28. Surat untuk Anak Lelaki

19 0 0
                                    


Pagi harinya, aku berniat datang ke rumah Keefe untuk memberikan surat dari om Pandu untuk Keeny. Sebelum aku berangkat, ibu menitipkan masakan untuk mereka. Sejak kematian mama Keefe, ibu memintaku membuat daftar makanan yang disuka Keeny dan Keefe. Ibu berkata akan lebih sering memasakkan makanan kesukaan mereka. Sepertinya ibu sudah menganggap Keefe dan Keeny seperti anaknya sendiri. Kali ini, ibu memasakkan oseng kangkung dan ayam goreng untuk mereka. Sebenarnya, Keefe dan Keeny bisa memasak untuk diri mereka sendiri. Mereka dididik oleh mamanya untuk menjadi lelaki yang mandiri. Namun, mereka bilang, masakan dari tangan seorang ibu akan terasa berbeda dan itu yang mereka rindukan.

Sampai di rumah mereka, suasana masih sepi. Aku mengetuk pintu. Keefe membukanya. Aku tahu dia baru bangun. Sekitar pukul 9 pagi. Ini hari Sabtu.

"Del?" Dia terlihat heran aku mengunjunginya pagi-pagi sekali.

"Ibu titip makanan nih. Aku yakin kalian belum masak. Weekend pula."

Dia nyengir. "Thanks banget banget buat tante dan kamu. Thanks banget pokoknya."

"You're welcome. Keeny ada Keefe?" Dia menggaruk-garuk rambutnya, yang kuyakin tidak gatal.

"Keeny sedang keluar. Tadi pagi-pagi banget aku lihat dia keluar rumah pake sepeda. Ada apa Del?"

"Eee, ada sesuatu yang perlu kubicarakan dengannya." Keefe memicingkan matanya, kuyakin dia ingin tahu. Tapi dia bertanya lebih lanjut, barangkali menungguku menceritakan padanya.

"Oh, yaudah. Tunggu di dalam aja. Kita sarapan bareng ya." Aku mengangguk dan mengekor langkah Keefe. Tadi ibu bilang lebih baik aku sarapan bersama mereka jadi dia membawakan makanan lebih.

Selagi Keefe membuat kopi untuknya dan cokelat panas untukku, aku menempatkan makanan yang dibawakan ibu ke piring-piring untuk ditata di meja makan.

"Duduk dulu, Del." Kata Keefe sambil meletakkan cokelat panas di depanku. Dia kemudian mengambil duduk di hadapanku dan menyeruput kopinya pelan-pelan.

"Jam berapa biasanya Keeny pulang, Keefe?" Tanyaku.

"Mungkin sekitar jam 10. Nggak telepon dia aja?"

"Nunggu aja deh. Biar nggak ganggu waktu dia."

"Kalau begitu mending kita makan dulu aja. Keburu kelaparan kalo nunggu Keeny."

"Oke." Kami pun mulai makan.

"Del, sumpah masakan tante enak banget. Aku rela melakukan apapun untuk bisa makan masakan tante setiap hari."

"Kamu belajar masak aja sama ibu." Keefe berpikir sejenak.

"Ide yang bagus. Besok Minggu pagi, aku akan datang untuk belajar masak ke tante."

"Secepat itu Keefe bikin keputusan."

"Ini menyangkut hidup dan mati, Del. Jadi nggak ada tu pikir ulang."

"Oh wow, se-urgent itu ya." Aku terkekeh.

"Oh tentu saja."

***

Saat kami di tengah makan, Keeny tiba-tiba datang. Masih sedikit ngos-ngosan.

"Kalian tidak menungguku?" Tanyanya. Aku dan Keefe berhenti makan. Keeny duduk di sebelahku.

"Keburu kelaparan kami Keen." Sahut Keefe. "Buruan makan. Ini masakan dari tante." Keeny lalu menghadapku.

