diriku dan apa yang ingin kulakukan.
"Jadi, apa yang ingin kamu lakukan untuk kencan pertama kita?" Tanya Darian.
"Entahlah, aku tidak menginginkan banyak hal. Bagiku, ngobrol bersamamu saja sudah cukup menyenangkan."
"Pasti ada sesuatu yang ingin kamu lakukan." Darian menunggu jawabanku.
"Mmm, sebenarnya aku pernah berpikir jika aku memiliki seseorang yang kusuka, aku ingin menghabiskan waktu membaca bersamanya. Buku kesukaan masing-masing. Lalu, berdiskusi tentang buku itu setelah membacanya. Dalam hal ini, aku membaca novel dan kamu membaca buku yang kamu suka."
Darian terlihat sedang berpikir. "Sepertinya aku pernah tahu ada semacam book cafe yang konsepnya seperti perpustakaan. Banyak buku dan interiornya pasti menyenangkan untuk membaca di sana."
"Ide bagus." Aku langsung mengangguk setuju. "Dar, apa kamu merasa aku aneh? Maksudku, pasangan lain mungkin akan berkencan dengan pergi makan malam romantis, tapi aku malah mengajakmu membaca bersama. Aku terdengar seperti wanita tua yang ingin anaknya belajar setiap hari." Darian tertawa seketika.
"Jujur. Kadang aku menganggapmu kuno. Tapi, aku suka. Kamu unik. Untuk itu, aku selalu bilang padamu untuk menjadi dirimu sendiri."
"Terima kasih sudah menerima kekunoanku."
Darian terkekeh. "Aku menyukainya. Jadi, jangan menganggap dirimu aneh atau apapun itu."
"Oke, tidak lagi. Tapi, jika kamu punya usul untuk kencan kita yang lebih menyenangkan, bilang padaku."
"Aku pasti akan bilang, untuk kencan kita selanjutnya." Mendengar kata 'kencan kita selanjutnya' membuatku senang. Seperti memang akan ada masa depan untuk hubungan kami berdua.
"Oiya, ini kan minggu terakhir kamu di kantor ini. Sebenarnya ada tawaran perpanjangan kontrak hanya untuk beberapa orang saja. Kalau kamu bersedia, kamu bisa perpanjang kontrakmu." Kata Darian.
"Apa ini adil bagi karyawan part time lainnya."
"Adil dong. Tawaran ini kan diberikan ke beberapa orang, tidak semuanya, berdasarkan kinerja kalian selama 3 bulan." Aku mengangguk-angguk mengerti.
"Aku akan mempertimbangkannya." Sebenarnya, begitu aku mendengarnya, aku yakin akan menerima tawaran itu. Tapi, entahlah aku seperti butuh waktu beberapa hari untuk lebih meyakinkan keputusanku.
***
Jumat malam, Darian akan menjemputku sekitar pukul 7. Sambil menunggunya, aku memperbaiki penampilanku. Kali ini aku mengenakan rok panjang, kaos putih dan outer yang diberi Alika tempo hari. Ibu menata rambutku dengan gaya kepangan kekikian yang dipelajarinya lewat video tutorial singkat. Ibu suka menata rambutku di saat momen-momen istimewa, seperti saat pertama kali masuk sekolah atau kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Odel dan Zona Nyaman
General FictionNamaku Odel. Umur 27 tahun. Jomblo dari lahir. Introvert. Ditanya ibu terus soal kapan nikah. Gimana sih caranya nyari jodoh? Yuk cek cerita Odel! Jadi saksi perjuangan Odel dalam hidupnya dan untuk dapetin cinta.