Satu minggu pasca operasi Aksa di perbolehkan pulang dengan catatan setiap seminggu sekali harus cek up. Bahagia untuk Aksa kerena dia tidak akan mencium bau obat-obatan terus. Aksa juga mulai kesal pada semua orang.Dari Shaka kakaknya, orang tuanya, Eleena, bahkan ke teman-temannya. Setiap kali dia bertanya dimana keberadaan saudara kembarannya mereka selalu diam atau mengalihkan topik pembicaraan. Curiga? Jelas. Dia ingin marah tapi tidak bisa.
Setiap harinya Aksa selalu menunggu Aska untuk menjenguknya tapi itu tidak pernah terjadi selama dia di rawat. Terakhir ya waktu dirinya mau operasi. Hari itu terakhir Aksa bertemu dengan Aska.
Shaka melirik Aksa yang duduk di sebelahnya dengan heran. Pasalnya sejak mereka meninggalkan pelataran rumah sakit Aksa tidak berhenti senyum, Eleena yang duduk di belakang Shaka juga ikut heran "Aksa kamu kenapa senyum-senyum dari tadi?" Tanya Eleena penasaran.
"Senang saja sudah bisa pulang"
"Hanya itu?"
Aksa menggeleng tegas lalu di melihat Shaka serta Eleena secara bergantian, "karena gue bisa ketemu Aska. Gue bakal marahin dia karena nggak pernah jenguk gue. Iya sih gue bilang buat utamakan pendidikannya tapi masa dalam tujuh hari nggak pernah sekali pun dia datang , ya meski pun cuma sebentar. Wah! Apa dia jadi mahasiswa yang rajim sekarang?"
"Memang kamu bisa marah sama Aska?"
"Bisa. Lihat saja nanti kesal banget aku. Ayo dong bang cepat dikit gue nggak sabar sampai rumah." Shaka terdiam melihat wajah bahagia adiknya. Apa dia bisa melihat itu kembali dalam waktu dekat ketika semua telah terbongkar.
Belum ada satu pun dari mereka yang memberi tahu Aksa tentang apa yang terjadi dengan alasan kesehatan. Untuk sekedar menghela nafas saja masih terasa berat. Terhitung sepekan Aska pergi dari mereka tapi rasanya masih tetap sakit. Sama persis dengan rasa yang mereka dapatkan ketika melihat tubuh Aska tak lagi bernyawa.
Baru mobil itu terparkir di depan rumah Aksa adalah orang pertama yang keluar. Dia berlari kecil memasuki rumah dan hal pertama yang dia lihat adalah bundanya yang tengah mendekap foto Aska.
"Aksa" Panggil Wardana yang baru datang dengan cangkir di tanganya. Pria itu segera menyimpan mug itu di atas meja ruang tamu dan menghampiri Aksa. Pria itu memeluk Aksa dengan penuh rasa syukur.
"Akhirnya kamu pulang nak"
"Yah, Aska dimana?" Deg, bagaimana dia harus menjawabnya. Shaka dan Eleena yang kebetulan mendengar pertanyaan itu kembali juga ikut diam.
"Mending kita masuk dulu. Masa mau terus berdiri di depan pintu." Instrupsi Shaka. Laki-laki melangkah masuk dengan membawa dua tas yang berisi baju dan kebutuhan Aksa selama di rumah sakit. Aksa menghampiri bundanya. Merasakan pergerakan di sebelahnya Kanaya pun menoleh.
"Aksa" panggil Kanaya dengan bibir bergetar. "Kamu pulang nak. Kamu jangan ikut pergi ya, temenin bunda di sini" rancau Kanaya. Kondisi wanita itu sedikit memprihatinkan, terkadang Kanaya masih suka berhalusinasi jika Aska masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendelion🍀
Fanfiction🍀FOLLOW LEBIH DULU! 🌿Abadi Dalam Kenangan🌿 Aksara Adyatama dan Askara Arkatama. Anak kembar yang kemana-mana selalu berdua, harus berdua kecuali kalau lagi pergi sama kesayangan. Kembar-kembar gitu mereka punya watak yang beda banget. Kalau kata...