"Ee eehh. Hai mbak Del." Katanya agak kikuk. "Makasih ya buat makanannya." Aku tersenyum dan mengangguk. Kulihat dari seberang Keefe memicingkan matanya, tentu dia ingin tahu apa yang terjadi padaku dan Keeny. Aku belum menceritakannya pada Keefe hingga saat ini. Aku hanya menyelesaikan kesalahpahaman ini sebelum menceritakannya pada Keefe.

Keeny mengambil makanan dan segera melahapnya. Suasana mendadak jadi sunyi sesaat.

Selesai makan, Keefe menuju kamarnya karena katanya ada meeting mendadak. Di ruang makan kini hanya ada aku dan Keeny.

"Mbak Del...Keen." Kata kami bersamaan.

"Oke kamu duluan." Tawarku.

"Eeee Mbak Del, ee itu ... maafin aku ya kemarin bentak mbak. Sungguh aku nggak berniat begitu, tapi entah kenapa emosiku saat itu nggak bisa ditahan. Itu reaksi yang selalu keluar dariku saat seseorang menyinggung hubunganku dengan papa yang memburuk. Mbak Del pasti sudah tahu ceritanya dari mas Keefe." Aku mengangguk. "Begitulah. Dan aku menyesal kemarin membentak mbak. Jadi, please maafin aku, mbak."

Melihat ekspresinya saat meminta maaf padaku, kutahu dia tulus melakukannya.

"Jujur saja, aku merasa jengkel banget waktu kamu bentak." Dia tampak menyesal. "Tapi sekarang udah nggak apa-apa kok." Lanjutku. Wajahnya pun berubah jadi ceria.

"Thanks, mbak Del." Aku mengangguk. "Oiya, tadi mbak mau bicara apa?"

Aku mengeluarkan surat dari dalam tasku. "Ini, ada titipan buat kamu."

Keeny menerimanya. "Please, sebelum kamu buka, please apapun isinya bacalah dulu jangan terburu membuangnya atau merobeknya." Aku memperingatkan. Kurasa Keeny paham dari siapa surat itu berasal.

"Aku nggak bermaksud ikut campur. Aku hanya membantu sebisaku." Kataku akhirnya.

Dalam ekspresi yang tidak dapat dijelaskan, Keeny pun perlahan membuka surat itu. "Thanks, mbak Del."

Dia kemudian membuka suratnya. Awalnya ragu, kemudian dia seperti terlarut dalam isi surat itu. Aku meninggalkannya untuk memberinya privasi.

Aku melangkah menuju ruang keluarga, di sana kutemukan Keefe sedang duduk di depan TV, menonton kartun pagi. Tawanya berhenti sejenak ketika melihat kehadiranku.

"Ada sedikit kesalahpahaman antara aku dan Keeny." Kataku, memutuskan untuk bercerita padanya. Keefe mengecilkan suara TV untuk mendengarku. "Tempo hari saat aku menelepon Keeny untuk datang makan malam, dia marah. Aku tahu dia punya alasan."

"Saat aku pulang, om Pandu juga menitipkan surat untuk Keeny. Dia hanya tidak mau membebani pikiranmu saat ini, jadi jangan salah paham mengapa om Pandu menitipkannya padaku." Keefe mengangguk. "Saat ini, Keen sedang membaca surat itu. Aku berharap hatinya melunak dan bisa berbaikan dengan om Pandu."

"Thanks ya Del. Aku bersyukur kamu hadir di tengah-tengah keluargaku." Ucapan Keefe membuatku merasa berharga.

"Aku akan sangat senang jika Keeny akhirnya berbaikan dengan om Pandu." Keefe pun tersenyum puas. Tak lama kemudian, Keeny muncul dengan tergesa-gesa di hadapan kami.

"Mas, kita harus segera ke rumah papa." Katanya pada Keefe.

Keefe memicingkan mata. "Ada apa Keen?"

"Papa mau pindah ke luar negeri." Ada kekhawatiran yang sangat jelas dari wajah Keeny.

***

Tentang Odel dan Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang