🌿PART 50🌿

290 40 8
                                    

Jam demi jam, menit hingga detik telah keluarga kecil itu lewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam demi jam, menit hingga detik telah keluarga kecil itu lewati. Rasa lelah serta sakit telah terbayar sudah ketika dokter membawa kabar seperti angin sejuk. Kabar yang lebih dari empat jam mereka nanti dengan was-was.

Operasi itu berjalan lancar dan berhasil. Meski kondisi Aksa belum sadar serta masih dalam perawatan intensif dan selama itu Aksa masih harus berada di ICU. Tidak kabar yang lebih menggembirakan dari pada ini.

"Yah, akhirnya anak kita.."

"Thanks God!." Kanaya memeluk suaminya dengan penuh rasa bahagia. Perjuangan yang tidak sia-sia dan Tuhan telah mengabulkan doanya. "Aksa sembuh,"

"Aksa sembuh"

Shaka sebagai seorang kakak juga ikut bahagia. Dalam hati dia sangat bersyukur atas hadiah ini, Dayana yang berdiri di sebelah Shaka mengusap punggung kekasihnya dengan senyum bahagia. Tak lama Dayana merentangkan kedua tangannya, seolah memberi izin pada Eleena untuk memeluknya.

Eleena dan Abizar tiba di rumah sakit sekitar satu jam yang lalu hanya selisih setengah jam dari yang lainnya. "Kenzo lo harus menepati ucapan lo kemarin," tagih Marvel dengan nada gurauan. Tentu saja Kenzo tidak akan melupakan janjinya itu.

Sungguh keberuntungan memeliki sahabat seperti mereka. Awal kuliah Kenzo pikir akan sangat sulit mendapatkan teman yang tulus dari desas-desus dari beberapa orang.

Dengan rasa tidak sabar Kanaya ingin segera menemui Aksa. Dokter mengizinkan Kanaya serta Wardana untuk masuk kedalam ruang ICU. Bukan hal yang mengejutkan bagi mereka melihat ruangan ini. Kanaya tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia di balik masker hijau yang tengah di pakainya.

Kanaya berjalan untuk lebih dekat pada sang putra. Dengan lembut ia mencium kening sang putra. Setetes bulir bening yang jatuh dari pelupuk matanya jatuh membasahi kening Aksa. Setelahnya ia mendekatkan bibirnya pada telinga sanga anak, "terima kasih sudah mau bertahan. Kamu anak bunda yang kuat. I love you my world." Bisik Kanaya penuh haru.

"Terima kasih. Terima kasih Tuhan, telah membuat dia tetap hidup. Terima kasih telah memberikannya waktu lebih lama untuk bersama kami." Ujar Wardana menatap wajah Aksa yang terlihat pucat. Berbagai alat medis menempel di tubuh putranya. Suara Monitor Holter menjadi satu-satunya bunyi pada ruangan ini.

Bukan kah kebahagian orang tua adalah anak-anak mereka yang baik-baik saja. Hidup dengan bahagia. Sehat Rohani dan Jasmani. Ya, tidak akan bisa di rasakan sebelum menjadi orang tua. Sesakit dan sesedih apa melihat sang buah hati sakit. Meski itu hanya demam.

Di luar ICU mereka masih setia di sana. Hanya ada empat kursi di sana tentu saja Dayana dan Eleena adalah dua orang yang harus duduk. Di susul oleh Marvel serta Abizar.

Shaka memilih berdiri bersandar pada tembok. Dia teringat dengan roti yang tadi Eleena bawa, "El roti yang kamu bawa tadi buat kalian makan saja. Gue nggak mau kalau kalian kelaperan"

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang