🌿PART 34🌿

165 28 6
                                    

Di hari libur ini niatnya Aska ingin tidur hingga siang setelah semalaman suntuk begadang mengerjakan tugas-tugas yang seperti tidak ada habisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari libur ini niatnya Aska ingin tidur hingga siang setelah semalaman suntuk begadang mengerjakan tugas-tugas yang seperti tidak ada habisnya. Semua naas begitu saja ketika Shaka datang lalu membangunkannya dengan tidak sabaran.

Shaka berdalih ia di suruh oleh bunda. Dengan wajah yang masih kucel Aska keluar dari kamar. Duduk pada salah satu kursi di ruang makan sembari mengumpulkan nyawanya.

"Aska pagi ini kamu sama ayah ke rumah bu Tuti. Kamu harus minta maaf, itu bunda sudah belikan rambutan sama mangga pagi buta tadi di pasar kamu kasih ke bu Tuti." Titah kanaya mutlak.

"Kenapa nggak bunda saja sih?,"

"Kamu yang salah kenapa harus bunda. Pokoknya kamu sama ayah yang pergi ke rumah bu Tuti."

"Aku ikut ya bun." Izin Aksa yang mendapat persetujuan dari sang ibunda. Kanaya paham pasti Aksa suntuk jika berada di rumah terus.

Kenapa Kanaya meminta suaminya yang mendampingin Aska ke rumah Tuti? Sebab Kanaya masih sensi dengan wnita itu, kemarin ia membicarakan tentang Aska yang mengambil rambutannya di depan ibu-ibu arisan yang lain. Sungguh Kanaya tidak suka.

Lagian sejak dulu hubungan mereka tidak begitu baik. Wanita itu menyukai suaminya dan setiap berpapasan selalu saja cari perhatian, centil banget. Pernah tiga tahun yang lalu Kanaya melabrak Tuti karena terus menganggu suaminya dan sejak saat itu Tuti tidak lagi mengusik Wardana.

Namun, setiap ada kesempatan si wanita itu selalu saja mencari kejelakan keluarganya.

Lalu kalau begitu alasan apa yang mendasari ia meminta Wardana untuk pergi ke rumah wanita itu? Apa Kanaya tidak takut? Oh tentu tidak. Karena ia percaya dengan suaminya dan pasti masalah akan cepat selesai tanpa banyak drama.

"Ekhm, pagi ini Shaka ada kabar baik buat kalian semua." Semua kini berfokus pada Shaka, penasaran akan kabar baik apa yang akan di sampaikan putra sulung mereka.

"Penasaran ya?? Nungguin?"

"Cepetan bang!" Pinta Aksa dengan intonasi datar.

"AKHIRNYA SKRIPSI SHAKA DI ACC. YESS BENTAR LAGI GUE BAKAL SARJANA."

Wardana, Kanaya, dan si kembar menatap datar ke arah Shaka yang tengah di landa euphoria. Saat menyadari ekspresi keluarganya senyum itu langsung lenyap seketika, "kenapa, kalian nggak senang?" Tanya Shaka dengan polosnya.

Semua tersentak kaget karena suara gebrakan meja. Aska langsung berlari ke arah Shaka dan memeluknya dengan rasa bangga, "akhirnya abang gue bakal wisuda. Abang gue bakal jadi sarjana." Shaka menepuk pundak adiknya, ikut tersenyum haru.

"Lo juga bakal jadi sarjana. Calon dokter." Shaka mengusap kepala Aska juga dengan rasa bangga, lalu pandanganya beralih pada tiga keluarganya yang lain.

Aksa merangkul pundak Shaka dengan binar bahagia, "gue bangga punya abang kaya lo. Shaka Arsyanendra, kakak yang selalu gue banggain. Lo hebat bang."

"Lo juga habat Sa. Jauh lebih hebat dari gue dan gue juga bangga punya adik kaya elo berdua."

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang