Kurang lebih satu bulan sudah aku dekat dengan Darian, namun hingga kini aku belum juga memberikan kepastian padanya. Aku menyukai perlakukan yang dia berikan padaku. Dia memberikan perhatian-perhatian yang manis padaku, dia mendukung semua hal yang kulakukan, kami menyukai beberapa hal yang sama. Darian pun tak ragu memberikan kritik dan saran ketika dia mengetahui ada yang salah padaku. Jadi, dalam waktu yang cukup singkat, sebenarnya aku telah menemukan banyak hal untuk menyukai Darian. Mungkin, ini saatnya aku harus bilang bahwa aku mulai menyukainya.
"Del, boleh aku main ke rumahmu?" Darian mendahuluiku sebelum aku mengutarakan perasaanku. Hal itu cukup membuatku terkejut. Aku terdiam sejenak.
"Ya, tentu saja." Darian agaknya menyadari reaksiku.
"Kenapa?"
"Kamu yakin kamu mau ke rumahku? Mungkin ibuku bakal sedikit bawel. Sebenarnya ibuku ingin aku segera menemukan seseorang dan menikah. Seperti yang diinginkan banyak ibu ketika putrinya sudah menginjak akhir 20-an tapi belum juga menikah. Jadi, aku khawatir ibu akan memberikan tekanan pada setiap pria yang datang ke rumah. Keefe mungkin aman saja datang ke rumahku karena dia bosku, dia temanku. Tapi kamu ..." Aku tidak menyelesaikan kalimatku. Haruskah kuselesaikan?
"Aku kenapa?" Darian menungguku meneruskan kalimatku.
"Kamu spesial untukku, karena ... jujur saja ... aku mulai menyukaimu." Jantungku berdetak kencang setelah mengatakannya. Aku pun menutup wajahku dengan kedua tanganku.
Tak lama kemudian, Darian membuka tanganku. Dia menatap mataku lekat-lekat dan tersenyum. "Benarkah?"
Kali ini aku mengangguk tegas. "Jadi, aku khawatir ibu akan membuatmu takut dan kabur." Darian tertawa seketika.
"Maaf aku tertawa. Tapi aku seneng banget kamu mulai menyukaiku." Darian berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Bagiku tidak masalah apa yang diinginkan ibumu. Aku sudah memikirkan banyak hal sejak awal aku bilang bahwa aku menyukaimu. Aku tentunya juga ingin hubungan kita menjadi serius. Yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana kamu, Del. Apa yang benar-benar kamu inginkan, apa yang sebenarnya menjadi keputusanmu tanpa terpengaruh dengan keinginan orang lain. Aku akan baik-baik saja asal bersamamu."
Aku terpukau seketika. Inikah jawaban dari 28 tahun tidak pernah memiliki kisah cinta yang sesungguhnya? Darian-kah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mengapa cintaku selalu cinta sepihak? Darian-kah jawaban dari mengapa selalu ada yang hampa di hatiku meski aku merasa kehidupanku sudah cukup? Jika memang begitu, aku bersedia melupakan bagian-bagian menyedihkan dari 28 tahunku hidup di dunia ini.
"Aku akan datang hari Minggu ini jika kamu suka." Aku tersenyum dan mengangguk. Kekhawatiranku hilang sama sekali.
***
Minggu pagi sekitar pukul 10, Darian datang. Dia memakai kaos stripe, celana jeans serta jaket bomber hitam polos. Itu membuatnya terlihat lebih muda daripada dirinya saat di kantor. Sekejap, mataku tak berkedip melihatnya. Rasanya sedikit gugup, tapi gugup karena senang. Inikah yang namanya jatuh cinta dua pihak?
Ibu muncul dari belakangku, menyambut kedatangan Darian. Senyum ibu begitu sumringah. Seperti menyambut calon menantunya, seperti anak perempuan satu-satunya akan menikah besok!
Firasatku mengatakan, ibu akan menanyakan banyak hal padanya.
Beberapa menit kemudian, aku membuktikan sendiri firasatku salah. Tak seperti Darian yang kaku, dia berbicara panjang lebar pada ibu. Mereka seperti teman lama yang kembali bertemu. Ini mengingatkanku seperti saat Keefe dan Alika datang kemari. Dan aku kembali jadi satu-satunya orang yang membosankan di sini.
"Ibumu menyenangkan, asyik." Kata Darian sambil menyeruput minumannya setelah ibu pergi ke dapur untuk mengecek kuenya.
"Syukurlah."
Setelahnya, kami kembali mengobrol dan kemudian makan bersama. Darian selalu memiliki topik yang menarik perhatian ibu. Mereka kemudian tenggelam ke dalam diskusi yang menarik. Sementara aku hanya berperan sebagai pelengkap. Terkadang menyetujui pendapat ibu ketika diminta. Terkadang menyetujui pendapat Darian ketika diminta pula.
Aku lega, ibu tidak banyak bertanya atau memberikan tekanan soal keberlanjutan hubunganku dan Darian sampai Darian pamit pulang. Ibuku bilang, dia menyukai Darian.
"Ibu tadi tidak bertanya-tanya soal hubunganku dengan Darian. Apa yang ibu rencanakan?" Tanyaku penuh curiga.
"Karena ibu menyukainya."
"Maksudnya?"
"Kalau ibu terlalu menekan kalian, ibu khawatir dia takut dan kabur. Anak muda zaman sekarang, terlalu banyak ragu soal komitmen. Nanti, kalau waktunya sudah tepat, ibu akan langsung menyerangnya dari berbagai sisi."
"Ibu ngomong apa sih?"
Aku tidak lagi memahami ibuku dengan rencana-rencananya yang aneh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Odel dan Zona Nyaman
قصص عامةNamaku Odel. Umur 27 tahun. Jomblo dari lahir. Introvert. Ditanya ibu terus soal kapan nikah. Gimana sih caranya nyari jodoh? Yuk cek cerita Odel! Jadi saksi perjuangan Odel dalam hidupnya dan untuk dapetin cinta.