🌿PART 33🌿

202 35 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aska benar-benar menepati ucapannya kala itu. Dia benar-benar mengejar semua ketertinggalan selama beberapa hari ini. Yap! Tiap kali kondisi Aksa drop maka Aska tidak pernah berangkat kuliah, paling ia hanya titip absen.

Hampir satu minggu setiap selesai kelas Aska selalu pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas-tugas yang tidak sempat dia kerjakan, meski tidak tahu apakah nanti dosennya akan menerimanya atau tidak yang penting Aska harus berjuang dulu.

Meminjam semua catatan milik temannya. Ia salin dan pelajari dengan serius. Bahkan ketika di rumah Aska sering berada di depan meja belajarnya dengan laptop serta buku-bukunya.

Kanaya sudah menasehati agar tidak terlalu di forsir namun apa daya Aska itu memang keras kepala.

Tidak ada waktu untuk pergi ke kantin Aska hanya mengganjal perutnya dengan roti isi yang selalu Kanaya berikan. Namun hari ini kerana pagi tadi ia terburu-buru jadi ia sampai lupa membawa bekal yang telah Kanaya siapkan.

Benar, orang tidak akan fokus mengerjakan apa pun di kala perut masih kosong. Aska memijit pangkal hidungnya, pusing sekali melihat buku-buku di depannya. Di saat dirinya ingin menyerah selalu muncul bayangan Aska serta Fahira yang membuatnya kembali bersemangat.

Tanpa di duga tiba-tiba ada yang mengulurkannya sebuah kotak makan. Kotak makan yang selalu dia bawa. Kotak berwarna biru muda dengan stiker salju.

"Tadi gue kerumah lo. Terus tante Kay titip ini, katanya lo lupa bawa." Kata Eleena meletak kan kotak makan itu di samping Aska ketika lelaki itu tak kunjung menerimanya.

"Terima kasih." Balas Aska seadanya.

"Gue boleh duduk di sini?"

Aska melirik gadis itu sesaat sebelum berkata, "itu bangku untuk siapa saja. Bukan punya gue."

Eleena diam memperhatikan Aska yang memakan bekalnya dengan lahap. Mereka tahu kok kalau di perpustakaan tidak boleh membawa makanan maupun minuman tapi di sini tidak ada siapa pun dan hanya ada cctv. Aska bodo amat lah.

Kedua mata Eleena beralih pada kotak bekal itu. Ternyata Aska masih menyimpannya, Eleena pikir Aska tidak akan lagi menggunakannya. "Lo masih pakai kotak bekal itu Ka?," tanya Eleena lirih.

"Masih. Gue nggak pernah buang barang pemberian orang."

"Apalagi itu dari Fahira. Lo tahu kan El kotak ini dari siapa? Mana mungkin gue buang. Gila kali." Lanjut Aska memudarkan senyum yang tadi hampir merekah.

Eleena tidak tahu apakah Aska masih dalam mode menjaga jarak dengannya atau tidak. Eleena tidak akan menanyakan hal itu, selagi ia dan Aska bisa berbicara seperti biasa Eleena anggap bahwa masalah di antara mereka telah selesai.

'Kenapa lo masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu? Fahari masa lalu lo yang nggak akan pernah jadi masa depan lo Ka'- Eleena tidak sebodoh itu untuk mengutarakan isi pikirannya. Dirinya tidak ingin membuat hubungannya dengan Aska semakin memburuk.

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang