34. Eko dan Elia

30 1 1
                                    


Saat tiba di ruang make up, sejenak aku berbicara dengan pengantin wanita sebelum dia didandani. Namanya Elia. Dia cantik. pembawaannya kalem. Tak heran, tak butuh waktu lama bagi Eko untuk meminangnya

Beberapa jam kemudian, pengantin maupun para pengiringnya telah siap menjadi saksi pernikahan mereka. Eko terlihat sangat tegang. Tapi aku yakin dia sangat bahagia.

Tak lama kemudian, Eko mengucapkan kalimat 'saya terima nikahnya ....' hingga semua orang mengatakan sah. Eko pun menitihkan air mata haru dan tak lama kemudian mengecup kening Elia. Kebahagiaan yang memancar dalam ekspresi mereka berdua sampai pada orang-orang yang hadir.

Oiya, yang tak kalah semangat dalam pernikahan Eko dan Elia adalah sang fotografer dalam mengarahkan gaya. Dia tak akan membiarkan satu momen pun terlewat tanpa tertangkap oleh kameranya. Yang membuatku lebih terkejut, fotografer itu adalah teman SD yang dulu kulempar batu. Namanya Didit. Dunia benar-benar sempit. Awalnya, aku tak mengenalinya, sampai kami sedikit berbincang dan dia mengenaliku. Dia benar-benar berubah. Seingatku, dia dulu agak gendut. Sekarang, tubuhnya lebih proporsional.

***

Tamu-tamu resepsi mulai memadati ruangan. Aku celingukan mencari Keefe dan Keeny. Tak lama kemudian, aku menemukan mereka di antara kerumunan. Sepertinya mereka pun baru datang. Aku menghampiri mereka sambil melambaikan tangan, berharap mereka juga melihatku.

"Keefe, Keeny!" Panggilku, agak meninggikan suara. Setelah beberapa kali panggilan, mereka pun menemukanku. Sejenak mereka tak berkedip.

"Eh, Hei, hello!" Aku melambaikan tangan di depan wajah mereka.

"Sumpah, Mbak Del cantik banget." Kata Keeny tanpa ragu.

"Couldn't agree more." Keefe menyahut. Aku tersipu, pipiku terasa hangat.

"Thanks."

"Diam di situ bentar." Keefe mengeluarkan ponsel dari kantong celananya. "Rileks, senyum." Dia mengambil gambarku. "Perfect."

"Kita harus selfie bertiga." Keeny mengusulkan. Dan kami melakukannya.

"Nanti kirim ke aku pokoknya." Pintaku, Keefe mengacungkan jempolnya.

***

"Selamat atas pernikahan kalian." Ucap Keefe sambil menyalami Eko dan Elia di pelaminan.

"Keefe, jangan sampai Odel lolos. Banyak cowok mengincar Odel di sini." Eko memperingatkan. Aku melotot padanya. Keefe waspada. Keeny jadi kepo. Elia terkekeh. Tapi, karena banyak antrean yang hendak menyelamati pengantin, aku tak sempat mendebatnya. Setelah berfoto, kami langsung menuju bagian catering untuk makan.

"Mbak Del, siapa yang dimaksud mas Eko?" Keeny mencoba mengorek rumor ngawur yang baru saja dicetuskan Eko.

"Kamu mendingan lebih percaya pada Tuhan daripada Eko." Jawabku.

"Mas Eko nggak mungkin ngomong tanpa dasar. Hanya laki-laki yang mampu memahami gerak-gerik laki-laki lain." Keeny berkilah.

"Aku lapar." Aku mengabaikannya dan lebih memilih untuk menyicipi makanan. Aku tahu Keefe juga pasti penasaran, tapi sepertinya dia tak ada niat untuk bertanya.

Saat kami bertiga tengah makan, seseorang mendekat.

"Hai, Del." Sapanya.

"Hai, Dit." Melihat wajah Keefe dan Keeny yang penasaran, aku pun segera berinisiatif mengenalkan mereka masing-masing.

"Bukan teman SD yang kamu lempar batu itu kan, Del?" Ungkit Keefe sambil terkekeh.

"Kok kalian bisa tahu?" Didit penasaran. Ketiga laki-laki itu pun berbincang, megejekku sambil tertawa puas. Sampai tiba waktunya Didit untuk kembali pada tugasnya memotret.

"Oh iya Del, kalau kamu ada waktu luang setelah acara ini, ngopi bentaran yuk. Ntar boleh deh aku antar keliling ke mana pun kamu mau." Tawar Didit. Sejenak, ada hening di antara kami meski ruangan tempat kami berada cukup berisik. Aku memikirkan jawaban sambil melirik Keefe dan Keeny.

Baru saja aku hendak menjawab, Keefe memotong, "Sorry nih Dit, berhubung Odel pulang bareng kami, jadi kami perlu segera bergegas untuk melanjutkan perjalanan."

"Oh, it's ok. Tapi, kapan-kapan kalau aku ada job di sekitaran tempat tinggalmu, kamu harus bisa temenin aku hang out lho, Del." Didit membujuk.

"Boleh." Jawabku. Didit pun segera berlalu dari hadapan kami.

"Hmm, jadi yang dibilang mas Eko tu bukan cuman omong kosong aja ya." Keeny mulai membuat kesimpulan.

"Jangan ngaco deh, Keen."

Keefe tidak bekomentar.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Odel dan Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang