🌿PART 18🌿

273 28 0
                                    

__________🍀🍀🍀__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________🍀🍀🍀__________

"Kenapa lo ngomong kaya gitu ke Nara tadi?" Aska tidak paham mengapa saudaranya itu tiba-tiba terlihat marah padanya. Memang apa yang ia katakan pada Eleena?

"Yang gue bilang kakak-"

"Kenapa lo selalu bilang kalau lo belum move on dari Fahira. Kalau lo masih cinta sama orang yang sudah nggak ada. Sadar Aska! Fahira itu sudah meninggal dan sampai sekarang lo masih berharap sama sesuatu yang nggak mungkin terjadi."

Aska melempar tas ranselnya ke atas ranjang, ia menatap Aksa dengan tatapan tajam. "Kenapa jadi bawa-bawa Fahira? Soal gue sudah move on apa belum itu nggak urusan sama lo Aksa. Gue sadar kok Fahira sudah mati tapi bukan berarti rasa itu juga ikut mati,"

"Terus mau sampai kapan? Mau sampai kapan lo mencintai orang sudah mati?. Hidup lo nggak berhenti Aska!. Hidup lo masih panjang buat apa menyimpan perasaan buat orang yang nggak bisa lo miliki lagi-"

"CUKUP!" Bentak Aska untuk pertama kalinya. Pernah Aska berkata bahwa ia sangat sensitiv tentang hal yang menyangkut Fahira.

"Sebenarnya lo kenapa sih?! Tiba-tiba marah sama gue nggak jelas, bawa-bawa Fahira lagi. Memang salah kalau gue bilang gitu ke Eleena? Nggak akan ngaruh juga sama dia kan. Dari pada lo urusin masalah gue mending lo urus masalah lo sendiri, sampai kapan lo akan terua berbohong seolah nggak ada perasaan untuk Eleena. Lo munafik tahu nggak."

Aksa tidak pernah menyangka jika Aska dapat berbicara seperti ini padanya. Tapi di sisi hatinya yang lain ia merasa sakit melihat bagaimana raut wajah Eleena saat di kedai tadi. Aksa sangat paham bagaimana sakitnya sebuah cinta yang tidak terbalaskan.

"Gue nggak peduli. Selama gue masih bisa ngelihat dia gue akan baik-baik saja. Lo paling tahu gue nggak suka untuk memaksakan sesuatu."

"Terus lo rela gitu ngelihat dia sama orang lain? Lo rela kalau Abizar ngedekatin Eleena lagi?" Aska tidak tahu jalan pikiran Aksa. Dia mencintai seorang gadis tapi tidak pernah berniat buat menyatakan perasaannya, dia hanya bisa bersembunyi di balik kata persahabatan.

Semua orang juga bakal tahu dari sikap laki-laki, bagaimana ia memperlakukan Eleena. Aksa begitu mencintai gadis itu.

"Gue tahu apa yang nggak lo tahu. Kenapa sampai sekarang gue nggak bilang soal perasaan gue ke Eleena."

"Karena dia suka sama orang lain?" Tanya Aska sedikit keras.

"Kenapa lo nggak mau berjuang Aksa? Berjuang untuk kebahagian lo sendiri?"

"Umur gue nggak lama-"

"ALAH BULLSHIT! LO BUKAN TUHAN AKSARA. DOKTER JUGA BUKAN TUHAN YANG BISA NENTUIN UMUR PASIENNYA. KENAPA? KENAPA LO SELALU MIKIR KAYA GITU, LO MAU NINGGALIN GUE HAH?!"

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang