🌿PART 21🌿

293 35 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



PLAK

Suara tamparan itu terdengar cukup keras. Tidak pernah ada niat sedikit pun dalam hati Wardana untuk bermain ta ngan kepada wanita yang di cintainya, namun melihat semua tingkah istrinya membuat Wardana tidak lagi bisa menahan rasa sabarnya lebih lama.

Mendengar dari Shaka ketika Kanaya menampar Aska di rumah dan tadi ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana tangan halus itu menampar putra bungsunya hingga nyaring terdengar di lorong.

Kanaya memegang pipi kanannya, ia sangat syok dengan apa yang barusan suaminya lakukan. Tangga darurat ini menjadi saksi bagaimana rasa sabar itu mulai habis.

"Maafin aku, aku tidak pernah bermaksud untuk bermain tangan. Tapi kamu, kamu yang membuat saya harus melakukan itu. Jika peringatan saya waktu lalu tidak mempan mungkin tamparan itu dapat menyadarkan kamu. Kanaya!"

"Ayah-"

"Kanaya satu pertanyaan ku, kenapa selalu Aska yang kamu salahkan atas kondisi Aksa? Kenapa dia?. Dia juga putra kamu Kanaya jangan bersikap seolah Aska adalah anak tiri. Kamu bisa berhenti untuk menyalahkan Aska? Sejak kapan kamu berani menampar putra kamu? Kamu sadar nggak sih sama sikap kamu itu? Aku tahu Aksa butuh perhatian lebib tapi bukan berarti kamu bisa mengabaikan dua anak kamu yang lain. Aku paham mereka sudah dewasa tapi bukan berarti mereka sudah tidak butuh kasin sayang kamu,"

Kanaya hanya bisa menangis. Wardana terus membrondong pertanyaan-pertanyaan yang mampu menembus relung hatinya. Rasa panas yang menjalar di pipinya tak lagi terasa, sebab hatinya jauh lebih sakit. Kini ia hanya menunduk tak mampu menatap mata suaminya.

"Kamu wanita yang melahirkan mereka, merewat mereka sendiri tanpa bantuan siapa pun, kamu yang mereka panggil bunda, dan kamu yang selalu mereka bangga kan. Tapi kamana sosok bunda yang selalu mereka agung-agung kan dulu, yang selalu memberi mereka kasih sayang sama rata. Kanaya, aku mohon kembali lah seperti dulu. Jangan kamu hancurkan persaudaraan mereka."

Kali ini Wardana benar-benar memohon kepada istrinya bahkan ia rela berlutut di depan wanita itu. Kanaya yang tidak ingin Wardana berlutut buru-buru memintanya untuk berdiri. Wardana mendekap istrinya, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap pipi Kanaya yang ia tampar tadi. Ia benar-benar tidak ingin jika nanti keluarganya malah hancur, ia tidak ingin anak-anaknya meresa iri satu sama lain.

Karena hal itu adalah sesuatu yang sangat Wardana takutkan.

"Tolong jangan bedakan mereka...,"

__________🍀🍀🍀__________

"Yuhuuuu.. lihat nih gue bawa apa?" Seru Aska dari depan pintu sembari menenteng beberapa kresek.

Aska berjalan menghampiri dua saudaranya, meletakkan belanjaan itu di atas nakas. Shaka berdengus kesal melihat apa saja yang di beli adik bungsunya, ya ada ini semua bakal di makan Aska sendiri. Saat Shaka bertanya mana makanan untuk Aksa dengan tampan polosnya ia menunjuk sebuah tempat makan bundar berwarna biru tua.

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang