27. Makan Malam

51 1 0
                                    


Papa Keefe, om Pandu sudah menunggu kami bersama istrinya tante Dewi. Anak kembar mereka yang sudah berusia 10 tahun, Sheila dan Sherly, tak kalah senang melihat kami datang. Keefe membawakan mereka dua set mainan lego, masing-masing satu. Tak butuh waktu lama, mereka berdua berebut memeluk Keefe dan buru-buru membuka mainan mereka. Dari keakraban yang mereka tunjukkan, aku yakin hubungan Keefe dengan om Pandu tidak ada masalah. Sementara Keeny belum terlihat datang.

Kami mengobrol beberapa saat sebelum menuju meja makan. Makanan sudah lengkap tersaji. Kami hanya perlu menunggu Keeny datang. Keefe terlihat gusar, beberapa kali mengecek ponselnya.

"Coba biar aku telepon." Tawarku. Keefe mengangguk.

Nada dering terdengar, tapi tidak diangkat. Aku mencobanya lagi. Kali ini diangkat. Aku kemudian berjalan menjauh untuk menerima telepon dari Keeny.

"Mbak Odel?"

"Keen, kamu di mana?"

"Di rumah. Ada apa mbak Del?" Sepertinya dia berencana untuk tidak datang.

"Keen, bisakah kamu datang ke rumah papa kamu sekarang?"

"Hah? Buat apa? Apa maksud mbak Del?"

"Keen, papa kamu ngundang kamu buat makan malam bareng. Aku juga datang bersama Keefe. Semua sudah di sini. Kami menunggu kamu. Jadi, please, datang ya Keen!" Ada lengang sesaat sebelum Keeny menjawab.

"Ini bukan urusan mbak Del. Aku mau datang atau enggak, itu urusanku."

"Keeny, please, kali ini aja."

"Mbak Del nggak tahu apa-apa, jadi nggak usah ikut campur." Suara Keeny meninggi, cukup membuatku tersentak beberapa saat.

"Aku nggak bakal dateng mbak." Suara Keeny kembali melunak. "Jadi bilang sama yang lain jangan tunggu aku. Nikmati makan malam kalian." Dia kemudian menutup telepon tanpa aku sempat mengucap sepatah kata pun.

Aku mendekat ke meja makan. Semua orang menatapku. Kemudian, aku menggeleng.

"Lebih baik, kita makan saja, pa." Usul Keefe.

Dengan ekspresi sedih, om Pandu akhirnya mengiyakan. Awalnya, suasana makan malam kali itu begitu senyap. Namun, kemudian Sheila dan Sherly membuat suasana menjadi lebih baik dengan cerita-cerita dan kelucuan mereka. Kami pun lumayan banyak mengobrol setelah selesai makan.

***

Saat hendak pulang, om Pandu memanggilku. Dia mengulurkan sesuatu yang tampak seperti surat.

"Tolong, berikan ini pada Keeny. Dengan menulis surat, mungkin akan lebih personal dan pesan om akan tersampaikan dengan baik." Pintanya.

"Kenapa tidak titip ke Keefe, om?"

"Keefe sudah cukup terbebani akhir-akhir ini, Del. Om hanya tidak mau menambah bebannya. Membujuk Keeny mungkin akan membuatnya kesulitan. Om masih berharap kamu berhasil membujuk Keeny, Del."

"Odel akan berusaha semampu Odel, om."

"Terima kasih, Del. Dan maaf om melibatkanmu terlalu jauh pada masalah keluarga om. Om hanya tidak tahu lagi harus bagaimana. Bisa dibilang om sudah putus asa."

"Jangan begitu om. Odel akan membantu sebisa Odel."

"Terima kasih, nak." Aku mengangguk.

Aku kemudian segera menyusul Keefe yang sudah menunggu di mobilnya.

"Kok lama?" Tanya Keefe.

"Ah iya, om sedikit bertanya kesibukanku akhir-akhir ini." Keefe hanya mengangguk. Aku yakin itu bukan jawaban yang membuatnya puas. Tapi dia memilih mengiyakan.

"Sebenarnya aku juga tidak tahu lagi cara menangani Keeny dalam masalah yang satu ini, Del." Kata Keefe tiba-tiba saat kami berhenti di lampu merah.

"Aku dan mama sudah berusaha untuk bicara padanya soal papa. Tapi dia keras kepala. Dia tidak mau mendengar. Dia memilih percaya hanya pada yang dia mau percaya."

"Ini semua hanya kesalahpahaman." Katanya, mulai bercerita. Keefe sendiri pernah bercerita padaku mengenai hal ini saat mengantarku pulang setelah syukuran kelulusan Keeny.

"Penyebab perceraian papa dan mama bukan karena papa selingkuh dengan rekan kerjanya. Tapi, saat itu Keeny meyakini papa selingkuh karena beberapa kali dia melihat tante Dewi berada di dekat papa. Tapi, mereka sungguh hanya rekan kerja. Aku diam-diam mencari tahu saat itu."

"Setelah tahu rumor itu, tante Dewi merasa bersalah dan dia memutuskan tinggal di luar negeri dan bekerja di sana selama beberapa tahun. Mereka bertemu lagi setelah tante Dewi kembali beberapa tahun kemudian. Papa mulai menjalin hubungan dengan tante Dewi dan menikah. Namun, hal itu justru seperti menguatkan tuduhan Keeny bahwa mereka selingkuh dan kepergian tante Dewi hanya untuk mengaburkan rumor perselingkuhan. Keeny semakin membenci papa. Jadilah hubungan papa dan Keeny seperti sekarang. Dia selalu marah ketika orang lain menyinggung hubungannya dengan papa. Jadi, aku tidak pernah menyinggungnya lagi." Pungkas Keefe.

"Aku mengerti." Ya, kini aku mengerti mengapa Keeny meninggikan suaranya di telepon.

***

Tentang Odel dan Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang