30. A Date with Keeny

25 0 0
                                    


"Jadi kita akan kemana?" Tanyaku saat Keeny sudah berada di depan pintu rumahku. Dia mengenakan celana selutut, kaos, rompi dan bucket hat.

"Mancing." Katanya tanpa ragu, lalu sedikit nyengir.

"Hah?" Tanyaku, masih tak menyangka dengan dandanan dan outfit yang lumayan rapi seperti mau date sungguhan, malah diajak memancing.

"Kurasa mbak Del harus ganti baju deh. Make up nya gak usah dihapus. Cantik kok." Katanya tanpa dosa.

Aku mengomel padanya tapi dia malah tertawa. Tapi, akhirnya aku menurut. Akhirnya aku ganti dengan kaos lengan pendek dan overall celana. Juga bucket hat.

"Kita akan mancing di mana?"

"Di sungai. Yuk berangkat." Aku hanya menurut sambil sesekali mengomel. Kami berangkat setelah minta izin pada ibu.

Di dalam mobil, Keeny memutar lagu. Lagu yang kusuka. Lauv - I Like Me Better. Dengan suara pelan, aku mulai menyanyi. Keeny menoleh ke arahku sejenak.

"Mbak juga suka lagu ini?" Tanyanya. Aku mengangguk dan kami bernyanyi bersama dengan suara yang lebih keras.

Satu jam kemudian, kami sampai di sungai yang dimaksud Keeny. Sungainya lumayan besar dan cukup tenang. Kulihat ada beberapa orang yang juga hendak memancing. Sepertinya semua pria. Sepertinya hanya aku satu-satunya wanita di sini. Keeny memang sinting. Bagaimana dia mengatakan ini adalah sebuah date?

Keeny sempat berbincang-bincang sejenak sewaktu dia berpapasan dengan seorang pria paruh baya yang mengajak putranya memancing. Mereka mendiskusikan tentang umpan yang bagus dan spot terbaik untuk memancing. Aku tidak begitu paham tentang pembicaraan mereka.

Saat pria itu akhirnya berlalu dari hadapan kami, ponsel Keeny berbunyi. Dia mengangkatnya sambil jengkel.

"Mas Keefe ada apa sih ganggu aja."

"Kamu di mana?" kudengar suara Keefe dari seberang telepon.

"Lagi ngedate sama Mbak Odel."

"Apa maksudmu?"

"Nih suara mbak Del kalau nggak percaya." Keeny mengulungkan ponselnya padaku.

"Halo Keefe?"

"Del...." belum sempat Keefe berbicara, Keeny merebut ponselnya dan mematikannya.

"Ganggu aja ni anak." Keluhnya.

Kami berjalan menyisir sisi sungai untuk menemukan spot yang cocok.

"Aku sepertinya sudah melihat spot yang bagus untuk kita."

Tak lama setelah kami duduk, Keefe berusaha meneleponku, tapi Keeny merebut ponselku dan mematikannya.

"Hari ini tidak boleh ada yang mengganggu kita." Kata Keeny dengan menggebu.

Keeny mengulungkan satu alat pancingan yang sudah dipasang umpan padaku. Aku menatapnya, tak mengerti apa yang harus kulakukan. Keeny memberikan tutorial singkat padaku.

Keeny memasang umpan dan melemparkan kailnya ke sungai. Aku melakukan hal yang sama. Hanya saja, lemparanku tak telalu jauh.

Kami menunggunya beberapa saat sambil berbincang. Kami membicarakan apa saja yang terlintas di pikiran kami saat itu. Tentu saja hal remeh-temeh.

Sampai beberapa saat kemudian, pancing Keeny bergerak-gerak. Dia kemudian berdiri dan menariknya. Dia bersorak. Dia menangkap satu ikan yang cukup besar. Kemudian dia memasukkannya ke dalam wadah yang tadi kami bawa. Melihat Keeny menangkap satu, aku jadi bersemangat juga untuk mendapatkannya. Aku tak tahu triknya, jadi aku berdoa saja. Beberapa saat kemudian, pancingku bergerak-gerak.

