🌿PART 52🌿

271 34 0
                                    

Suasana berkabung itu terlihat jelas pada kediaman Wardana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana berkabung itu terlihat jelas pada kediaman Wardana. Semua yang datang melayat masih tidak menyangkang siapa sosok yang terbaring tertutupkan kain putih bersih.

Ibu Tuti yang sering mengomeli Aska setiap kali anak itu mencuri mangganya hanya duduk terpaku di samping tubuh itu. Sesekali ia membisik kalimat yang yang sekiranya dapat membuat Kanaya kuat. Sudah dua kali Kanaya pingsan. Pertama mengetahui Aska telah tiada dan ketika jenazah itu tiba di rumah.

Eleena bersandar pada tembok, duduk di belakang Kanaya. Tatapannya luruh, kosong menatap ke depan.

Jika dalam pikiran kalian siapa yang menjaga Aksa bila semua di rumah. Maka jawabannya adalah ibunda Eleena, ia dengan sukarela menawarkan diri meski di rumah sakit ada perawat.

"Anak ku, anak bunda. Bangun sayang! Jangan tinggalin bunda hiks..."

"Anak ku.."

"Ya Tuhan!" Kanaya tidak hentinya menangis serta memanggil nama Aska. Terlalu mengejutkan. Tidak ada pikiran dalam benaknya jika putra bungsunya akan pergi selamanya, tidak ada firasat apa pun sebelumnya. Lalu tiba-tiba mendapat kabar jika putranya telah tiada.

Aska pamit untuk ke kampus tapi kenapa tidak pulang dalam peluknya lagi?

Lebih sakit lagi saat wanita itu mengingat sikapnya dulu pada Aska. Hancur sudah hatinya,

Aska sayang bunda

Bunda jangan nangis itu buat Aska sedih

"Aska anak ku. Katanya Aska nggak suka lihat bunda nangis. Aska nggak suka lihat bunda nangis. Bangun sayang! Jangan tinggalin bunda.." Wardana menarik istrinya kedalam dekapannya. Dia juga sama sedihnya. Ia juga teramat terpukul. Pupus sudah melihat ketiga putranya menikah.

Dayana menatap Shaka tidak tega. Sedari kemarin malam laki-laki itu hanya diam dan menangis. Pertama kali Dayana melihat Shaka menangis. Dirinya yang orang baru mengenal Aska ikut terpukul dan sedih lalu bagaimana dengan Shaka? Yang seumur hidupnya sudah di habiskan dengan Aska.

Sebelum tubuh itu tertutup kain dengan sempurna, Shaka merangkak mendekati adiknya. Sekuat tenaga Shaka menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia mengecup kening Aska yang sudah begitu dingin, "abang nggak pernah nyangka akan ada di posisi ini, secepat ini. Ini adalah terakhir kali abang lihat wajah kamu lalu setelahnya hanya selembar foto yang bisa abang tatap"

"Abang begitu menyayangi mu dek dan itu nggak akan pernah berubah. Meski kamu sudah nggak ada di sini," Shaka menggit bibirnya kuat, bibirnya bergetar hebat.  "Selamat tidur untuk adik abang, Aska. Selamat beristirahat"

"Kamu nggak mau lihat Aska? Untuk terakhir kalinya" tanya papa Eleena pada putrinya itu. Gadis itu menggeleng, mendekap sang ayah. "Kamu yakin?" Dengan tubuh bergetar Eleena mengangguk. Bibir mungilnya teramat kelu untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang