Hancur! Sakit luar biasa!, melihat tubuh itu terbujur kaku tak bernyawa. Rasa bahagia yang sebelumnya hinggap hilang tak tersisa. Shaka menangis, meraung di samping jasad adiknya. Adik kesayangannya, adik yang selalu dia bangga kan.Dalam hati laki-laki itu merintih berharap bahwa ini adalah mimpi buruknya. Dayana masih terus berusaha menenangkan Shaka tapi usahanya belum berhasil.
"Dek bangun nggak lo! Jangan bercanda. Lo pasti mau ngusilin gue iya kan?",
"Nggak lucu sama sekali ya Ka. Bangun nggak lo! Lo sudah janji mau datang ke acara wisuda gue"
"Lo harus tahu Aksa berhasil untuk sembuh, operasinya berhasil. Ayo bangun Aska! BANGUN!!" Dayana menarik Shaka untuk sedikit menjauh dari tubuh Aska. Ia memeluk Shaka dengan erat, hanya suara tangisan Shaka yang mengisi di dalam kamar jenazah ini.
Perawat serta satu polisi yang mengantar Shaka dan Dayana hanya bisa diam. Merasa iba terhadap laki-laki itu.
Dalam dekapan itu tubuh Shaka luruh begitu saja namun Dayana tak melepaskan pelukan itu sama sekali. "Di saat Aksa berhasil untuk bertahan kenapa lo harus pergi? Kenapa harus adik aku An?.."
"Kenapa harus Aska yang jadi salah satu korbannya?" Lirih Shaka. Tidak tahu harus menjawab apa Dayana memilih untuk bungkam.
Rasanya percuma memberi kata semangat atau sejenisnya. Nyatanya tidak akan membuat hati itu akan pulih, tidak akan membuat rasa sakit untuk hilang.
Tetes demi tetes air mata itu jatuh dari pelupuk matanya tak kala kedua netranya menatap pada wajah pucat Aska. Aska bukan adik kandungnya tapi kenapa dia juga merasa begitu kehilangan.
"An ini mimpi kan? Aku cuma halusinasi kayanya"
"Lebih baik kita ke lobi buat nunggu Aska" Shaka terus merancau bahwa hari ini adalah mimpinya. Rasanya teramat sulit untuk menerima ini, "Aska, adik abang.. kenapa harus pergi secepat ini?"
"ASKAAA" Ke empat orang dalam ruangan ini kompak menoleh ke arah pintu. Kanaya di susul Wardana serta teman-teman Aska. Kanaya berlari pada putra bungsunya.
Shaka yang biasanya selalu menjadi penenang kini hanya diam tak berkutik. Bahkan untuk sekedar bersiri rasanya begitu berat, tatapannya seolah kosong. Ia seolah tuli dengan tangisan Kanaya yang sama sepertinya, meminta Aska untuk bangun.
Kenyataannya mau seribu kali pun meminta tak akan membuat kedua mata itu kembali terbuka.
"Anak bunda, bangun sayang! Ayo bangun jangan tidur di sini!"
"Aska sayang ayo bangun! BUNDA BILANG BANGUN YA BANGUN! BUKA MATA KAMU!" Teriak Kanaya dengan terus mengguncang bahu Aska. Marvel dan Reno berusaha menenangkan Kanaya yang seolah makin tidak terkendali, wanita itu terus berteriak meminta Aska untuk bangun.
Dokter telah mengatakan pada Shaka serta Dayana bahwa adik mereka telah menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Kembali Kanaya memeluk tubuh yang telah kaku dan dingin itu. Mendekapnya dengan erat sambil terus berkata, "bangun sayang. Ayo buka mata kamu, jangan pergi jauh dari bunda"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendelion🍀
Fanfiction🍀FOLLOW LEBIH DULU! 🌿Abadi Dalam Kenangan🌿 Aksara Adyatama dan Askara Arkatama. Anak kembar yang kemana-mana selalu berdua, harus berdua kecuali kalau lagi pergi sama kesayangan. Kembar-kembar gitu mereka punya watak yang beda banget. Kalau kata...