"Keen, Keen. Pancingku gerak." Kataku bersemangat. Keeny meletakkan pancingnya untuk membantu menarik pancingku.

"Tarik terus benangnya mbak Del." Aku menurut. Sampai akhirnya apa yang memberatkan pancinganku terlihat. Aku kecewa. Itu hanya sandal yang hanyut ke kali.

"Wah, jenis ikan baru." Keeny tertawa puas.

"Payah." Kataku merengut.

"Not bad mbak Del. Kan baru pertama. Lempar kailnya lagi. Ke arah agak tengah. Tapi hati-hati jangan sampai mbak Del ikut terlempar." Aku mengingat-ingat teknik bagaimana Keeny mengajariku melempar kail. Berhasil.

Keeny dapat ikan lagi. Lebih besar dari yang pertama. Beberapa saat kemudian, aku mendapat ikan kecil. Keeny mengacungkan jempol padaku.

Sampai sesi memancing kami berakhir, kami berhasil mendapatkan 4 ikan. 3 dari Keeny dan 1 dariku. Tapi, aku cukup puas. Ternyata memancing cukup menyenangkan.

Saat cuaca mulai panas, kami berhenti. Kami dapat sekitar 3 ikan cukup besar dan 1 ikan kecil, milikku. Setelah itu, kami mampir di kafe yang kami jumpai di pinggir jalan untuk sekadar minum, makan dan mengobrol.

***

Kami sampai di rumahku sore hari. Keeny bilang ingin memasak ikan-ikan itu di rumahku.

Aku terkejut Keefe sudah ada di teras rumahku ketika kami sampai. Dia berdiri wajah merengut dan menyedekapkan tangannya di dada macam bapak-bapak tua menunggu putrinya pulang.

"Kalian ke mana aja?" Tanyanya galak.

"Kenapa mas?" Tanya Keeny sambil terkekeh. "Kan udah kubilang kami habis ngedate."

"Del, tolong jelasin."

"Ya, kami abis ngedate. Nih kami bawa hasil pancingan." Aku mengulungkan ikan yang kumaksud.

"Hah?" Keefe bingung.

Tanpa memedulikan kebingungan Keefe, kami langsung menuju dapur. Ibu pergi ke rumah tetangga karena ada urusan mendadak. Aku menyiapkan bumbu untuk mengolah ikan. Keeny mencuci ikan. Sementara Keefe mondar-mandir meminta penjelasan kami.

"Please, kalian berdua jangan bikin aku bingung deh." Keefe bersikeras meminta penjelasan. Aku terkekeh tapi tidak menggubrisnya.

"Mas Keefe bawel banget. Kalau mau di dapur, diem dan sini bantuin cuci ikan. Kalau nggak, mas Keefe keluar aja. Jangan ganggu acara masak kami." Kata Keeny.

"Hah?" Keefe terlihat semakin jengkel. Tapi, akhirnya dia memilih untuk membantu menyiapkan minuman.

Kurang lebih satu jam kemudian, ikan bakar hasil pancingan kami sudah matang, lengkap dengan nasi.

Selesai magrib, kami duduk melingkari meja makan. Ibu yang sudah pulang duduk bersama kami.

"Mari makan." Kata ibu. Lalu semuanya mulai makan. Ini enak banget. Pas rasanya. Keeny dan Keefe makan lahap.

Selesai makan, ibu bangkit lebih dulu karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Sementara itu, Keefe masih menuntut penjelasan dari kami.

"Jadi, tolong jelaskan apa maksud kalian ngedate hari ini." Tuntunya.

"Mbak Del, terima kasih makanannya. Yuk beres-beres meja dan cuci piring." Ajak Keeny.

"Yuk." Kami berdua berdiri untuk mengangkuti piring dan gelas ke tempat cuci piring, tanpa menghiraukan Keefe. Seru juga mengerjainya.

***

Tentang Odel dan Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang